Melihat Kans Anies vs Ridwan Kamil di Pilkada DKI dari Berbagai Survei

Jakarta, IDN Times - Pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2024 dari partai politik mulai dibuka pada 27 Agustus 2024. Pendaftaran akan berakhir pada 29 Agustus 2024.
Calon gubernur dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Ridwan Kamil bersama pasangannya, Suswono, dijadwalkan akan mendaftar ke KPUD Jakarta pada 28 Agustus 2024 atau hari kedua pendaftaran.
Sementara, Anies Baswedan yang disebut-sebut akan diusung PDI Perjuangan (PDIP) kemungkinan akan mendaftar pada hari ketiga atau pada 29 Agustus 2024. Sesuai tabiatnya, PDIP selalu mengumumkan dan mendaftarkan carlonnya pada menit-menit terakhir. Anies disebut-sebut akan berpasangan dengan kader PDIP, Rano Karno.
Lantas, bagaimana kans kemenangan Ridwan Kamil vs Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta? Berikut peluang keduannya berdasarkan hasil survei beberapa lembaga.
1. Survei SMRC: pemilih PKS, PKB, NasDem pilih Anies di Pilkada Jakarta

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada Minggu, 18 Agustus lalu menyatakan mayoritas pemilih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih memilih Anies Baswedan jika Pilkada Jakarta digelar sekarang.
Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani, mengatakan lewat survei bertajuk "Peluang Calon-calon Gubernur dalam Pilkada Provinsi Jakarta" itu, mencatat Anies mendapatkan suara 94 persen dari pemilih PKS, lebih unggul jauh dari Ridwan Kamil (RK) yang hanya mendapatkan suara 5 persen.
"Pada pemilih NasDem, Anies 76 persen, jauh di atas RK 22 persen. Untuk pemilih PKB, Anies juga unggul jauh 73 persen melawan RK yang hanya mendapatkan dukungan 17 persen," katanya.
Sementara, SMRC mencatat Ridwan Kamil terlihat unggul atas Anies pada pemilih PSI (93 persen), Gerindra (71 persen) dan Golkar (52 persen). Adapun pemilih Demokrat terbelah kepada Anies (46 persen) dan Ridwan Kamil (43 persen).
Selanjutnya, mayoritas pemilih PDIP belum menentukan (53 persen), tapi yang memilih Ridwan Kamil (39 persen) lebih banyak dibanding Anies (8 persen).
Lebih lanjut, Deni mengungkapkan variasi dukungan terhadap Anies dan Ridwan Kamil menurut demografi. Ia menyebut Anies cenderung unggul atas Ridwan Kamil pada pemilih laki-laki, gen-Z, pendidikan SD dan perguruan tinggi, muslim, etnis Betawi dan pekerja kerah biru.
"Sementara RK cenderung unggul di kelompok etnis Sunda dan yang berprofesi ibu rumah tangga. Persaingan sangat ketat terjadi pada kelompok pemilih perempuan, generasi boomer (para lansia), pendidikan SLTA, dan pekerja kerah putih," ungkapnya.
Adapun, survei SMRC dilakukan menggunakan metode double sampling lewat wawancara yang dilakukan 8-12 Agustus 2024. Sampel 500 responden dipilih secara acak dari database sampel survei tatap muka, dengan jumlah proporsional menurut kabupaten/kota untuk mewakili pemilih Jakarta.
Untuk mendapatkan sampel yang proporsional dari responden yang memiliki telpon tersebut terhadap karakteristik populasi Jakarta, SMRC melakukan pembobotan terhadap sampel terpilih.
Adapun toleransi atau batas kesalahan (margin of error) survei diperkirakan 4,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling).
2. Survei Indikator: Anies melesat di Pilkada Jakarta, punya pemilih kuat

