5 Strategi Perang Terkenal yang Diadopsi dalam Perang Modern

Jakarta, IDN Times - Perang selalu diwarnai oleh strategi dan taktik. Seorang ahli perang, Sun Tzu, dalam bukunya berjudul Art of War mengatakan bahwa kedua hal ini selalu sejalan.
”Strategi tanpa taktik adalah jalan yang paling lambat menuju kemenangan, sedangkan taktik tanpa strategi adalah kebisingan sebelum kekalahan,” ungkap salah satu kutipan dalam bukunya itu.
Tak dapat diragukan lagi bahwa strategi menjadi yang paling utama dalam setiap perang. Untuk itu, setiap negara yang terlibat dalam konflik mesti memiliki berbagai strategi untuk memenangkannya.
Berikut ini adalah lima strategi perang terkenal yang masih diadopsi dalam perang modern.
1. Strategi pecah bela atau devide et impera

Strategi Devide et Impera agaknya sudah sering didengar dalam berbagai buku pelajaran sekolah. Istilah ini awalnya digunakan oleh kekaisaran Yunani Kuno. Penguasa Romawi, Julies Caesar, menerapkan langsung strategi ini dalam perangnya.
Dikutip dari laman Scholarly Community Encyclopedia, Divide et Impera dilakukan dengan cara menciptakan perpecahan di antara kelompok-kelompok yang berpotensi berkoalisi. Dalam sejarah Indonesia sendiri, strategi ini digunakan oleh pihak kolonial Eropa untuk mematahkan perjuangan rakyat Indonesia.
Saat ini, di era perang modern, strategi ini tampaknya masih sering digunakan. Salah satunya adalah dalam perang Suriah yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat ini.
Peneliti Sejarah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, dalam penelitiannya berjudul “Strategi Devide et Impera oleh Amerika Serikat dalam Konflik di Suriah (2011-2018)” mengemukakan bahwa Amerika Serikat (AS) menggunakan taktik ini dalam kasus Suriah dengan mendukung salah satu pihak. Kepentingan AS untuk melawan pemerintahan Bashar Al Assad dan milisi yang pro dengannya membuatnya harus mendukung kekuatan oposisi moderat yang pro nilai-nilai Barat.
Adapun contoh milisi yang didukung AS adalah Syrian Democratic Forces (SDF) yang didominasi oleh milisi Kurdi, Maghawir al-Thawra (MaT) atau kelompok milisi Suriah yang didukung AS dan beroperasi di daerah gurun al-Tanf, dekat perbatasan Suriah-Irak-Yordania, serta New Syrian Army (NSA) yang beroperasi di Suriah tenggara.
2. Taktik Salami

Taktik Salami merupakan salah satu strategi perang yang digunakan oleh negara yang berkonflik dengan menguasai sedikit demi sedikit wilayah musuh, seperti salami. Dalam sejarahnya, taktik ini pernah digunakan oleh Uni Soviet setelah Perang Dunia 2.
Untuk memperluas pengaruhnya ke Eropa Timur, Soviet memberikan pengaruh komunis terhadap wilayah-wilayah seperti Polandia, Hungaria, Romania, dan Cekoslovakia yang pada akhirnya menjadi negara komunis.
Saat ini, strategi ini juga tampaknya masih digunakan oleh beberapa negara. Contohnya saja, kasus Laut China Selatan, di mana China secara perlahan mencaplok wilayah negara ASEAN seperti Filiphina, sebagaimana dilansir Reuters.
Hal serupa juga tampaknya terjadi di wilayah Ukraina saat ini. Dalam situasi konflik, Rusia perlahan mencaplok wilayah-wilayah satelit Rusia.
3. Strategi perang atrisi

Perang atrisi merupakan salah satu strategi di mana kedua belah pihak bertujuan melemahkan kekuatan lawan secara perlahan hingga kehabisan sumber daya.
Dalam beberapa kasus, hal ini dilakukan oleh politisi atau partai dengan merusak reputasi lawan melalui kritik terus-menerus, skandal, dan berita negatif. Dengan melemahkan persepsi publik terhadap lawan dalam jangka panjang, lawan secara perlahan kehilangan dukungan.
Di samping itu, perang atrisi juga bisa dilancarkan secara langsung. Perang Hizbullah dan Israel saat ini dapat digambarkan sebagai salah satu bentuk perang atrisi. Hal ini tercermin dalam serangan yang terus-menerus dan semakin intens terhadap Israel, sebagaimana dilansir media Iran IRNA.
4. Blitzkrieg (serangan kilat)

Blitzkrieg adalah strategi perang kilat yang terkenal dari Jerman pada Perang Dunia II. Strategi ini dilakukan dengan cepat untuk menghabisi lawan sebelum mereka sempat bertahan.
Dalam konteks politik, Blitzkrieg diterapkan melalui kampanye singkat namun intensif yang bertujuan memanfaatkan momen-momen penting untuk meraih perhatian publik.
Salah satu contohnya adalah serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, militer memulai dengan serangan udara, rudal, dan serangan darat terkoordinasi yang menargetkan fasilitas militer, bandara, dan infrastruktur komunikasi utama Ukraina.
Dilansir Britannica, Rusia melancarkan serangan di berbagai arah, dengan harapan dapat merebut Kiev dalam beberapa hari dan melumpuhkan pertahanan Ukraina. Serangan ini mencakup serangan siber terhadap jaringan komunikasi Ukraina dan penggunaan pasukan khusus untuk menyusup ke wilayah-wilayah penting.
5. Kebijakan bumi hangus

Kebijakan bumi hangus adalah taktik perang di mana pasukan yang mundur menghancurkan sumber daya seperti pangan, infrastruktur, dan fasilitas penting agar tidak dapat digunakan oleh musuh. Strategi ini digunakan untuk merusak reputasi atau mempersulit akses lawan terhadap sumber daya yang dibutuhkan.
Taktik paling terkenal ini pernah digunakan dalam Perang Napoleon di mana sumber daya musuh dihancurkan untuk menghalangi mereka bertahan.
Dilansir Foreign Policy, contoh konkritnya dapat dilihat dalam konflik yang melibatkan kelompok ISIS. Saat terdesak oleh pasukan Irak dan koalisi internasional, ISIS seringkali menggunakan kebijakan bumi hangus dengan meledakkan ladang minyak, menghancurkan bangunan publik, dan merusak infrastruktur penting.
Misalnya ISIS membakar sumur-sumur minyak di Mosul, membakar lahan pertanian, dan menghancurkan jaringan listrik serta jembatan saat mundur. Hal ini dilakukan untuk memperlambat kemajuan musuh sekaligus meninggalkan kehancuran yang membuat pemulihan wilayah tersebut sulit dan akan sangat mahal.