Wawancara: Anies Baswedan Singgung Kebijakan Ahok Hingga DP 0 Rupiah

Jakarta, IDN Times – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan genap setahun memimpin Jakarta pada 16 Oktober. Anies, bersama Sandiaga Uno, melenggang ke kursi DKI 1 setelah mengalahkan pasangan petahana Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat serta duet Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.
Enam hari lalu, IDN Times berkesempatan berkunjung dan berkeliling Balai Kota Jakarta, tempat Anies bekerja. Kami mengobrol bagaimana mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bekerja dan termasuk sejumlah isu terkini yang kami tanyakan kepadanya.
Berikut percakapan kami dengan sang gubernur dimulai dari ruang tamu, menuju ruang gubernur, ruang rapat tamu, hall of fame, hingga ruangan eks Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
1. Ini ruangannya besar ya Pak. Ini emang asli seperti ini ya Pak dekorasinya? Berapa kali Bapak menerima tamu dalam sehari?

Jadi dulu saya mulai tugas saya tanya ruang ini dipakai apa? Ya dipakai ruang depan aja. Saya bilang sayang. Jadi tempat ini sekarang sering saya pakai untuk tempat pertemuan, untuk jamuan kalau ada tamu.
Pokoknya siapa pun kalau ada dinner, ada makan siang, ada jamuan, acara kita gunakan ruangan ini. Dan ini memang peninggalan Belanda.
Asli seperti ini. Saya tidak yakin dengan dekorasinya. Tapi bahwa setting-nya. Saya tambahkan tirai. Waktu itu sempet ramai tuh waktu saya menambahkan tirai. Kenapa kita tambahkan tirai? Karena kalau kegiatan siang di sini, misal kita mengundang jamuan gitu, satu itu silau sekali. Di luar kan mataharinya kuat sekali, yang kedua juga supaya mereka-mereka yang kalau ada acara makan siang dan apa lebih private.
Biasanya saya ngumpulin tamu, gak disebar dalam seminggu. Jadi misalnya saya hari Selasa saya nerima tamu semua padat. Jadi besoknya saya gak ada jadwal nerima tamu jadi saya bisa ke tempat-tempat lain. Karena kadang-kadang ada kunjungan tamu internasional, kalau waktunya Rabu saya gak bisa paksa Selasa kan. Nanti meeting yang bisa diubah dipasangnya hari Rabu juga. Tapi saya cenderung kalau ada pertemuan banyak dikumpulkan jadi satu sehingga gak bolak balik nanti. Dikerjakan di sini nanti baru ke lapangan.
2. Ada apa saja di ruangan Bapak? pemilihan warna tembok dan bagaimana Bapak bekerja?

Aslinya (ruangan kerja gubernur) begini. Ketika saya datang sudah begini. Saya belum mengubah apapun. Saya mengubah posisi kursinya segala, tapi isinya gak berubah. Di sini lalu ruang rapat, kalau rapat di sini, saya biasanya rapat, ini ada TV-nya di situ. Ini bantu saya, kalau ketemuan, jadi hp saya, jadi kalau rapat maka saya tunjukin ya, maka sambil saya rapat saya pakai alat ini.
Jadi kalau diskusi dengan tim, dengan pejabat-pejabat, sambil diskusi sambil kita tunjukkan materinya saya pakai ini. Jadi alat ini bukan televisi biasa. Tapi ini memang untuk diskusi, untuk pertemuan, untuk presentasi, selalu pakai ini. Saya mau ceritakan soal ini, misalnya
Saya biasa panggil orang, maka saya biasa duduk di sini. Jadi saya panggil yang saya butuhkan, saya memonitor soal kerjaan, progress-nya seperti apa, saya lakukan di sini. Dan saya biasanya rapat saya tulis di sini, setelah selesai saya minta mereka untuk screen captured
Sesudah saya bekerja (layar presentasi) di sini baru saya pasang. Jadi kalau rapat dengan tim maka saya akan bicarakan di sini, misal saya tulis gitu ya instruksi gitu, dan koordinasi, sambil nulis dengan BBWSCC (Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, red) antisipasi banjir misalnya.
Kemudian, periksa semua nulis ini ada kira-kira 4-500an se-DKI, kemudian lapor tiap Selasa sore, nulis. Begitu saya selesai saya akan bilang sama mereka, selesai, mereka langsung setiap yang ikut rapat langsung dapat file-nya screen captured
Banyak sekali dokumen dan tanda tangan itu gak bisa diwakilkan. Ada 150. Rata-rata sehari 100. Secara umum jadwal saya dari pagi sampai siang di kantor, siangnya saya ke lapangan, jam 2 dan jam 3. Maghrib saya balik lagi ke sini bereskan surat-surat. Tiap hari rata-rata 3-4 jam di lapangan, tergantung kebutuhannya apa. Tujuannya supaya terus bisa berinteraksi dengan warga. Sebagian warga kita gak mengungkapkan lewat medsos karena beda generasi.
3. Soal kebijakan Ahok diubah itu bagaimana Pak? Mulai dari larangan sepeda motor yang dicabut

