Pemerintah Tabur 52 Ton Garam Dapur ke Langit Cegah Banjir Jabodetabek

- Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) berakhir setelah 10 hari dilaksanakan oleh BNPB, BPBD DKI, dan Jawa Barat
- Tim OMC menggunakan 4 ton kalsium oksida dan 52 ton garam dapur selama operasi
- Potensi risiko dampak bencana banjir di Jabodetabek menurun signifikan, dengan penurunan jiwa terdampak hingga 92,3 persen
Jakarta, IDN Times - Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang diselenggarakan secara bersama oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dan BPBD Provinsi Jawa Barat telah berakhir.
Operasi ini juga bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan TNI Angkatan Udara.
"Operasi modifikasi cuaca gabungan ini merupakan upaya pemerintah pusat dan daerah dalam mengurangi risiko bencana banjir susulan pascabanjir besar yang melanda wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) pada Senin (3/3),"ucap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan, Jumat (21/3/2025).
1. Total 52 ton garam yang ditaburkan selama 10 hari

Abdul Muhari menerangkan operasi bersama serentak dilaksanakan selama 10 hari mulai 11-20 Maret 2025. Meskipun demikian, BNPB telah terlebih dahulu melaksanakan OMC sejak 4 Maret 2025.
Total bahan semai yang yang digunakan selama operasi terdiri dari 4.000 kg atau 4 ton kalsium oksida (CaO) dan 52.000 kg atau 52 ton natrium klorida (NaCl) atau garam dapur.
"Selama periode OMC 4 sampai 20 Maret 2025, tim OMC BNPB mencatat total penerbangan pesawat penabur carravan PK-SNM sebanyak 56 sorti dengan 113 jam dan 48 menit waktu terbang," terangnya.
2. Potensi risiko dampak bencana dapat dikurangi

Abdul Muhari menerangkan meskipun dalam masa pelaksanaan modifikasi cuaca beberapa wilayah Jabodetabek tetap diguyur hujan, namun potensi risiko dampak bencana dapat dikurangi.
"BPBD Provinsi Jawa Barat mencatat, kejadian bencana di Provinsi Jawa Barat mencapai 60 kejadian dalam periode OMC. Jumlah ini memang meningkat dibandingkan pada periode sebelum OMC. Meskipun demikian, potensi risiko bencananya menurun signifikan," katanya.
3. Risiko korban meninggal berkurang

Muhari memaparkan sebagai perbandingan, jumlah jiwa terdampak pada masa sebelum OMC sebanyak 231.180 jiwa, dibandingkan dengan data pada OMC hari ke-10 terdata 15.582 jiwa. Persentase penurunan jiwa terdampak sebesar 92,3 persen. Risiko korban meninggal dunia juga berkurang 100 persen setelah dilaksanakannya OMC.
"Sebelumnya, banjir dan longsor di wilayah Jawa Barat menewaskan sebanyak 10 orang. Pasca OMC, tidak ada korban meninggal dunia meskipun wilayah Jawa Barat sempat diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada 17-18 Maret 2025 lalu," katanya.
4. Potensi hujan ringan

Sementara BPBD Provinsi Daerah Khusus Jakarta juga mencatat penurunan dampak bencana dari sebanyak 10.626 jiwa terdampak pada dasarian pertama Maret 2025 menjadi 721 jiwa terdampak pada dasarian kedua Maret 2025 walaupun jumlah kejadian bencana karena cuaca ekstrem meningkat 57 persen
"Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, prospek cuaca pada dasarian ketiga Maret 2025 untuk wilayah Provinsi Daerah Khusus Jakarta dan Jawa Barat terpantau potensi hujan ringan hingga sedang," ucapnya.