Muncul Isu Kursi Menterinya Digeser PAN, NasDem Pasrah?

Jakarta, IDN Times - Muncul isu Partai Amanat Nasional (PAN) akan masuk ke Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko "Jokowi" Widodo. PAN disebut-sebut akan menggeser kursi menteri yang kini diduduki kader dari NasDem.
Ketua DPP NasDem, Willy Aditya, mengaku tak masalah bila kader partainya ada yang di-reshuffle. Menurutnya, perombakan susunan menteri merupakan hak prerogatif Jokowi.
"Tentu Pak Jokowi memiliki catatan-catatan itu, itu pembantu Beliau," ujar Willy di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (6/12/2021).
1. NasDem tak masalah bila digantikan PAN

Willy menyebut NasDem baik-baik saja ketika kursi menterinya diberikan kepada PAN. Sebab, saat ini PAN sudah masuk koalisi partai politik pendukung Jokowi.
"Ya kalau NasDem fine saja. Kalau kata Pak Surya (Paloh) itu sederhananya, satu musuh terasa banyak, seribu kawan terasa kurang. Walau pun tidak meninggalkan objektivitas dalam rangka check and balances, check and balances penting karena demokrasi yang maju membutuhkan sparing partner yang kuat," ucapnya.
2. Kinerja menteri sepenuhnya dinilai Jokowi

Lebih lanjut, Willy mengatakan, terkait dengan kinerja menteri, itu merupakan hak sepenuhnya Jokowi. Bila ada menteri yang diganti, tentu presiden memiliki catatannya tersendiri.
"Jadi NasDem menghormati untuk setiap keputusan yang diambil Pak Jokowi, dan NasDem support apa yang menjadi keputusan tersebut," katanya.
3. NasDem sebut ada kebutuhan untuk reshuffle

Sebelumnya, isu reshuffle atau perombakan menteri kabinet kembali santer terdengar menjelang pensiunnya Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Disebut-sebut, reshuffle itu berbarengan dengan pelantikan Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI menggantikan Hadi.
Namun, hingga kini belum juga dilakukan reshuffle. Beberapa waktu yang lalu, Willy mengaku tidak mengetahui secara pasti isu reshuffle itu.
"Belum (tahu soal reshuffle), itu ya kemarin diskusi sama beberapa ketua umum, ya tentang kebutuhan (reshuffle) itu ada, iya, tapi pastinya kapan belum ada, gitu," ujar Willy di kompleks Parlemen Jakarta, Selasa (9/11/2021).
4. Surya Paloh masih 'setia' pada Jokowi

Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, ingin Presiden Joko "Jokowi" Widodo kembali menjadi calon presiden atau capres pada Pilpres 2024, jika konstitusi mengizinkan.
"Kalau saja konstitusi kita tidak membatasi masa jabatan presiden itu hanya dua kali, saya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan para kader partai ini, siapa calon presiden kita ke depan sesudah Jokowi," kata Surya saat memberi sambutan acara HUT ke-10 Partai NasDem Satu Dekade di Jalan Restorasi, yang disiarkan di YouTube NasDem TV, Kamis (11/11/2021).
"Siapa? Karena pasti iramanya, tone-nya sama dari atas sampai bawah, dari pimpinan sampai kader paling terendah. Jawabannya satu, ya pasti Jokowi kembali," sambung dia.
Namun, Surya mengakui, Jokowi tak bisa lagi menjabat sebagai presiden. Jokowi pun, sambungnya, juga menghargai konsitusi.
"Tapi kita punya komitmen yang sama. Presiden Jokowi juga mempunyai moralitas komitmen yang sama, untuk menghargai konstitusi (dengan tidak lagi menjabat sebagai presiden). Untuk menjaga konstitusi," kata dia.
Pada HUT Partai NasDem yang genap berusia 10 tahun itu, Surya pun memuji Jokowi. Dia mengatakan partainya tidak salah langkah untuk mendukung Jokowi tanpa syarat.
"Maka NasDem adalah sahabat bagi pribadinya seorang Jokowi. Arti seorang sahabat berulang kali saya katakan, adalah bisa menerima segala kelebihan dan segala kekurangan yang ada," ucapnya.
Surya juga mengatakan keberhasilan Indonesia lebih penting ketimbang keberhasilan NasDem. Agar Indonesia bisa semakin maju dan pemimpin berikutnya bisa melanjutkan pembangunan era Jokowi, dia menyebut partainya siap menjadi tempat 'curhat' mantan gubernur DKI Jakarta ini.
"Maka kepada Presiden Jokowi, kami nyatakan kesiapan kami untuk tetap apabila diperlukan, apabila diperlukan untuk duduk berbicara, saling bertukar pikiran, mencari calon-calon pemimpin bangsa yang terbaik pada anak-anak bangsa yang terbaik," ucapnya.