Mutiara Baswedan: Jalan Menuju Perubahan Memang Gak Mudah

Jakarta, IDN Times - Putri sulung capres nomor urut satu, Mutiara Annisa Baswedan menyadari upaya ayahnya untuk mengusung perubahan bukan perjalanan yang mudah. Ada berbagai kesulitan yang dilalui oleh Anies Baswedan selama proses menjadi calon pemimpin di Indonesia. Mulai dari izin kampanye Anies di tujuh kota yang tiba-tiba dicabut hingga pemasangan iklan LED di dua titik yang mendadak diturunkan.
"Namanya juga perjuangan, gak mungkin mudah ya. Kalau mau perubahan ya pasti susah," ujar Mutiara ketika berbincang di program Gen Z Memilih by IDN Times yang tayang di YouTube dan dikutip pada Selasa (16/1/2024).
Ia pun mengutip pesan yang pernah disampaikan Anies ketika sedang berupaya untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu justru sering menyarankan kepada putra dan putrinya untuk mengambil jalur yang berkelok-kelok dan mendaki.
"Abah selalu bilang ambil jalan yang mendaki karena jalan yang mendaki itu akan membawa kita ke puncak. Karena kalau lancar-lancar aja, malah jadi terlena. Kan pasti ada tantangan yang dihadapi oleh setiap calon masing-masing," tutur perempuan yang akrab disapa Tia itu.
Ia pun berharap semua pihak tetap bersikap netral sehingga pemilu bisa berjalan dengan jujur, adil dan berintegritas.
1. Mutiara ajak publik soraki ramai-ramai bila ditemukan indikasi kecurangan

Tia mengutip apa yang pernah disampaikan oleh cawapres nomor urut dua, Muhaimin Iskandar ketika pengambilan nomor urut. Saat itu, ia mengajak publik untuk mengawasi agar tidak ada kecurangan. Ia juga meminta publik untuk menyoraki ramai-ramai bila ditemukan adanya indikasi tindak kecurangan.
"Seperti waktu itu kata Gus Imin saat lagi pengambilan nomor (urut) ya kita lihat aja wasitnya. Kalau misalnya wasitnya gak netral, kita ikut soraki. Jadi, ya kita sama-sama menjaga demokrasi di Indonesia," ujar perempuan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) itu.
Aksi penurunan iklan Anies di videotron disampaikan oleh akun X di media sosial bernama Olppaemi Project. Akun ini merupakan komunitas penggemar kultur Korea yang ingin membantu capres Anies Baswedan. Meski begitu, mereka membantah terafiliasi dengan timnas Anies-Muhaimin.
Mereka akhirnya melakukan penggalangan dana dari publik untuk membantu mendongkrak elektabilitas Anies. Salah satu tujuan penggalangan dana itu untuk membuat iklan dan menggelar food truck di acara 'Desak Anies'.
Semula, iklan digital sudah terpasang di dua titik yaitu Grand Metropolitan Bekasi dan Graha Mandiri, Jakarta Pusat selama satu pekan. Tetapi, belum ada 24 jam iklan terpasang, tiba-tiba sudah diturunkan.
2. Mutiara tak permasalahkan banyak respons negatif ke Anies Baswedan

Tia mengaku tidak mempermasalahkan banyak respons negatif dan ketidaksukaan dari pihak tertentu kepada Anies. Menurutnya, itulah risiko hidup di negara demokrasi.
"Kalau kita paksakan semua orang sama (untuk menyukai Anies) ya itu namanya bukan demokrasi. Selain itu kan kita tidak bisa kontrol bagaimana orang menyampaikan pendapatnya," ujar Tia.
Menurutnya, apa yang bisa dikendalikan adalah perasaan diri sendiri dan apa yang disampaikan oleh diri sendiri kepada publik. "Buat teman-teman di media sosial mungkin bisa lebih memfilter apa yang di-share. Apakah kira-kira ini berpotensi memunculkan permusuhan atau tidak. Kita juga harus mem-filter apa yang kita terima," tutur dia.
Ia pun sebagai putri Anies melihat keriuhan di media sosial sebagai perbedaan pendapat belaka. Sehingga, Tia jarang menganggap terlalu serius perbincangan di media sosial.
3. Mutiara nilai pemilih Gen Z kritis dan mau berpartisipasi langsung

Di sisi lain, Mutiara menilai pemilih dari kalangan gen Z merupakan sosok yang kritis dan mau terjun langsung untuk ikut serta dalam kegiatan edukasi pemilu. Tia menyebut program 'Desak Anies' banyak dibantu dan dihadiri oleh pemilih dari kaum muda.
"Sebelum mereka bertanya pun, mereka sudah mencari data lebih dulu. Aku optimistis sih sama gen Z. Menurutku, gen Z potensinya besar dan melek terhadap apa yang terjadi di sekitarnya," kata Tia.
Ia pun turut berpesan agar menggunakan hak suara pada pemilu 14 Februari 2024. "Jangan sampai golput. Cari calon manapun yang paling cocok nilai, gagasan dan rekam jejaknya. Meski gak ada calon yang betul-betul 100 persen baik. Karena ketika golput suaranya hilang aja," tutur dia lagi.