Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemerintah Kutuk Aksi Kelompok Teroris MIT yang Bunuh 4 Petani Poso

Ilustrasi siluet pasukan gabungan Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala. Jumat, 9 Juni 2020. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Ilustrasi siluet pasukan gabungan Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala. Jumat, 9 Juni 2020. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah mengutuk keras aksi pembunuhan keji yang dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT)  di Poso, Sulawesi Tengah, pada 10 Mei 2021. Namun, kecaman itu dinilai terlambat disampaikan lantaran baru disiarkan sepekan setelah empat warga Poso dimakamkan. 

"Terkait dengan aksi pembunuhan terhadap petani yang dilakukan oleh kelompok teroris Poso, pemerintah mengutuk keras tindakan tersebut dan memerintahkan aparat keamanan dan penegak hukum untuk meningkatkan keamanan dan pengejaran terhadap kelompok-kelompok teroris di wilayah itu," ungkap Mahfud ketika memberikan keterangan pers di kantor Kemenko Polhukam di Jakarta dan disiarkan di kanal YouTube, Rabu (19/5/2021).

Ia mengatakan pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), telah memberikan dana santunan kepada keluarga korban. Menurut laporan kantor berita ANTARA, Selasa, 18 Mei 2021, LPSK memberikan santunan senilai Rp15 juta kepada masing-masing keluarga korban di Poso. Sehingga, total santunan yang diberikan mencapai Rp60 juta. 

"Bantuan uang tunai itu berasal dari anggaran LPSK," ungkap Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu, kemarin. 

Mengapa pemerintah sulit menumpas kelompok teroris MIT yang dipimpin Ali Kalora?

1. Polri akui kesulitan memburu semua anggota MIT karena kondisi medan yang berat

Pemimpin MIT Ali Kalora. Screenshot dari Youtube
Pemimpin MIT Ali Kalora. Screenshot dari Youtube

Menurut Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes (Pol) Didik Supranoto, pelaku pembunuhan sadis terhadap empat petani di Poso diduga dilakukan Qatar, anggota MIT yang kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Hal itu disimpulkan berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang berhasil melarikan diri. 

“Saksi mengenali wajah, apakah pernah melihat sebelum yang bersangkutan bergabung dengan MIT atau melalui poster yang dibagikan,” ungkap Didik kepada media pada 12 Mei 2021. 

Qatar alias Farel alias Anas berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan bergabung di MIT Poso sebagai anggota sejak Santoso masih hidup. Berdasarkan keterangan saksi pula, tidak ditemukan keberadaan pemimpin MIT, Ali Kalora dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Sementara, Mabes Polri mengakui sulit memburu semua anggota MIT di Poso, lantaran kondisi dan medan di lapangan yang menyulitkan aparat keamanan. 

"Jadi memang membutuhkan sumber daya yang besar, artinya fisik personelnya, logistiknya, peralatannya. Sementara, mereka (teroris MIT) bergerak terus," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen (Pol) Rusdi Hartono kepada media pada 18 Mei 2021. 

2. MIT sengaja membagi menjadi dua kelompok agar sulit dikejar

default-image.png
Default Image IDN

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes (Pol) Didik Supranoto mengatakan, sejauh ini ada sembilan anggota MIT yang masuk DPO. Tetapi untuk menyulitkan pengejaran, MIT sengaja membagi menjadi dua kelompok. 

Lima orang yang terlihat di Lore Timur diduga dipimpin Qatar. Sedangkan, kelompok lainnya terdapat pimpinan Ali Kalora.

“Kemungkinan mereka pisah karena yang terlihat hanya lima orang. Itu jadi patokan kami,” kata Didik.

3. MIT kerap melakukan aksi teror agar warga Poso takut

Ilustrasi kasus pembunuhan. (IDN Times/Cije Khalifatullah)
Ilustrasi kasus pembunuhan. (IDN Times/Cije Khalifatullah)

Pembunuhan petani di Desa Kalemago itu berdampak secara psikologis kepada warga sekitar. Mereka kini diliputi ketakutan dan rasa tak aman. 

Tetapi, menurut Didik, warga tak perlu takut karena pembunuhan tersebut bertujuan untuk menebar teror.  "Kalau kita takut berarti tujuan teror itu berhasil,” kata dia. 

Selain membunuh empat petani dengan cara sadis, kelompok MIT juga merampok logistik dan uang milik korban. Satgas Madago Raya sudah diturunkan ke lokasi untuk menyisir dan mencari para pelaku.

Jenazah empat petani di Desa Kalemago itu telah dimakamkan pada 12 Mei 2021. Proses pemakaman dibantu personel TNI dan Polri. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us