Profil Mary Jane Fiesta Veloso, Kurir Narkoba Terpidana Hukuman Mati

Jakarta, IDN Times - Mary Jane Fiesta Veloso adalah terpidana mati narkoba asal Filipina. Dia ditangkap di Yogyakarta pada 2010 karena menyelundupkan heroin. Terbaru, dia akan menjadi saksi kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang terjadi di negaranya, Filipina.
Berikut adalah profil Mary Jane!
Mary Jane, perempuan kelahiran 10 Januari 1985 yang berasal dari Provinsi Nueva Ecija, Filipina.
1. Mary Jane menikah di usia 16 tahun dan bercerai

Pada tahun 2000, dia menikah pada usia 16 tahun dan memiliki dua orang anak. Dia berpisah dengan suaminya yang diketahui tidak bekerja.
Pada 2009, Mary Jane bekerja di Dubai sebagai pekerja rumah tangga. Dia mengalami beberapa percobaan pemerkosaan.
2. Pertemuan dengan Maria Kristina Sergio membawanya ke penjara

Pada 2010, dia kemudian direkrut oleh Maria Kristina Sergio untuk bekerja di Malaysia sebagai pekerja rumah tangga.
Maria Kristina diketahui sebagai teman dari mantan suami Mary Jane. Namun perkenalannya dengan Maria Sergio justru membawanya ke Indonesia dan mendekam di penjara.
Pada April 2010, Mary Jane ditangkap di Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta. Hal itu karena dari tangannya ditemukan 2,6 kilogram heroin.
3. Jokowi tolak grasi Mary Jane pada 2014

Kemudian, pada Oktober 2010, Mary Jane divonis mati oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sleman. Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga menolak permohonan grasi yang diajukan Mary Jane tahun 2014.
Mary Jane, terpidana mati kasus narkoba yang seharusnya menjalani eksekusi tahap kedua bersama duo anggota Bali Nine.
Namun, Presiden Jokowi meminta Jaksa Agung saat itu, Prasetyo menunda eksekusi setelah Maria Kristina menyerahkan diri ke kepolisian Filipina sebagai pelaku perdagangan manusia dengan korban Mary Jane pada 2015.
4. Mary Jane diduga jadi korban perdagangan manusia

Selama hampir 13 tahun menunggu vonis mati, Mary Jane diniali berperilaku baik selama mendekam di penjara meski grasinya ditolak Presiden.
Mary Jane urung dieksekusi dan dikembalikan ke Lapas Yogyakarta karena adanya permohonan dari otoritas Filipina terkait pengakuan Maria Kristina Sergio bahwa Mary Jane diduga menjadi korban perdagangan manusia.
Kala itu, jelang eksekusi Mary Jane, di Filipina terjadi gelombang aksi menolak pelaksanaan hukuman mati Mary Jane. Selain mengecam keras, warga juga berharap pemerintah Indonesia membatalkan pelaksanaan eksekusi mati. Bahkan petinju dunia asal Filipina, Manny Pacquiao mengirim pesan khusus kepada Jokowi untuk membatalkan hukuman mati.