Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Memaknai Hari Raya Idulfitri? Cari Jawabannya di Sini!

Dok.IDN Times/Istimewa

Jakarta, IDN Times - Sore-Sore Berkah by IDN Times kembali hadir hari ini, Jumat (31/5), bersama Ustaz Syam El Marusy. Kali ini, Sore-Sore Berkah akan membahas mengenai makna dari Hari Raya Idulfitri.

Kalau berbicara tentang puasa, maka yang disebutkan la'allakum tahtadụn tapi ketika kita berbicara tentang Lebaran atau pun Idulfitri maka yang disebutkan adalah la'allakum tasykurụn.

Puasa akan membuat kita lebih bertakwa, orang yang memaknai puasanya lebih mendalam lagi akan menambahkan ketakqaan atau ketakutan dia kepada Allah SWT.

Tapi, orang yang memaknai daripada makna Hari Raya Idulfitri, hari raya kembalinya seseorang menjadi fitri kembali atau suci kembali bagaikan seorang bayi yang dilahirkan oleh ibunya tanpa dosa, tanpa noda sedikit pun, karena diampuni oleh Allah SWT di hari kemenangan, maka mereka patutnya menjadi seorang la'allakum tasykurụn agar kalian bersyukur kata Allah SWT.

Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar

laa illaa haillallahuwaallaahuakbar

Allaahu akbar walillaahil hamd

Hayo, siapa yang membaca kalimat di atas sudah dengan nada? Sayup-sayup terdengar suara takbir di telinga kita bukan?

Ustaz Syam berkata, lantunan tersebut bisa jadi bagi sebagian orang menjadi pemantik untuk mengingat penyesalan di mana seorang anak tahun lalu masih bersama dengan ibundanya untuk berangkat ke masjid untuk salat Idulfitri.

Atau juga tentang seorang anak tahun lalu masih bersama ayahandanya berangkat untuk melaksanakan Idulfitri tapi tahun ini tangan yang biasanya dia genggam pulanglah seorang anak itu sendirian dari masjid.

Ketika pulang ke rumahnya tangan yang tahun lalu dia kecup, tangan yang tahun lalu dia cium, tubuh yang tahun lalu dia peluk, kini tidak ada lagi karena sang ibunda, sang ayahanda sudah berada di dalam kuburnya.

"Sebelum engkau menyesal, sebelum engkau mencari-cari di mana ibundamu, sebelum engkau menangis di atas pusarannya, mumpung mereka masih ada di hadapan kita, ayo kita menangis di hadapannya karena sungguh merugilah seseorang dia menganggap bahwa dirinya terbebas daripada dosa di hari yang fitrah ini, tapi ternyata masih ada dosa baginya," kata Ustaz Syam.

Dosa apa yang tidak diampuni?

Yaitu dosa sesama manusia, semakin kita mencari kepada manusia siapa paling banyak berdosa, dialah manusia paling dekat dengan kita, tidak lain dan tidak bukan dialah orang tua kita.

"Dalam Alfuran disebutkan wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā," kata Ustaz Syam. "Rendahkan dirimu di hadapan kedua orang tuamu," lanjut dia.

Kenapa? Ustaz Syam menyebutkan, merekalah orang-orang yang sebenarnya Allah sediakan di muka bumi ini menjadi pintu surga bagi kita.

"Makna fitrah yang sebenarnya bukan hanya kita membersihkan diri daripada dosa kepada Allah, tapi kita juga berusaha membersihkan diri daripada dosa sesama manusia," kata Ustaz Syam.

Ustaz Syam mengingatkan, hari ini kita melihat banyak kemudian di hari raya kita melihat nanti banyak orang yang berbaju baru, banyak orang yang berpakaian baru sibuk mengurusi anak dan istrinya, tapi mungkin kadang mereka lupa orang tuanya di kampung makan apa, orang tuanya di kampung mungkin makan sisa-sisa bekas daripada menantunya atau pun bekas daripada cucunya.

Padahal Allah tekankan dalam Alquran, “Jangan pernah engkau berbakti kepada kedua orang tuamu jikalau baktimu hanyalah sisa-sisa daripada kebaikanmu terhadap keluargamu.”

"Ayo millennials, sobat millennials, berikan yang terbaik kepada orang tua," kata Ustaz Syam. "Makna fitrah yang sebenarnya suci kita daripada dosa kepada Allah dan suci kita daripada dosa sesama manusia utamanya terhadap kedua orang tua," tutup dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Isidorus Rio Turangga Budi Satria
Elfida
Isidorus Rio Turangga Budi Satria
EditorIsidorus Rio Turangga Budi Satria
Elfida
EditorElfida
Follow Us