KemenPPPA Nilai Anak Indonesia Rentan Terhadap Perundungan Online

Jakarta, IDN Times - Deputi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menyoroti masalah perundungan atau bullying yang terjadi di kalangan anak-anak, khususnya melalui platform internet. Dia mengatakan, perundungan juga terjadi karena hasil dari akses anak-anak terhadap konten-konten negatif melalui internet.
Dia mengatakan, selain bullying, peningkatan kasus pornografi dan kekerasan seksual juga menjadi perhatian serius karena pemanfaatan internet.
"Jadikan sebenarnya perundungan itu terjadi karena anak belajar melalui internet. Dan itu kan belajar dari berbagai kasus, belajar dari pengalaman-pengalaman melalui internet, dan itu mereka aplikasikan," kata dia dalam konferensi pers dalam agenda Puncak Perayaan Internet Safer Day di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Sabtu (24/2/2024).
1. Angka tunjukkan 74 anak pengguna internet kurang dibimbing orang tua

Woro menjelaskan, angka penggunaan internet di kalangan anak-anak Indonesia mencapai 75 persen untuk usia 7-17 tahun pada tahun 2021, dan bahkan mencapai 94 persen untuk usia 16-30 tahun.
Rata-rata, anak-anak menghabiskan waktu 4-5 jam setiap hari untuk menggunakan internet. Meskipun sebagian besar digunakan untuk belajar, penggunaan media sosial dan akses ke berbagai situs web juga cukup tinggi.
"Sayangnya sekitar 74 persen anak yang menggunakan internet itu, yang punya gadget dan menggunakan internet, tidak punya pengetahuan atau pengaturan dengan orang tuanya bagaimana mereka akan menggunakan gadgetnya," ujarnya.
2. Sejumlah konten telah disisir Kominfo

Woro juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan memberikan pengaturan terhadap penggunaan internet anak-anak, meskipun Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan upaya mencegah konten negatif seperti pornografi dan judi online.
"Kalau kita lihat data dari Kominfo 2018 sampai 2023 itu sudah menangani konten negatif itu cukup banyak dan 55 persen, jadi setengahnya lebih itu adalah terkait dengan pornografi dan 44 persen ini judi online," ujarnya.
3. Kolaborasi bersama bentengi anak dari dampak negatif internet

Kondisi pengunaan internet yang ada menjadi gambaran kerentanan anak-anak dari informasi negatif di internet. Penanagannya, kata Woro juga jadi tanggung jawab bersama pemerintah, orang tua, masyarakat, dan anak-anak sendiri.
Upaya kolaboratif ini diharapkan dapat membentengi mereka dari dampak buruk informasi negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Kemenko PMK menyelenggarakan Puncak Perayaan Internet Safer Day di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Sabtu (24/2/2024). Woro menjelaskan rangkaian kegiatan telah dilakukan sebelumnya, mencakup lomba, pendekatan kepada pendidik, dan lainnya.
Puncak acara ini dihadiri oleh anak-anak untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran mereka terhadap keamanan internet.
Acara ini bukan hanya merayakan Safer Internet Day, tetapi juga menjadi panggung edukasi bagi anak-anak untuk menjadi pelopor keselamatan internet.
4. Internet disebut sebagai platform kuat

Hasil pemantauan ECPAT Indonesia tahun 2021 sampai dengan tahun 2022, menemukan sebanyak 805 kasus Eksploitasi Seksual Anak (ESA), termasuk bujuk rayu bernuansa seksualitas (grooming), perekaman bernuansa seksualitas (sexting), prostitusi anak, pemerasan yang bernuansa seksualitas (sextortion), dan mengunggah foto atau video bernuansa pornografi anak.
Selain itu, risiko lainnya bagi anak di dunia online adalah pemanfaatan aplikasi tertentu sebagai medium, seperti online game, aplikasi media sosial dan perpesanan, hingga aplikasi lainnya dengan mudah merangsang pembentukan jaringan sindikat kejahatan seksual anak.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada 2022 mencatat bahwa transaksi keuangan terkait tindak pidana perdagangan orang dan pornografi anak di Indonesia mencapai Rp114 miliar.
"Internet merupakan platform kuat yang dapat digunakan dalam menyebarkan hal positif atau negatif. Berita baik (dan buruk) menyebar dengan cepat di internet, tanpa memikirkan anak- anak dan remaja yang mendapatkan berita tersebut. Inilah sebabnya, kita sebagai orang tua harus bisa menjadi teman yang membantu generasi penerus kita menjadi penjelajah dunia yang cerdas dan percaya diri dalam memanfaatkan internet sebaik-baiknya, " kata Danny Ardianto, Kepala Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik, YouTube Indonesia dan SAF.