Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Respons Ketua Majelis Syura PKS soal Taliban Kuasai Afghanistan

IDN Times/Teatrika Handiko Putri
IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Jakarta, IDN Times - Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri menanggapi soal Taliban yang kini menguasai Afghanistan. Menurut dia, Taliban merupakan kelompok masyarakat Sunni sama seperti umat Islam Indonesia umumnya.

"Jadi, mereka ahli sunah wal jamaah kalau pandangan kita di Indonesia," ujar Salim dalam acara "Ngobrol Seru by IDN Times", Minggu (23/8/2021).

1. Salim sebut setiap negara punya hak mendirikan sistem sesuai keinginannya

Potret militan Taliban di Afganistan. (namnewsnetwork.org)
Potret militan Taliban di Afganistan. (namnewsnetwork.org)

Salim mengatakan, setiap negara memiliki hak membuat sistemnya masing-masing. Begitu juga Afghanistan.

"Saya kira setiap negara punya hak ya, negara mana pun apakah itu di Afghanistan atau di negeri mana pun, mereka punya hak membangun negerinya dengan sistem yang mereka inginkan," ucapnya.

Salim mengaku mengikuti setiap pernyataan juru bicara Taliban. Berdasarkan keterangan juru bicara, Taliban akan mengkaji mengenai penggunaan sistem demokrasi.

"Pertanyaan mendasar lain juga apakah saudara akan menggunakan wanita di kabinet nanti? (Mereka) tidak mengatakan tidak atau iya, 'kami akan kaji dan kami akan memilih yang pas yang sesuai dengan kebiasaan dan keinginan di negara kami', dan itu yang saya dengar langsung, saya tidak kenal secara pribadi," kata mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi itu.

2. Taliban mengaku tidak sengaja penaklukan Ibu Kota Kabul

Pejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.
Pejuang Taliban berjaga-jaga di provinsi Ghazni, Afghanistan, Sabtu (14/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer.

Taliban mengungkapkan penaklukan Kabul, ibu kota Afghanistan, yang menurut mereka sesuatu yang tidak direncanakan. Alih-alih merebut kekuasaan pemerintahan Ashraf Ghani, rencana awal Taliban adalah berdialog untuk membangun pemerintahan yang inklusif.

Ketika Taliban mulai menaklukkan ibu kota provinsi, seiring Amerika Serikat (AS) dan NATO menarik mundur pasukannya, militan Islam itu menyampaikan berulang kali bila mereka tidak ingin menaklukkan Kabul.

“Ketika kami memasuki Kota Kabul dan itu tidak direncanakan, karena pada awalnya kami mengumumkan bahwa kami tidak ingin memasuki Kabul. Kami ingin mencapai solusi politik, membuat pemerintahan bersama dan inklusif, sebelum memasuki Kabul,” kata Komisi Kebudayaan Taliban, Abdul Qahar Balkhi, Minggu (22/8/2021), dikutip dari Al Jazeera.

3. Taliban mengambil inisiatif keamanan untuk Kabul

Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz)
Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz)

Saat Taliban mengepung Kabul, dengan menaklukkan kota-kota yang mengelilinginya, Presiden Ghani justru meninggalkan negeri bersama keluarganya. Pada saat yang sama, Taliban juga terkejut karena pasukan keamanan justru meninggalkan tugas mereka.

“Aparat keamanan pergi meninggalkan tempat mereka, dan kami terpaksa meminta pasukan kami untuk masuk dan mengambil alih keamanan. Perkembangannya begitu cepat sehingga semua orang terkejut,” ulas Abdul Qahar.

Terlepas dari klaim penaklukan tanpa senjata, citra buruk Taliban telah melekat di pikiran masyarakat. Alhasil, banyak warga Afghanistan berbondong-bondong menuju Bandara Hamid Karzai, Kabul untuk melarikan diri.

Taliban menyayangkan hal itu dan menyebut ketakutan masyarakat merupakan sesuatu yang tak berdasar.

“Sangat disayangkan bagi orang-orang untuk bergegas ke bandara seperti saat ini. Kami telah mengumumkan amnesti umum untuk semua orang di pasukan keamanan dari tingkat senior hingga junior,” tambah Abdul Qahar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us