[WANSUS] Ridwan Kamil: Pilih Pemimpin yang Paham Isu Perkotaan

- Ridwan Kamil yakin bakal menang karena didukung Jokowi
- Kang Emil blusukan di Rawa Belong, Jakarta Barat meski cuaca mendung
- Menunjukkan keyakinan dan dukungan dari mantan gubernur dan presiden dua periode, Joko "Jokowi" Widodo
Jakarta, IDN Times - Cuaca pada Selasa sore di wilayah Rawa Belong, Jakarta Barat sudah terlihat mendung dan menunjukkan tanda-tanda bakal turun hujan. Namun, calon Gubernur Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil tetap gas pol berkampanye dan mengenalkan diri kepada calon pemilih di area tersebut. Bahkan, dalam pidato di hadapan warga, pria yang akrab disapa Kang Emil itu memperkenalkan dirinya.
"Nama saya, Ridwan Kamil. Saya calon gubernur nomor urut satu. Niat saya baik untuk menyayangi, mencintai dan memberesi semua masalah bapak-ibu. Agar hidup bapak-ibu lebih mudah dan murah. Setuju?" kata Kang Emil di area Rawa Belong, Selasa, 19 November 2024.
IDN Times diberikan akses untuk mengikuti Kang Emil blusukan di area tersebut. Mantan Gubernur Jawa Barat itu menggunakan sisa waktu yang ada dengan semakin sering turun untuk menemui warga. Bahkan, Kang Emil mengaku sudah mendapat 'oleh-oleh' berupa luka bekas cakaran.
"Ini luka-luka, bekas dicakar ibu-ibu. Saking gemesnya ketika bertemu," tutur dia ketika blusukan pada pekan ini.
Saat blusukan itu, Kang Emil juga blak-blakan dan percaya diri bisa memenangkan Pilkada Jakarta. Sebab, ia sudah mendapatkan dukungan secara terbuka dari mantan gubernur dan presiden dua periode, Joko "Jokowi" Widodo.
Apa respons Kang Emil melihat Pramono Anung yang sudah mulai didukung oleh Anies Baswedan? Simak wawancara khusus IDN Times berikut.
Waktu kampanye tersisa tinggal satu hari, masih ada titik yang belum disambangi?

Sehari itu, mungkin puluhan titik, mungkin ratusan. Tetapi kan yang menyambangi tidak hanya fisik si calon gubernurnya. Saya ada agenda paslon mencapai 30, tapi saya hanya sanggup datang ke 12 titik. Sisanya kan dilakukan oleh perwakilan, juru bicara, wakil dan bahkan oleh istri saya sendiri.
Intinya sebanyak itu agenda harian kami.
Berbagi agenda juga dengan Pak Suswono juga ya?
Betul. Mendingan masing-masing daripada bergabung, sehingga titik sapa dan jangkaunya jadi lebih banyak.
Ada momen unik yang ditemukan selama kampanye?
Ini luka-luka, bekas dicakar ibu-ibu. Saking gemesnya. Badan saya luka-luka. Jadi, orang Jakarta itu ekspresif. Kalau seneng, seneng banget, kalau gemes, gemes banget.
Anda menganggapnya ekspresi itu sebagai bentuk penerimaan warga Jakarta?

Itu bentuk kasih sayang, penerimaan. Kan bukan menganiaya. Tapi, menunjukkan semangatnya. Nah, ini seperti di pasar-pasar, ini yang saya maksud. Pasar bisa tetap begini, tapi di bagian atas bisa ditambahi sesuatu.
Ini bisa dijadikan hunian di atas pasar. Dengan memanfaatkan arsitektur. Ini kan lahannya lumayan besar tapi kan manfaatnya cuma selantai. Bayangkan si pedagang tinggalnya di atas.
Jadi, tanah di Jakarta mahal, sehingga kami fungsikan untuk kebutuhan lain. Pasar bunga ini kan juga terlihat bersih ya. Kalau didesain dengan arsitektur yang baik, ini bisa jadi wisata internasional.
Apalagi yang bisa dioptimalkan untuk Pasar Rawa Belong karena ini pasar bunga terbesar se-Asia Tenggara?
Di mana ada keramaian, di situ pasti ada kebutuhan makan dan minum kan? Jadi, kalau saya ditanya apa idenya, mungkin menjadikan ini wisata belanja bunga, kemudian buat kuliner-kuliner.
Apa saja yang Anda obrolin dengan Pak Jokowi ketika bertemu di sebuah kafe di Cempaka Putih?