Sementara, menurut lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang merilis hasil survei terkait elektabilitas sejumlah kandidat di Pilkada DKI Jakarta 2024 pada akhir Juli lalu, mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, unggul telak mengalahkan nama kuat lainnya seperti mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyampaikan dalam simulasi top of mind (terbuka), Anies unggul telak dengan elektabilitas 39,7 persen. Dia menjelaskan, simulasi top of mind artinya responden diberikan kebebasan secara terbuka, untuk memilih siapa kandidat cagub yang didukung.
"Ini menarik, dalam simulasi top of mind, yang tidak memberikan jawaban secara spontan cuma 16 persen, artinya relatif kecil. Ini sebagian besar warga di Jakarta sudah punya pilihan secara spontan dan terbuka. Ini menarik, padahal pemilunya masih sekitar tiga bulan, calon belum ditetapkan KPU, tapi warga punya preferensi," ujar dia dalam konferensi pers rilis survei, Kamis, 25 Juli 2024.
"Hampir 40 persen, tepatnya 39,7 persen itu memilih Anies Baswedan," sambung Burhanuddin.
Fenomena tersebut, kata Burhanudin, menunjukkan Anies punya basis pemilih kuat dan mengakar. Masyarakat langsung memilih Anies tanpa disodorkan kandidat di Pilkada 2024 dalam simulasi.
"Ini bisa kita sebut sebagai strong voters karena mereka bisa menyebut nama cagub tanpa kita breafing nama-nama yang akan maju," tuturnya.
Sedangkan, Ahok menempati posisi kedua dengan meraih elektabilitas 23,8 persen. Posisi kader PDIP itu jauh mengungguli Ridwan Kamil yang cuma mendapat 13,1 persen.
"Kemudian 23,8 persen menyebut nama Ahok, 13,1 persen menyebut nama Ridwan Kamil. Ini selisihnya ketiga nama (Anies, Ahok, Ridwan Kamil) cukup siginifikan," tutur Burhanuddin.
Nama lainnya yang tercatat masuk dalam simulasi terbuka ialah Tri Rismaharini alias Risma (1,4 persen); Erick Thohir (1,1 persen); Erwin Aksa (0,8 persen), Ahmad Sahroni (0,6 persen); Heru Budi Hartono (0,4 persen); Uya Kuya (0,4 persen); Kaesang Pangarep (0,3 persen); Sandiaga Uno (0,3 persen); Raffi Ahmad (0,3 persen); Mardani Ali Sera (0,2 persen); Sri Mulyani (0,2 persen); Ahmad Syaikhu (0,2 persen), dan sejumlah nama lainnya.
Adapun survei ini dilakukan pada 18 sampai 26 Juni 2024. Populasi survei ini adalah seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) di Jakarta yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 800 orang.
Dengan asumsi memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh Kota di Jakarta yang terdistribusi secara proporsional. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
"Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti," imbuh Burhanuddin.
3. Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Anies paling gacor

Litbang Kompas juga merilis hasil survei elektabilitas sejumlah nama yang diisukan akan maju pada Pilkada DKI Jakarta 2024. Hasilnya, Anies Baswedan menjadi yang tertinggi dengan 29,8 persen.
Anies disusul mantan gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Sedangkan, mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada di urutan ketiga, disusul Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Berikut hasil survei elektabilitas sejumlah nama di DKI Jakarta menurut Litbang Kompas:
- Anies Baswedan: 29,8 persen
- Basuki Tjahaja Purnama: 20 persen
- Ridwan Kamil: 8,5 persen
- Erick Thohir: 2,3 persen
- Sri Mulyani: 1,3 persen
- Tri Rismaharini: 1 persen
- Heru Budi Hartono: 1 persen
- Kaesang Pangarep: 1 persen
- Andika Perkasa: 1 persen
- Lainnya: 4,3 persen
- Tidak tahu/tidak jawab: 30 persen.
Litbang Kompas juga menanyakan kepada responden mengenai siapa yang berpotensi dipilih pada Pilkada DKI Jakarta 2024. Hasilnya, Anies Baswedan juga unggul, berikut hasil selengkapnya:
- Anies Baswedan: 39 persen
- Basuki Tjahaja Purnama: 34,5 persen
- Ridwan Kamil: 24 persen
- Erick Thohir: 16 persen
- Sri Mulyani: 10,3 persen
- Kaesang Pangarep: 9,8 persen
- Andika Perkasa: 7,8 persen
- Tri Rismaharini: 6,5 persen
- Heru Budi Hartono: 2,8 persen.
Adapun Litbang Kompas melakukan survei pada 15 hingga 20 Juni 2024, dengan melibatkan 400 responden secara acak di DKI Jakarta. Metode yang digunakan yakni pencuplikan sistematis bertingkat.
Tingkat kepercayaan pada survei tersebut sekitar 95 persen, dengan margin of error sekitar 4,9 persen. Survei tersebut sepenuhnya dibiayai PT Kompas Media Nusantara.