Ada yang diteruskan, ada yang di-upgrade, ada yang dihentikan. Contohnya motor, saya ingin melunasi yang saya janjikan bahwa Jakarta bukan cuma yang punya mobil tapi Jakarta milik semua, termasuk yang punya motor. Perlu diingat bahwa yang sekarang naik mobil dulunya naik motor juga, naik bis. Warga Jakarta yang sekarang makmur dulunya ke Jakarta gak bawa apa-apa, numpang rumah keluarga, kerabat, kerja juga dari bawah. Jangan sampai setelah di atas lupa kalau ini giliran dan sebagian lain masih ingin sampai ke atas.
Di jalan Sudirman banyak motor lewat. Di jalan itu tiap hari ada delivery jumlahnya 480 ribu kepada gedung-gedung itu semua. Kita tahu karena saat ini era digital pemesanan lewat gadget. Bayangkan pusat perkonomian, jantungnya di Sudirman-Thamrin, saya tutup jalannnya untuk motor. Maka, ratusan ribu rumah tangga tak dapat manfaat ekonominya.
Pesananan itu datangnya dari rumahan, yang pesan dari orang yang bekerja di gedung itu. Kalau motor gak boleh masuk maka kemajuan perekonomian tak akan merembes. Saya ingin semuanya maju, jangan hanya sebagian. Itu artinya konektivitas digital dilanjutkan dengan konektivitas transportasi. Jadi jika saya melarang motor, maka saya menghentikan akses perkonomian ratusan ribu rumah tangga di Jakarta.
4. Bagaimana dengan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang Bapak ganti dengan pelican cross?

Kemudian JPO, bagi mereka yang bekerja di sekitar sana, ibu hamil, disabilitas, orang tua gak perlu naik-naik lagi. Kedua, interaksi warga meningkat karena dulu orang yang nyeberang itu yang betul-betul harus nyeberang. Misalnya, kantornya di sisi timur tapi busnya di sisi barat ya dia terpaksa harus nyeberang. Tapi kalau pas jam makan siang orang-orang di kantor-kantor pada turun karena nyeberangnya leluasa. Yang tidak kalah penting itu bundaran HI, tengahnya ada patung selamat datang, kalau ada JPO jadi gak terlihat. Sekarang kita turunkan kita ubah jadi pelican crossing, jadi lebih mudah untuk warga.
Karena itu di tempat penyeberangannya 24 jam ada petugas yang jaga. Karena banyak dari kita belum bisa menghargai pejalan kaki. Kita mulai membiasakan itu dengan cara ada petugas, karena kita baru taat petugas belum taat aturan.
5. Rumah DP nol rupiah sempet dikritik karena masyarakat gak sesuai dengan yang dijanjikan?

