Kronologi Penculikan Kepala Cabang BRI untuk Bobol Rekening Dormant

- Kepala Cabang BRI di Cempaka Putih, Mohamad Ilham Pradipta (37) diculik dan dibunuh oleh tersangka Candy alias Ken.
- Penculikan ini berawal dari pertemuan antara tersangka Candy dengan Dwi Hartono pada Juni 2025 untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang sudah disiapkan.
- Pada 20 Agustus 2025, Ilham diculik oleh tim Eramus dan dibawa untuk diserahkan ke tim JP yang terdiri dari N, U, dan D menggunakan Fortuner hitam di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat sekitar pukul 21.00 WIB.
Jakarta, IDN Times - Polda Metro Jaya mengungkap kronologi kasus penculikan berujung kematian Kepala Cabang Pembantu Bank BRI di Cempaka Putih, Mohamad Ilham Pradipta, 37 tahun.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, mengatakan peristiwa ini berawal dari pertemuan antara tersangka Candy alias Ken dengan Dwi Hartono (DH) pada Juni 2025.
“Pada saat itu C alias K memiliki data rekening dormant di beberapa bank, kemudian K berencana memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang sudah disiapkan,” kata Wira di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).
Dalam rencana ini, Ken sudah menyiapkan tim IT, namun memerlukan persetujuan kepala cabang bank yang sama dengan rekening dormant tersebut. Sehingga Ken mengajak Dwi Hartono untuk mencari kepala cabang yang bisa diajak bekerja sama, dalam rangka pemindahan uang tersebut.
Pada 30 Juli 2025, Ken, Dwi Hartono, dan AAM melakukan pertemuan membahas data rekening dormant di BRI. Ken menyampaikan selama ini upaya mendekati kepala cabang selalu gagal.
Karena itu, hanya bisa dilakukan dengan dua opsi, yaitu melakukan pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, setelah berhasil korban dilepaskan. Opsi kedua, melakukan pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, setelah berhasil maka korban akan dihilangkan atau dibunuh.
Pada 31 Juli 2025, Ken, Dwi Hartono, dan AAM kembali bertemu membahas kembali terkait dua opsi itu. Pada 12 Agustus 2025, Ken dan Dwi Hartono berkomunikasi melalui chat WhatsApp, mereka memutuskan memilih opsi satu, yaitu melakukan pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, setelah berhasil korban dilepaskan.
“Pada 16 Agustus 2025, Dwi Hartono mengajak tersangka JP bertemu di sekitar Kota Wisata, Cibubur, dan menanyakan apakah ada kenalan preman atau orang yang bisa membantu mereka dalam melaksanakan pekerjaan ini, bisa sipil atau pun aparat,” ujar Wira.
Pada 17 Agustus 2025, sekitar pukul 09.00 WIB, JP menindaklanjuti permintaan Dwi, dengan mendatangi rumah Sersan Kepala (Serka) N dari satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Tersangka Dwi, JP, AAM, dan Serka N kembali menggelar pertemuan di salah satu kafe daerah Kota Wisata, Cibubur, pukul 20.00 WIB, untuk membahas terkait persiapan melakukan penculikan terhadap korban.
Keempatnya kembali menggelar pertemuan di lokasi yang sama pada 18 Agustus 2025. Dalam pertemuan tersebut, Dwi dan AAM menyiapkan tim yang akan mencari alamat korban, serta mengikuti korban antara lain R, E, dan B (Daftar Pencarian Orang).
JP kemudian menyiapkan tim untuk membantu membuntuti korban yaitu AW serta menyiapkan tim yang akan melakukan penculikan terhadap korban. Setelah itu, Serka N menghubungi Kopda F yang juga dari Satuan Kopassus untuk menyiapkan tim yang akan melakukan penculikan terhadap korban.
Pada 19 Agustus 2025, sekitar pukul 10.00 WIB, Kopda F menghubungi Eramus untuk bertemu di sekitar Cijantung, Jakarta Timur. Tidak lama setelah itu, Eramus datang bersama B, R, dan A.
Kemudian Kopda F menunjukkan foto ke tim Eramus, lalu memberitahukan untuk menjemput paksa orang tersebut dan mengantarkannya ke Dwi Hartono yang disebut JP sebagai bos.
Selain menyiapkan tim yang membuntuti dan melakukan penculikan terhadap korban, Dwi AAM dan JP mencari safe house untuk memaksa korban supaya mau melakukan pemindahan dana.
Pada 20 Agustus 2025, Ilham diculik tim Eramus terdiri R, B, R, A di Lottemart Pasar Rebo, Jakarta Timur, menggunakan Toyota Avanza putih. Selanjutnya, Ilham dibawa untuk diserahkan ke tim JP yang terdiri dari N, U, dan D menggunakan Fortuner hitam di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, sekitar pukul 21.00 WIB.
Korban pun dibawa tim JP pada pukul 21.00 WIB. Selanjutnya korban akan dibawa tim penjemput untuk dibawa ke safe house.
“Karena, tim penjemput tidak kunjung datang, sedangkan kondisi korban semakin lemas. Akhirnya, korban dibuang di daerah Serang Baru, Cikarang dalam kondisi kaki-tangan masih terikat dan mulut terlakban,” kata Wira.
Pada 21 Agustus 2025, sekitar pukul 05.30 WIB di Serang Baru, Cikarang (TKP), jenazah Ilham ditemukan warga sekitar dan selanjutnya melaporkan ke Polsek Serang Baru.
“Bahwa, berdasarkan hasil Visum Sementara penyebab kematian korban diakibatkan oleh kekerasan tumpul pada leher yang menekan jalannya nafas dan pembuluh nadi besar sehingga menimbulkan mati lemas. Namun, masih menunggu hasil pemeriksaan toksikology,” ujar Wira.