100 Hari Pertama Trump, Amnesty International: Bencana bagi HAM Global

- Amnesty International mengutuk 100 hari pertama Trump sebagai bencana bagi hak asasi manusia global.
- Trump memotong bantuan luar negeri, memperburuk kondisi di Yaman dan Suriah.
- Pandangan negatif warga AS terhadap Trump mencapai titik terendah dalam tujuh dekade terakhir.
Jakarta, IDN Times - Amnesty International mengecam 100 hari pertama masa jabatan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sebagai bencana bagi hak asasi manusia. Sekretaris Jenderal Agnes Callamard mengatakan, pemerintahan Trump telah membuka pintu bagi pengambilalihan kekuasaan negara oleh kekuatan korporat.
Dilansir The Guardian, organisasi International itu juga menyebut pemotongan bantuan luar negeri oleh Trump telah memperburuk kondisi di seluruh dunia. Trump telah menutup program-program penting di negara-negara, seperti Yaman dan Suriah, sehingga anak-anak dan korban konflik tidak memiliki akses terhadap makanan, tempat tinggal, atau layanan kesehatan.
Callamard juga mengecam ketidakpedulian negara-negara, seperti AS, Jerman, dan Inggris terhadap penderitaan besar warga Palestina. Dia menekankan bahwa negara-negara tersebut terlibat dalam penderitaan tersebut karena terus memberikan senjata kepada Israel dan menekan perbedaan pendapat terhadap kebijakan mereka di dalam negeri.
1. Trump telah memacu kemunduran hak asasi manusia global
Amnesty International mengungkapkan bahwa 100 hari pertama Trump telah memacu kemunduran hak asasi manusia global, yang mendorong dunia menuju era otoriter. Itu ditandai dengan impunitas dan kekuatan korporat yang tak terkendali. Itu disampaikannya dalam laporan tahunan tentang status hak asasi manusia di 150 negara.
Pihaknya menyoroti miliarder Elon Musk, yang memperoleh lebih banyak akses ke pemerintahan. Amnesty International memperingatkan bahwa hal tersebut dapat mengarah pada era korupsi yang merajalela, disinformasi, dan impunitas.
Organisasi internasional itu mengatakan konsekuensi langsung dari masa jabatan kedua Trump adalah melemahnya kemajuan selama puluhan tahun dan semakin beraninya para pemimpin otoriter. Pihaknya memperingatkan bahwa situasi akan semakin memburuk karena Trump terus membongkar tatanan dunia berbasis aturan yang dibangun Washington.
Amnesty International dalam laporannya menggambarkan "jatuh bebas" dalam hak asasi manusia. Itu mengacu pada meningkatnya kelambanan atas krisis iklim, tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, dan reaksi keras terhadap hak-hak migran, pengungsi, perempuan, anak perempuan, dan orang-orang LGBTQ+ yang disebutnya efek Trump.
2. Peringatkan tindakan represif telah menjadi alat penindasan yang meluas

Laporan yang dirilis Amnesty International juga mendokumentasikan bagaimana penangkapan sewenang-wenang massal, penghilangan paksa, dan penggunaan kekuatan mematikan telah menjadi alat penindasan yang semakin meluas.
Di Bangladesh, perintah "tembak di tempat" selama protes mahasiswa menyebabkan ratusan kematian, sementara pemilihan umum Mozambik yang disengketakan juga memicu tindakan keras yang mematikan. Serupa dengan hal tersebut, Turki juga memberlakukan larangan keras terhadap demonstrasi.
"Pemerintah di seluruh dunia harus bangkit, mereka harus melawan agar tren yang berbahaya itu tidak bermutasi menjadi normal baru yang beracun yang akan membuat generasi mendatang, anak-anak kita, membayar harga tertinggi," ungkap Callamard, dikutip dari Anadolu.
3. Tingkat kepuasan terhadap Trump menjadi yang paling rendah

Menurut jajak pendapat CNN, pandangan warga AS terkait apa yang telah dilakukan Trump sejauh ini berubah sangat negatif. Tingkat kepuasan publik terhadap Trump sebesar 41 persen merupakan yang terendah untuk semua presiden yang baru terpilih dalam 100 hari selama setidaknya tujuh dekade terakhir
Angka tersebut turun 4 poin sejak Maret, dan 7 poin lebih rendah dibandingkan akhir Februari. Hanya 22 persen yang mengatakan mereka sangat menyetujui kinerja Trump, yang merupakan titik terendah. Sementara itu, sekitar dua kali lipat lebih banyak atau sekitar 45 persen lainnya mengatakan mereka sangat tidak setuju.
Mengutip CNN, Trump terpuruk dan tenggelam dalam hampir semua isu utama yang ingin ditanganinya selama masa jabatannya. Kepercayaan publik terhadap kemampuannya untuk menangani isu-isu tersebut juga menurun.