Janji kami nol rupiah, ketika di bawah UMP memang gak bisa pake bank karena uangnya gak cukup untuk nabung. Kalau kredit rumah itu ada batasannya, kalau sampai penghasilannya d bawah (Rp) 3,6 juta nanti orang itu gak bisa hidup.
Jadi syaratnya di atas Rp3,6-7 juta. Tapi, yang di atas 7 juta gak bisa beli. Di Jakarta yang penghasilan Rp 3,6-7 juta, apalagi mulainya setelah sarjana pasti di atas UMP. Yang di bawah UMP dengan program rumah susun sewa. Kalau nyewa 20 tahun mereka bisa memiliki.
Bagi mereka yang sudah (berpenghasilan) Rp 3,6-7 juta, mereka bisa mulai membeli dengan kredit. Sering saya temukan kalau di dalam diskusi namanya ‘memindahkan gawang’. Jadi, janji saya DP 0 Rupiah, saya gak janji dibawah 3 juta dan sebagainya, selalu janjinya DP nol Rupiah dengan menggunakan aturan perbankan dan aturannya emang Rp 3,6-7 juta tapi dari dulu harus pake DP, nah sekarang kami lakukan tanpa DP. Kita kan janjinya DP nol, bukan di bawahRp 3,6 juta. Kira-kira kalau pertandingan sepakbola itu gawangnya dipindah supaya gol, kan gak fair dong.
Jadi cek apa yang kami janjikan, itu yang kami laksanakan. Saya selalu katakan “Mengapa kalau beli mobil selalu dimudahkan kreditnya? Tapi kalau beli rumah sulit?” Nah dengan program ini warga bisa beli rumah dengan harga kredit Rp 2,1-2,6 juta per bulan. Banyak orang bisa nyicil segitu tapi keberatan harus ngumpulin 20 persen buat DP.
Saya ditanya apa ada harga rumah tapak yang harganya 350 jutaan. Ada. Tapi kami bukan membangun rumah. Tapi ini adalah program pembiayaan untuk beli rumah. Jadi yang bikin rumah bukan kami. Yang bangun ada perusahaan, misal 1000 unit lalu kami atur supaya orang bisa beli. Tapi bangunan sendiri tergantung yang menawarkan. Kalau sekarang ada yang rumah susun, bisa. Kalau nanti ada yang menawarkan rumah tapak juga bisa. Kan sama seperti di bank, mau kredit rumah tapak, ya ada gak? Ada. Rumah susun? Ada. Kan ada yang tanya rumah tapak ada 350? Ada. Kalau mereka mau ikut porgram ini silahkan tapi bukan kami yang buat. Lain kalau kami bangun rumahnya lalu kami jual rumahnya.
Kami gak menjual. Kami buat skema pembiayaan. Kalau nanti ada badan usaha yang menawarkan rumah untuk dipakai dan bentuknya tapak boleh, selama masuk dalam perhitungan kita. Di Jakarta banyak rumah tapak yang harganya di bawah 500 juta, silahkan cek di website, ketemu banyak. Tapi mereka tidak menawarkan kita untuk ikut program ini kan. Itu sering kali mis-informasi di situ.
6. Bagaimana dengan janji Bapak mau buat stadion khusus Persija?

Sebagai contoh DP nol Rupiah saya harus tunggu September. Sama sekarang kita sedang tunggu untuk anggaran 2019. Yang termasuk diantaranya untuk bangun stadion. stadion harus ada anggarannya dulu dong. Dan itu harus diputusakan dan sekarang proses. Kenapa baru sekarang? Karena jadwal pemerintahan kita beda dengan jadwal anggaran. Saya dilantik 16 Oktober tahun lalu, anggaran sudah diproses pemerintahan sebelumnya . Saya baru bisa masukkan anggaran perubahan dan itu dalam beberapa bulan harus selesai karena diputus September dan selesai Desember. Saya baru proses anggaran tahun depan Insyaallah dimasukkan.
Pesan utamanya, Anies insyallah akan memenuhi seluruh janjinya bahkan ketika diiming-imingi meninggalkan Jakarta, saya memilih tinggal di sini. Kalau anda lihat ada yang belum dikerjakan bukan berarti tidak dikerjakan. Soal waktu, saya satu-satu akan kita tunaikan. Yang bisa selesai satu malam cuma candi Prambanan doang.
7. Ganjil genap diperpanjang sampai Desember, kenapa Pak?

