Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Panglima soal Siswa Nakal Masuk Barak TNI: Negara Maju Ada Wamil

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto ketika mengikuti rapat komisi I DPR. (www.instagram.com/@sjafrie.sjamsoeddin)
Intinya sih...
  • Panglima TNI ingin menerapkan kebijakan wajib militer seperti negara maju seperti Singapura dan Korea Selatan.
  • Pembinaan disiplin dilakukan oleh TNI, contohnya CEO perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan karena pegawai tidak disiplin.
  • Menteri Pertahanan mendukung penitipan siswa nakal ke barak TNI untuk latihan kedisiplinan, bukan latihan militer.

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto, mengatakan pemerintah di negara maju menerapkan kebijakan wajib militer bagi warga negaranya.

Pernyataan itu disampaikan Jenderal Agus ketika menanggapi pembinaan yang dilakukan TNI kepada siswa nakal atau ormas, cenderung mengarah ke penggunaan metode militeristik. 

"Anda ingat ya di negara yang maju itu, semua warga negaranya (ada program) wajib militer. Anda berpikirnya seperti itu saja. Coba lihat Singapura, Korea Selatan," ujar Agus di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025). 

Afus juga memberikan contoh pembinaan di barak militer bisa diberikan bagi calon pegawai perusahaan swasta. Mereka dititipkan untuk dibina di Satuan Bela Negara Resimen Induk Daerah Militer (Rindam). 

"Jadi, dulu ketika saya menjadi Dandim, ada MoU dengan sebuah perusahaan, setiap ada pegawai baru, mereka akan titipkan ke saya untuk dilatih," kata jenderal bintang empat itu. 

1. Pembinaan disiplin berdampak positif ke performa perusahaan

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto ketika melepas ribuan satgas UNIFIL di Mabes TNI Cilangkap. (Dokumentasi Puspen TNI)

Agus juga menceritakan ada seorang CEO perusahaan asal Kalimantan yang bercerita kepada dia. CEO tersebut berniat melakukan pemecatan kepada sejumlah pegawai. 

"Saya tanya masalahnya apa, Pak? Dia cerita penghasilan perusahaannya menurun. Oke, kami bicara. Ternyata pangkal masalahnya karena pegawainya tidak disiplin. Misalnya waktu istirahat jam 12.00, main lagi jam 13.00 tapi dia masih ngobrol, ngopi. Operatornya baru mulai kerja jam 14.00, itu kan satu jam hilang," ujar mantan KSAD mengisahkan pengalamannya. 

Alhasil, sikap yang tidak disiplin itu berdampak terhadap penurunan pendapatan perusahaan. Setelah diberikan pembinaan disiplin oleh TNI, pemanfaatan waktu menjadi lebih efektif. 

"Pegawai istirahat jam 12.00 WIB, nanti jam 13.00 sudah datang lagi. Sehingga, pendapatnya jadi meningkat. Perusahaan batal melakukan PHK," tutur dia. 

2. Tiap Rindam memiliki kurikulum khusus

Ilustrasi barak di resimen Chandradimuka Akademi TNI. (Dokumentasi Akademi TNI)

Agus menceritakan masing-masing Rindam memiliki kurikulum untuk pembinaan. "Isi kurikulumnya bisa disesuaikan dengan budget dari perusahaan atau mengikuti komitmen dari TNI."

"Misalnya pembinaan 10 hari kurikulumnya seperti ini. Materinya mau diisi apa saja. Misalnya bangun pagi, bagaimana membersihkan tempat tidur, kebanyakan hal-hal disiplin," imbuh Panglima TNI. 

3. Menhan Sjafrie klaim pembinaan siswa nakal tak sama dengan wajib militer

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ketika rapat dengan komisi I DPR. (www.instagram.com/@sjafrie.sjamsoeddin)

Sementara, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin tidak mempermasalahkan dengan rencana Pemprov Jawa Barat yang ingin menitipkan siswa nakal ke barak TNI. Sebab, kata dia, fokusnya hanya untuk pembinaan kedisiplinan. 

"Itu kan kebijakan mau mendukung ketertiban disiplinnya anak-anak. Ya kalau mau nitip, boleh saja," kata Sjafrie di lokasi yang sama. 

Ia menjelaskan, penitipan siswa ke barak militer hanya boleh dilakukan untuk latihan kedisiplinan, tidak boleh untuk latihan militer.

"Di tingkat provinsi dengan Pangdam saja. Titip latihan disiplin itu boleh. Tapi bukan latihan militer, lho," imbuhnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Rochmanudin Wijaya
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us