Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemenkes: 5.227 Kasus Omicron di Indonesia Didominasi Transmisi Lokal

Pasien COVID-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah COVID-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (11/2/2022) (ANTARA FOTO/Fauzan)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan RI melaporkan jumlah kasus Omicron di Indonesia berdasarkan hasil deteksi acak hingga saat ini berjumlah 5.227 kasus. Dari jumlah tersebut didominasi oleh transmisi lokal.

"Kalau total kasus Omicron yang sudah kita deteksi ada 5.227 kasus, di mana 1.879 adalah kasus yang dibawa pelaku perjalanan luar negeri dan 3.200-an lainnya adalah transmisi lokal yang terjadi di masyarakat," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan pers secara virtual melalui YouTube Kemenkes RI di Jakarta, dikutip dari ANTARA, Selasa (22/2/2022).

1. Tidak semua kasus positif diperiksa dengan WGS untuk mengetahui varian Omicron

ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Nadia mengatakan, tidak semua kasus positif COVID-19 di Indonesia dilakukan pemeriksaan kasus Omicron melalui metode whole genom sekuensing (WGS).

"Temuan varian Omicron oleh pemerintah dilakukan secara sampel acak yang diambil dari kasus positif untuk kemudian menentukan dari sampel acak tadi berapa banyak atau jenis apa saja varian yang beredar," katanya.

2. Sebanyak 90 persen sampel acak yang diperiksa WGS hasilnya merupakan Omicron

Menurut Nadia, hingga saat ini 90 persen dari sampel acak yang dikirimkan untuk dilakukan pemeriksaan WGS merupakan varian Omicron.

Untuk itu masyarakat diimbau untuk selalu mematuhi protokol kesehatan serta menyegerakan diri mengakses layanan vaksinasi COVID-19 sesuai dengan kelompok sasaran.

“Percepatan vaksinasi baik primer maupun booster perlu dilakukan mengingat pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebagian besar adalah masyarakat yang belum divaksinasi, lansia dan orang dengan penyakit penyerta,” katanya.

3. Pemerintah dorong daerah yang cakupan vaksinasinya masih rendah untuk kejar target

Kemenkes mendorong daerah yang cakupan vaksinasinya belum sesuai dengan target kekebalan kelompok yakni minimal 70 persen dari populasi agar terus digencarkan.

Nadia juga mengajak masyarakat yang belum vaksinasi maupun yang belum melengkapi dosis primer juga booster terutama pada lansia agar segera melakukan vaksinasi di fasilitas pelayanan kesehatan atau di sentra vaksinasi terdekat.

“Mengingat faktor risikonya yang tinggi, kami mengimbau kepada masyarakat yang memang belum divaksinasi ataupun vaksinasinya belum lengkap, agar secepatnya dilengkapi. Jangan menunda dan jangan pilih-pilih vaksin, karena vaksinasi terbaik adalah vaksinasi yang dilakukan sekarang juga,” katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us