Karena dipandang memberikan manfaat. Kenapa kita bisa tahu, kecepatan perjalanan meningkat masa tempuh menurun. Kemudian jumlah penumpang kendaraan umum meningkat. Ya alhamdulillah sekarang era digital tau ruas jalan kecepatan berapa dan kita menemukan titik positif tapi sekarang sedang ukur dampaknya untuk perekonomian di ruas-ruas jalan yang ditetapkan ganjil genap. Dan saya putuskan ganjil genap pagi sore. Siang tidak ada kebijakan supaya warga tidak berbondong-bondong beli mobil kedua. Karena kalau beli mobil kedua tambah padat lagi.
Karena itu saya ingin mengubah perilaku mereka dalam menentukan perjalanan. Bisa pagi dan sore tapi siang bisa dipakai. Kalau saya blok satu hari maka potensi beli mobil kedua bagi yang mampu jadi meningkat.
Kalau yang banyak terjadi dari kemarin dari data lebih dari 15 persen penjualan mobil bekas meningkat. Kalau saya diamkan terus maka akan meningkat dan Jakarta data lagi. Kami ingin mereka bisa menggunakan mobilnya di siang hari. Pagi hari naik umum.
8. Bagaimana ruangan Pak Sandi? Apakah Bapak kangen dengan Pak Sandi?

Ini lihat, ini meja apa? Ini adalah meja gubernur dan wakil gubernur. Jadi saya pakai, beliau pakai, dan kemarin dikasih tirai biar bisa ketemu berdua di tempat ini, terus di sebelah kanan adalah tim, yang bekerja membantu dimulai dari data-data, informasi terbaru. Yuk kita lihat
Tentu sebagai sahabat, saya, kita semua bekerja keseharian dan pak wagub itu setiap hari Senin pagi bertemu, di sini atau di ruangan saya untuk menyamakan apa yang minggu lalu kita kerjakan, apa yang minggu ini kita perlu lakukan. Sehingga kita berdua kalau pun ada perbedaan pandangan bisa disamakan, bisa didiskusikan karena itu kalo jalan temen temen liat, bisa gonta ganti kita nih karena kita rutin ketemu dan kita semua sadar bahwa di banyak tempat gubernur dan wagub tuh gak akur, bupati, wakil bupati gak akur, kenapa? Kesimpulan kita karena tidak berkomunikasi dengan baik.
Karena itu kami berdua dari awal saya sudah bilang sama pak wagub, ini yang kita temukan di banyak tempat, jangan sampai seperti itu dan caranya komunikasi antar kita berjalan baik dan saya mendengar pak wagub juga mendengar, saling menghargai, saling menghormati. Dan pada semua yang bekerja nih, yang berkerja di sini itu adalah men-support kami berdua, jadi bukan support sendiri sendiri. Men-support kami berdua dan di sini ada di bagian yang beda beda.
Dulu paling sesekali ya (ketemu Sandiaga), ternyata kerjanya masyaallah, banyak sekali, pengennya sih rilek tapi kenyataannya gak mungkin, jadi kami selama itu pas nanti ada acara bisa bareng kita kerjakan bareng ngobrol juga, kalau ngobrol kita juga rutin, dia nanti kayak kontak, “Bro di kantor gak? Iya di ruangan, ya di ruangan, oke ku turun ya” udah gitu.
9. Siapa gubernur yang menginspirasi Bapak?

