Melihat Peluang Kemenangan di Pemilu 2024 dari Safari Parpol ke Ormas

Jakarta, IDN Times - Mendekati Pemilu 2024, berbagai tokoh politik mulai bergerilya mendatangi organisasi masyarakat (ormas) terutama kelompok agama. Kondisi ini telah dikenal sebagai pola lama untuk menggaet massa dari politikus yang akan mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menyebut langkah tersebut merupakan hal yang wajar yang dilakukan oleh partai politik untuk mendapatkan banyak massa dalam Pemilu 2024. Langkah ini juga dinilai cukup menjanjikan, terutama jika tokoh yang diusung parpol tersebut berhasil mendapat simpati kelompok agama yang memiliki anggota melimpah.
“Success rate-nya tinggi kalau berhasil melakukan pendekatan pada berbagai kelompok agama,” kata Ujang saat dihubungi, Senin (21/3/2022).
1. Berebut suara kelompok agama

Beberapa tokoh yang digadang-gadang bakal maju di Pemilu 2024, diketahui telah melakukan safari ke kelompok agama beberapa waktu terakhir. Pada akhir 2021 lalu, relawan mengatasnamakan Jaringan Warga Relawan Anies (Jawara) Banten mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju mencalonkan diri sebagai presiden di 2024.
Terbaru, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mendapatkan dukungan dari santri-santri di Jateng untuk maju memperebutkan kursi Presiden. Kelompok santri pendukung Ganjar ini menilai politikus asal PDI Perjuangan itu berhasil memimpin Jawa Tengah selama dua periode. Kondisi itu lantas menjadi alasan mendukung langkah Ganjar Pranowo untuk maju di Pemilu 2024.
Sementara Ketua DPR RI Puan Maharani secara terang-terangan bersilaturahmi dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta.
Menurut Ujang, tokoh-tokoh politik ini mulai menunjukkan giat mendapatkan dukungan massa kelompok agama untuk suara Pemilu 2024. Masing-masing tokoh akan berebut suara dari kelompok agama yang memiliki banyak massa. “Karena tadi, kelompok agama itu anggotanya banyak, jadi sangat membantu untuk memenangkan kursi presiden atau capres,” ucap Ujang.
2. Kekuatan kelompok agama, meski tak terang-terangan dukung parpol

Ujang menilai langkah tokoh politikus mendatangi kelompok agama merupakan cara lama yang masih relevan hingga saat ini. Pasalnya, kelompok agama cenderung lebih kompak dan mengikuti pemimpin atau ketua kelompoknya. Sehingga ketika salah satu pihak berhasil memenangkan simpati dari pimpinan kelompok itu, maka anggota cenderung mengikuti pilihannya.
“Secara historis presiden-presiden sebelumnya juga banyak menggaet suara kelompok agama, karena kelompok keagamaan ini cenderung lebih kompak,” ucap Ujang.
Kendati demikian, Ujang menekankan bahwa kelompok agama biasanya tidak implisit menyatakan dukungan pada satu calon. Kelompok ini biasanya bersikap netral di muka umum meski memiliki kecenderungan pada salah satu pihak.
“Kelompok agama tidak mendukung secara terang-terangan, tapi dari basis massanya yang akan memilih sendiri,” ucap dia.
3. Pendekatan ke kelompok lain selain organisasi keagamaan

Selain organisasi keagamaan, Ujang menilai tokoh-tokoh yang bakal mencalonkan diri maju di Pemilu 2024 juga mendekati organisasi massa lainnya untuk mendapatkan suara.
Salah satu kelompok massa yang diketahui memiliki banyak suara seperti kelompok persatuan buruh, kelompok guru dan tenaga pendidik, hingga persatuan honorer. Pendekatan pada kelompok ini dinilai juga cukup menjanjikan melihat basis massanya yang cukup banyak.
“Perlu juga pendekatan pada organisasi profesi, seperti misalnya guru honorer karena massanya cukup banyak,” tutur Ujang.