Kirab Waisak di Candi Borobudur, Kemenag: Potret Perjalanan Spiritual

- Perayaan Waisak 2569 BE di Candi Borobudur mencapai puncaknya pada Senin (12/5/2025) dengan kirab suci dari Candi Mendut membawa Api Dharma dan Air Berkah.
- Kirab dimulai pukul 14.00 WIB, disertai barisan pembawa bendera, Bhinneka Tunggal Ika, tandu Kitab Suci Tripitaka, serta bhikkhu yang memercikkan air berkah kepada umat.
- Iring-iringan kirab yang mencapai tiga kilometer menjadi tontonan menarik bagi warga Magelang dan wisatawan, bahkan turis asing terlihat mengikuti jalannya kirab hingga ke pelataran Candi Borobudur.
Jakarta, IDN Times - Perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, mencapai puncaknya pada Senin (12/5/2025). Ribuan umat Buddha mengikuti prosesi kirab suci dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, membawa Api Dharma dari Mrapen, Grobogan dan Air Berkah dari Umbul Jumprit, Temanggung.
Kirab dimulai pukul 14.00 WIB, diawali dengan barisan pembawa bendera yang meninggalkan kompleks Candi Mendut. Di belakangnya, iring-iringan mobil membawa Api Dharma, Air Berkah, tandu Garuda Pancasila, barisan Bhinneka Tunggal Ika, tandu Kitab Suci Tripitaka, serta hasil bumi persembahan umat. Barisan bhikkhu yang membawa payung berwarna-warni turut memperindah suasana kirab.
1. Para bhikku menaiki kendaraan hias

Para bhikkhu yang menaiki kendaraan hias tampak duduk dengan khidmat sembari melafalkan doa dan mantra. Mereka juga memercikkan air berkah kepada umat yang berdiri di sepanjang jalan. Banyak di antara umat yang merasa berbahagia saat terkena cipratan air suci dari para bhikkhu, sebagai simbol berkah dan pembersihan batin.
Panjang iring-iringan kirab yang mencapai tiga kilometer menjadi tontonan menarik bagi warga Magelang dan wisatawan. Bahkan, sejumlah turis asing terlihat mengikuti jalannya kirab hingga ke pelataran Candi Borobudur.
Setibanya di kawasan candi, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin para bhikkhu. Api Dharma dan air berkah kemudian diletakkan secara sakral di altar utama, sebagai bagian dari rangkaian suci perayaan Waisak. Suasana di pelataran candi pun terasa hening dan khidmat.
2. Simbol perjalanan spiritual manusia

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag), Supriyadi, yang turut hadir dalam prosesi, mengatakan kirab Waisak mengandung nilai yang sangat mendalam. Ia menekankan kegiatan ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual dan ritual, tetapi juga menjadi bagian dari praktik sosial yang menyentuh kehidupan banyak orang.
"Kirab ini bisa diartikan sebagai potret perjalanan spiritual manusia yakni perjuangan dan komitmen diri untuk keluar dari penderitaan maupun perilaku-perilaku kurang baik menuju kebahagiaan yang sejati. Namun lebih dari itu, umat juga diharapkan bisa memaknai ini bukan sekadar kirab biasa, tapi bagaimana sambil berjalan mereka menebarkan kebajikan-kebajikan kepada sesama," ujar Supriyadi dalam keterangannya, dikutip Selasa (13/5/2025).
3. Harus perbanyak empati dan simpati

Supriyadi menambahkan, memperbanyak kebajikan serta mengembangkan empati dan simpati merupakan dasar dari kehidupan yang damai dan harmonis. Menurutnya, nilai-nilai tersebut adalah fondasi penting dalam membangun peradaban yang lebih beradab dan saling menghargai.
"Ini sesuai dengan pesan dari tema Waisak 2025 yakni 'Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia'. Artinya bahwa komitmen mewujudkan kedamaian harus terpatri di tiap umat. Mereka harus bisa memperkuat rasa empati dengan mengikis sifat loba, serakah, tamak, iri dan lainnya," kata dia.