Yang sangat mengispirasi banyak. Salah satu gubernur yang banyak berjasa termasuk yang paling lama, kalau tidak salah 11 tahun. Saya pernah waktu SMA kelas 3 di Jogja saya ke Jakarta untuk wawancara gubernur DKI namanya Wiyogo (Atmodarminto). Saya tidak pernah membayangkan saya akan masuk ruangan ini. Jadi saya datang ke sini, wawancara beliau dan sama beliau diajak syuting atau wawancara di Monas saat matahari terbit. Saya setengah 6 pagi di Monas. Saat ini bertugas di kantor gubernur yang saya datangi waktu SMA. Saya gak pernah membayangkan akan di sini.
Sama seperti waktu saya di Kemendikbud, saya SMA kelas 1, di Jogja ada seleksi beberapa siswa dikirim ke Jakarta untuk ikut pelatihan, saya salah satunya. Dan dibawa ke kantor Kemendikbud, ketemu Pak Menteri Fuad Hassan. Saya ke ruangan beliau dan ketemu beliau dan foto, foto saya pasang di rumah. Kemudian hari saya kerja di kantor yang pernah saya datangi.
Karena itu teman-teman daerah datang ke Jakarta ada program dan saya diundang, saya bilang saya mau temui mereka. Dan biasanya bukan saya yang datang, mereka yang ke sini. Saya cerita pengalaman saya. Ketika datang ke Jakarta itu pengalaman luar biasa, menemui mereka-mereka, bahkan ketika saya ketemu Pak Wiyogo, tinggalnya itu di Ancol, disiapkan oleh tim Pak Wiyogo karena kami dari Jogja.
10. Program yang akan diselesaikan ke depannya, yang didahulukan apa?

Banyak yang udah dikerjain. Janji itu harus dimasukkan dalam rencana kerja selama 5 tahun, namanya RPJMD. Kalau janji masuk di situ akan bisa dianggarkan, akan bisa dikerjakan. Kalau tidak dimasukkan tidak bisa dapat anggaran dan gak bisa dikerjakan. Kedua, dibuat program tiap tahun. Ada yang bisa dikerjakan tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi, sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program.
Ada program-program yang telah kita kerjakan karena gak perlu anggaran misalnya kebijakan menghentikan reklamasi, saya bentuk badan, saya bikin review atas semua izin lalu buat kebijakannya. Atau kita membangun DP nol Rupiah, kita luncurkan Oktober, kenapa Oktober? Karena anggarannya baru diputuskan September, begitu anggaran udah ada baru dikerjakan Oktober.
Saya ingin kebutuhan-kebutuhan dasar di Jakarta dibereskan. Saya tidak ingin jadi gubernur yang hanya merespon apa yang dibicarakan di media sosial. Sebagai contoh kalau kita tanya di Facebook Twitter apa yang ingin dibereskan Jakarta hampir tidak ada yang membicarakan soal air.
40 persen penduduk Jakarta tidak punya akses air bersih. 4 juta orang yang menanggung, mereka beli air, sehari Rp 20 ribu, sebulan 600 ribu. Kalau air PAM 120-150 ribu. Jadi lebih mahal, jadi oramg miskin di Jakarta dari pada jadi orang makmur. Ongkos hidup lebih mahal. Siapa yang paling menderita kalau tidak ada air bersih? Ibu. Memandikan anaknya saja tidak tega kalau tidak ada air bersih. Susah apalagi masak dan itu dialami 4 juta orang. Kalau saya hanya merespon apa yang di media sosial tidak akan masuk air tuh. Coba cek mana bicara air bersih.
51,7 persen warga Jakarta tidak punya rumah, ngontrak. Kenapa kita bikin rumah DP nol Rupiah? Supaya mereka punya rumah, 1/3 warga Jakarta tidak lulus SMA. Ini ibukota, masa 1/3 tidak lulus SMA? Gak lulus SMA mau jadi office boy aja gak bisa di sini. Kebayang gak?
Saya ingin Jakarta jadi kota yang membuat semua punya kesempatan tumbuh yang sama. Gak ada air bersih mudah sakit. Ini hal-hal dasar yang ingin saya bereskan di Jakarta. Hal ini sering, ini tidak menjadi perhatian kelas menengah di Jakarta. Kelas menengah di Jakarta punya perhatian lain dan itu juga harus saya bereskan. Contoh Sudirman-Thamrin dirapikan, sekarang bisa jogging, jalan, leluasa untuk yang bekerja yang menengah.
Kita juga mau ubah taman. Bahasa Inggris taman ada 2: garden dan park. Kalau garden for display, park to play. Kalau garden rumput gak boleh diinjek. Kalau park rumput boleh diinjek. Kapan kita punya kegiatan. Karena itu saya dalam proses mengkonversi garden jadi park. Kebetulan bahasa Inggris sama taman. Tapi artinya beda sekali, garden dan park. Karena itu saya ingin lebih banyak park di Jakarta sehingga warga punya ruang interaksi lebih banyak, itu kira-kira.
11. Bapak aktif di media sosial. Bapak sering gak sih ngeliat komen-komen warganet ada yang julid lah, nyinyir lah. Sekarang itu Bapak nanggepinnya gimana sih, Pak?

