Latihan Perang Bareng, Hubungan Iran dan Arab Saudi Makin Mesra

Jakarta, IDN Times – Hubungan antara Iran dan Arab Saudi semakin dekat di tengah situasi kawasan yang memanas belakangan ini. Pada Senin (28/10/2024), Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengontak Menlu Iran, Abbas Araghchi.
Dalam sambungan telepon tersebut, keduanya membahas pentingnya menghindari segala hal yang dapat mengganggu stabilitas keamanan kawasan. Saudi mengecam serangan yang dilancarkan Israel terhadap Iran pada Sabtu lalu.
“Arab Saudi menyampaikan kutukan dan kecamannya atas serangan Israel,” kata Saudi.
Kementerian mengulangi posisinya yang menolak eskalasi konflik di kawasan yang mengancam keamanan dan stabilitas negara dan masyarakat di Timur Tengah.
1. Saudi adakan latihan perang bareng Iran
Pekan lalu, Iran dan Saudi berpartisipasi dalam latihan militer gabungan di Laut Oman. Latihan ini menjadi yang pertama kali sejak keduanya kembali menormalisasi hubungan tahun lalu.
“Angkatan Laut Kerajaan Saudi baru-baru ini menyelesaikan latihan angkatan laut gabungan dengan Angkatan Laut Iran dan negara-negara lain di Laut Oman,” kata Turki al-Malki, dilansir dari Times of Israel.
Latihan perang itu dilakukan setelah ISNA, kantor berita resmi Iran, mengungkap pada Senin bahwa kedua mantan musuh bebuyutan itu berencana melakukan latihan militer gabungan di Laut Merah.
“Arab Saudi telah meminta kami untuk menyelenggarakan latihan gabungan di Laut Merah,” kata komandan angkatan laut Iran, Shahram Irani.
Namun, pada Rabu lalu, Malki mengatakan Tidak ada latihan lain yang dilakukan selama periode waktu tersebut.
Latihan militer gabungan tersebut tak pernah terpikirkan dalam beberapa dekade belakangan. Hubungan yang meruncing membuat kedua negara lebih memilih jalan permusuhan saat itu.
2. Hubungan Iran dan Saudi diselamatkan oleh perang Gaza

Dilansir dari The New Arab, stabilitas regional tampaknya menjadi kebijakan luar negeri utama bagi Saudi saat ini. Hal itu semakin baik sejak disepakatinya perjanjian dua negara tahun lalu.
Seorang penasihat di Institut Penelitian untuk Studi Eropa dan Amerika (RIEAS), Quentin de Pimodan, mengatakan perang Israel-Hamas di Gaza telah membuat hubungan antara Iran dan Saudi semakin erat. Seandainya saja perang tersebut tak terjadi, maka perjanjian tersebut kemungkinan mati dengan sendirinya.
"Kesepakatan yang ditengahi Cina antara Iran dan Saudi tampaknya telah diselamatkan oleh kekerasan yang dilakukan Israel di Gaza dan Lebanon,” kata Pimodan.
3. Saudi juga hadir dalam KTT BRICS di Rusia

Saudi telah meninggalkan ketergantungannya pada dukungan keamanan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir. Kerajaan ini beralih ke mitra lain seperti China dan Rusia yang merupakan bagian dari kerangka produksi minyak OPEC+.
Riyadh juga diundang untuk bergabung dengan BRICS, blok ekonomi yang dipimpin China-Rusia pada pekan lalu. Organisasi ini secara luas dipandang sebagai penyeimbang hegemoni Washington.
Pertemuan itu turut dihadiri oleh beberapa negara lainnya, termasuk Iran. Salah satu bahasan utama dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kazan, Rusia, tersebut adalah peluang perdamaian di Timur Tengah, Afrika, dan Ukraina.