Presiden dan Jajarannya Sampaikan Duka Cita bagi Korban Erupsi Lewotobi

- Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur memicu status tanggap darurat
- Pemerintah mengerahkan TNI, Polri, dan aparat terkait untuk menangani bencana serta mendukung evakuasi warga
- Akses menuju lokasi bencana terhambat akibat penutupan empat bandara, sehingga jalur laut dan darat menjadi satu-satunya alternatif untuk menyalurkan bantuan
Jakarta, IDN Times - Erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, telah memicu status tanggap darurat di berbagai tingkat pemerintahan. Presiden, Wakil Presiden, dan jajaran pemerintah turut menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban yang meninggal serta memberikan perhatian kepada korban luka dan masyarakat terdampak.
Sejak erupsi yang terjadi pada Senin, 4 November dini hari, pemerintah bergerak cepat dengan mengerahkan TNI, Polri, dan aparat terkait untuk menangani bencana dan mendukung evakuasi warga.
Menurut laporan yang diterima, jumlah korban meninggal mencapai sembilan orang, dengan satu korban dalam kondisi kritis.
Sementara itu, akses menuju lokasi bencana terhambat akibat penutupan empat bandara, sehingga jalur laut dan darat menjadi satu-satunya alternatif untuk menyalurkan bantuan.
Pemerintah telah menetapkan radius aman sejauh tujuh kilometer dari pusat erupsi, mendirikan tenda pengungsian, dan menyediakan kebutuhan pokok bagi warga terdampak.
"Kita sudah putuskan tujuh kilometer dari radius erupsi harus clear," ungkap Menko Bidang PMK, Pratikno.
1. Upaya tanggap darurat dan dukungan pemerintah

Penanganan darurat terus dilakukan dengan bantuan berbagai pihak, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Sosial, serta dukungan TNI dan Polri.
"Seluruh jajaran-jajaran kita kerahkan semuanya untuk membantu masyarakat," jelas Pratikno dalam Konferensi Pers.
Upaya penyelamatan difokuskan pada evakuasi warga di sekitar zona bahaya dan pemulihan logistik di pengungsian. Selain itu, pemerintah telah menyiapkan sarana dan prasarana di lokasi pengungsian, seperti tempat tidur, MCK, air bersih, dan fasilitas kesehatan.
"Kita juga Kemenkes, BNPB juga sudah mengirimkan banyak sekali makanan dan kebutuhan lain, tetapi juga masker untuk membantu masyarakat," tambahnya.
2. Kendala akses dan penyaluran bantuan logistik

Akses menuju Flores Timur mengalami kendala berat dengan ditutupnya empat bandara di sekitar area bencana, memaksa pemerintah untuk memanfaatkan jalur laut dan darat.
“Ada empat bandara yang ditutup, masih belum bisa operasional. Oleh karena itu, akses ke sana harus melalui jalan laut dan darat,” tutur Pratikno dalam Konferensi Pers.
Pemerintah dan berbagai kementerian berupaya membuka jalur akses secepat mungkin untuk mempercepat distribusi bantuan. Koordinasi intensif dilakukan agar bantuan darurat dapat segera sampai kepada masyarakat terdampak.
“Dan tentu saja kita terus berusaha untuk mengaktifkan jalur-jalur logistik ini agar tidak semakin mempersulit masyarakat,” sambungnya.
3. Pemantauan geologi dan rencana pemulihan pasca bencana

Pemantauan intensif dilakukan oleh badan geologi untuk mendeteksi aktivitas erupsi lanjutan serta potensi bahayanya.
“Sementara itu kita terus memonitor perkembangannya dari waktu ke waktu, badan geologi terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan erupsi ini, secara teliti mendeteksi tanda-tanda erupsi lebih lanjut dan potensi bahayanya. Karena kita kan bisa nanti, geologi akan menentukan itu waspada, siaga, ataukah awas, seperti itu,” katanya dalam Konferensi Pers.
Ke depan, pemerintah akan berfokus pada pemulihan infrastruktur dan perumahan bagi masyarakat terdampak setelah situasi darurat terkendali.
“Nanti setelah kondisi darurat ini bisa teratasi, kita akan melangkah ke tahap berikutnya, perbaikan infrastruktur, perumahan, dan lain-lain. Dan nanti Menko PMK akan segera juga melakukan rapat koordinasi, karena penanganan pasca bencana ini juga membutuhkan dukungan dari kementerian lain,” kata Pratikno.