Biasa aja. ya memang sebetulnya itu bukan hal yang baru ya dari dulu kita juga selalu berkembang. Telinga kita cuman dua. Jadi kebijakan apapun dari tahun 80an di warung kopi, di ruang-ruang keluarga, itu pasti diomongin. iya kan? Dari dulu juga gitu. Cuma bedanya kalau sekarang kedengeran yang ngomongin. Karena kita ada media sosial. Jadi yang diomongin di warung kopi kita juga dengar, kita bisa tahu. Jadi nyinyir bukan hal baru. Dulu juga nyinyir. Cuma bedanya dulu nyinyir gak kedengaran karena ngomongnya di lingkar-lingkar.
Sekarang kedengeran. Jadi jangan anggap itu hal baru. Yang baru itu adalah ketersambungannya. Kalau respon positif, negatif, sinis, biasa aja. Bahkan sekarang saya jadi pejabat publik. Dulu saya mengamati pejabat publik. Jadi saya di kampus saya melihat. Dulu saya bekerja di luar. Jadi ketika saya masuk wilayah publik ya harus ada. Namanya di wilayah publik pasti diomongin. apapun.
Apalagi waktu kampanye dulu kalau ada yang nyinyir malah saya bikin guyonan. Rekaman-rekaman yang menunjukan bahwa take it easy, relax. Dan saya malah sering bilang gini, “Apa yang dikatakan di social media, itu setelah berapa bulan lupa kok.” Ya kan?
Coba kalau ditanya apa yang ditulis orang enam bulan lalu? Apa ya? Karena itu saya sering bilang gini, “Jangan terlalu khawatir terhadap apa yang ditulis di social media, khawatirlah apa yang ditulis sejarahwan di masa depan”. Kalau sejarahwan masa depan mereka akan buka, data dengan lengkap. Itu dia sih, relaks. Saya ngikutin tentu gak mungkin ngikutin aktif ya. Ada teman-teman yang membantu. kalau ada hal yang memang substansial perlu mendapat perhatian saya dikirimin. Tapi kalau enggak ya sesempetnya aja.
12. Bagaimana kedekatan Bapak dengan wartawan yang meliput di Balai Kota?

Biasa tiap hari ada doorstop, ada hari yang memang tidak ada kegiatan. Jadi teman-teman lengkap di sini dan saya selalu anjurkan ke semua bahwa sumber berita ada banyak. Tidak harus gubernur terus, semua ditanya. Ada Kepala Dinas, Kepala Badan, Kepala Biro, semua bisa jadi sumber tapi carinya gubernur terus.
Saya berbicara saat diperlukan saat tidak diperlukan saya tidak bicara. Kalau tidak perlu bicara dan bicara jadi aneh. Bila dianggap perlu saya bicara. Bagi pencari berita harus ya?
Harus Pak, kalau enggak dimarahin editor pak, atau gak dimarahin pimred Pak
Tidak semua masalah justru harus dikomentari gubernur, justru saya malah selektif. Mana yang saya harus komentari dan mana yang tidak. Satu tergantung isu, lalu tergantung seberapa penting memang dikomentari gubernur. Misal, “Pak itu bagaimana ada lubang yang besinya dicuri?”. Ya bisa dikomentari Kepala Dinas, tidak harus gubernur, kebayang gak kalau tiap hari efeknya apa saja? Misalnya kita ingin Pemprov Jakarta menyampaikan pesan-pesan yang terkait apa yang diberlakukan di Jakarta. Nah kadang kadang banyak hal yang saya menganggap tidak harus saya komentari.