Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Semangat Tinggi Orang Rimba Belajar, Tapi Terganjal Tenaga Pengajar

Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terab, Kamis (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Sosial meresmikan community center untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari, tepatnya bagi Suku Anak Dalam (SAD) kelompok Temenggung Ngelembo yang bermukim di wilayah Sungai Terap, Desa Jelutih, Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari, Jambi. SAD yang ada di wilayah ini, masih hidup dalam sudung-sudung atau pondok terpal. 

Salah satu hal yang disoroti oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma adalah akses pendidikan bagi anak-anak SDA atau orang rimba.

“Seringkali kan mereka berpindah-pindah, sebetulnya impact yang paling berat, sebenarnya ini terjadi di banyak suku Indonesia, suku yang di dalam itu akibatnya anak-anak sulit sekolah karena kemudian saat dia pindah anak diajak, sehingga kemudian anak-anak itu banyak yang putus sekolah dan sebagainya,” kata Risma  saat mengunjungi SAD di Desa Sungai Terap, Rabu (16/3/2022).

1. Masuk usia dewasa orang rimba tak lagi belajar, apalagi perempuan

Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terab, Kamis (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Fasilitator Pendidikan dari Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI-Warsi), Yohana Pamella Berliana Marpaung, mengabdikan dirinya untuk mengajar generasi penerus orang rimba. Perempuan 30 tahun asal Medan ini sudah berada di SAD Sungai Terap sejak 2018 sebagai bagian dari staf pendidikan.

Yohana mengatakan, selama mengajar di sana jumlah anak yang datang tak selalu menentu. Semakin dewasa anak orang rimba, mereka tak lagi pergi belajar.

“Masih banyak sekali yang belum terjangkau, terutama yang anak laki laki, kalau perempuan sebenarnya sudah banyak, tapi kalau sudah remaja, mereka sudah tidak lagi belajar,” kata dia saat mendampingi anak-anak orang rimba di community center, Rabu.

Dia mengatakan, salah satu alasan orang rimba tak lagi belajar karena masalah adat. Anak perempuan yang sudah remaja khawatirnya akan tersentuh guru laki-laki dan nantinya akan terkena denda adat. Bagi orang rimba, perempuan disebut dewasa bila sudah pubertas atau menstruasi.

“Sudah menstruasi sudah tidak belajar lagi,” kata Yohana.

2. Beri pendidikan dasar baca, tulis dan hitung

Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terab, Kamis (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Dibalik itu semua, Yohana dan teman-teman tetap memberikan pendidikan kepada anak-anak SAD. Pembelajaran yang difokuskan adalah baca, tulis, dan hitung. 

Pihaknya hanya mempersiapkan anak-anak SAD merangkak dari dasar menuju pendidikan formal. 

Dia mengatakan, sudah ada 12 anak yang didaftarkan ke sekolah PT Wahana Perintis HT, tapi itu juga harus menghadapi masalah.

“Ada 12-15 yang kita daftarkan, namun itu terhalang, sudah satu bulan ada keluarga yang meninggal dunia, mereka melamun. Jadi sampai sekarang belum balik dan sekolahnya berhenti dulu,” kata Yohana.

Nantinya, SAD yang sudah mampu baca, tulis, dan hitung akan mengajar adik-adik mereka.

3. Semangat belajar anak-anak orang rimba tinggi, bangunkan guru tengah malam untuk belajar

Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terap, Rabu (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Yohana mengaku sangat terharu mengajar anak-anak SAD Sungai Terap, Batanghari, karena mereka punya semangat belajar yang tinggi. Saat dia datang, mereka langsung mau belajar seharian bersama Yohana.

“Ketika tahu saya datang, dan disebutkan saya adalah fasilitator pendidikan itu semua anak ngumpul seharian bersama saya,” ujarnya.

Semangat belajar ini tak hanya muncul dari anak-anak, tapi juga para orang tua. Menurut Yohana, belajar adalah hal baru bagi orang rimba. 

“Jam setengah dua pagi dia akan membangunkan saya, mereka manggil saya 'Juana, kami hendak belajo', jadi saya dibangunin,” kata Yohana meniru suara anak-anak orang rimba.

4. Berharap ada perempuan SAD bisa jadi staf kesehatan, untuk merawat sesamanya

Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terab, Rabu (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Mengajar anak-anak orang rimba, kata Yohana, bisa dilakukan dengan cepat, asal menggunakan bahasa ibu mereka, dan menyesuaikannya dengan pemikiran di sana.  Yohana dan teman-temannya harus beradaptasi.

"Ini kelompok yang paling terakhir yang menerima pendidikan dari yang sebelum-sebelumnya, mungkin mereka tahun 2008,” ujarnya.

Dia mengatakan, KKI-Warsi hanya jadi pendamping. Saat mereka sudah bisa melangkah, pihaknya akan berpindah dan mengurangi intensitas untuk mencari wilayah SAD mana lagi yang belum terjangkau pendidikan dasar.

Yohana berharap, ada perempuan dari SAD yang nantinya bisa mengatasi masalah kesehatan kelompoknya, karena jika laki-laki, SAD kadang membatasi interaksi.

“Harapan saya ada satu perempuan yang bisa baca tulis hitung, yang bisa jadi staf kesehatan yang tahu pengobatan, karena mereka masih sederhana banget untuk pengobatan. Karena luka kecil saja, mereka sebut tangan mereka sudah putus, karena mereka tidak punya alam pemikiran bahwa itu bisa dijahit,” kata Yohana.

“Saya ingin perempuan, kenapa perempuan? Dia lebih gampang untuk mengobati perempuan yang lain. Di sinikan sulit ya, karena kalau untuk dokter laki laki mereka gak mau. Saya ingin mereka mampu beradaptasi, terintegrasi dengan desa dan pemerintah. Perhatian dari pemerintah, perhatian yang sesuai dengan mereka, dengan kehidupan mereka,” ujarnya.

5. Bupati Batanghari ungkap sulitnya dapat tenaga pengajar buat orang rimba

Bupati Batanghari Muhammad Fadhil Arief saat mendampingi Menteri Sosial Tri Rismaharini saat menyerahkan bantuan kepada warga SAD di Batanghari, Rabu (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Masalah pendidikan bagi orang rimba, diungkapkan oleh Bupati Batanghari Muhammad Fadhil Arief. Dia mengaku kesulitan memberikan akses pendidikan, terutama untuk mendapatkan tenaga pengajar.

"Kami terhambat susah dengan guru yang mau mengajar di wilayah SAD yang jauh dari tempat permukiman," kata dia kepada Risma, saat memberi sambutan peresmian community center.

Dia menjelaskan, sebagian dari anak yang dibina KKI-Warsi sudah layak menjadi guru untuk sesamanya. Anak-anak di SAD kadang bisa belajar sampai malam hari, karena saat siang atau hari masih terang anak-anak pergi ke kebun.

"Mungkin nanti tinggal ditambah kompetensinya sedikit yang nanti kita akan diminta Pemkab Batanghari, yang nanti bisa mengajar sanak saudara, kita menyesuaikan dengan waktu sanak saudara kita," kata Fadhil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
Lia Hutasoit
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us