Intinya, Pak Jokowi mendoakan, mendukung, menyemangati. Bagi saya dapat dukungan dari Pak Jokowi kan sesuatu yang sangat berarti. Menandakan kedekatan kami, keyakinan Pak Jokowi terhadap saya.
Seperti di kalimatnya 'kalau mau mengurus Jakarta, pilih pemimpin yang punya catatan rekam jejak'. Saya kira itu yang jadi poin penting. Mudah-mudahan menguatkan para warga Jakarta untuk memahami logikanya Pak Jokowi.
Pak Jokowi kan sudah tidak lagi jadi presiden dan akan nyoblos di Solo. Yakin masih punya pengaruh?
Ya, gak masalah. Kan gak harus membersamai, setiap hari. Kasihan. Beliau kan juga punya dukungan ke mana-mana. Kemarin dengar kan kalimatnya ya? Setegas itu.
Apakah Anda sudah menyampaikan undangan ke Pak Jokowi untuk hadir di kampanye akbar?
Tim sukses sudah menyampaikan undangan. Cuma kita lihat kesibukan-kesibukan Beliau sebagai tokoh bangsa, tokoh nasional. Dengan hadir kemarin di Cempaka Putih sudah lebih dari cukup. Itu hal sangat luar biasa.
Keberadaan Pak Jokowi di Jakarta momentumnya terjadi setelah Anies mendukung Pramono. Tanggapan Anda?
Gak bisa dipas-pasin juga momentumnya. Kan mungkin jadwalnya Pak Jokowi. Pak Anies juga saya belum mendengar statement langsung mendukung Mas Pramono. Anda dengar? Kan enggak ya.
Tapi, tim Anies di pilpres memilih bergabung dengan Pramono-Rano?
Ada 11 tim Pak Anies yang bergabung ke saya, gimana mendefinisikannya coba?
Anies memajang foto kunjungan Pramono-Rano di media sosial. Sedangkan dengan Anda belum?
Artinya, bahwa yang namanya ke Bang Foke, silaturahmi ke Pak Sutiyoso kan sama. Cuma saya kan belum diberi kesempatan.
Jadi, sama Mas Pram ingin bertemu Pak Jokowi dalam kapasitas sebagai mantan gubernur, tapi kan belum. Jadi, artinya silakan saja kalau pun iya (memberikan dukungan). Namanya silaturahmi kan selalu baik.
Di sisa waktu yang ada, saya akan blusukan, saya menyapa warga, memahami masalahnya. Karena tugas pemimpin kan membereskan masalah warga.
Di sini kan (Rawa Belong) kan belum ada SMP dan SMA, di sini ingin ada revitalisasi. Saya kebetulan arsitek jadi bisa lah mengimajinasikan.
Ketika Anda menyebut di debat pamungkas, gubernur yang paling brutal melakukan penggusuran ada di PDIP. Tapi, Anda juga disebut menggusur rumah deret Tamansari. Respons Anda?
Itu kan mengembalikan mereka ke sana. Kalau Tamansari (huniannya) untuk kakeknya, kami ingin cucunya bisa tinggal di sana juga. Jadi, memindahkan sebentar untuk balik lagi bukan digusur pindah ke titik itu. Itu adalah dua hal yang berbeda.
Ada pesan buat millennial dan gen Z buat yang masih jadi swing voters?

Program mungkin mirip-mirip. Tapi, kalau bisa pilih pasangan yang rekam jejak, pengalaman, keilmuannya relevan tentang isu-isu perkotaan.
Semua pemimpin juga niatnya baik, tapi kalau pemimpin berpengalaman Insya Allah kerjanya cepat, tidak banyak adaptasi sehingga janji-janji, wujud-wujud buat politik jauh lebih cepat dan baik.