Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

61 Tahanan Iran Mogok Makan untuk Protes Hukuman Mati

bendera Iran (pexels.com/Engin Akyurt)

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 61 perempuan yang ditahan di penjara Evin, Iran melakukan mogok makan untuk memprotes eksekusi tahanan politik di negara tersebut , pada Kamis (25/1/2024). Aksi itu dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada 2023, Narges Mohammadi, yang juga dipenjara.

Kekhawatiran mengenai hukuman mati di Teheran semakin meningkat setelah Mohammad Ghobadlou, yang berusia 23 tahun, dihukum gantung pada Selasa (23/1/2024). Pengadilan menyatakan ia bersalah atas pembunuhan seorang petugas polisi ketika demonstrasi nasional pada 2022, menyusul kematian Amini dalam tahanan polisi.

Namun, para aktivis mengatakan bahwa Ghobadlou tidak mendapatkan perwakilan hukum, dan hak-haknya diabaikan selama penahanannya. 

“Para perempuan yang dipenjara akan melawan untuk tetap menghidupkan nama-nama mereka yang telah dieksekusi dan menyelamatkan nyawa ratusan orang di penjara republik Islam yang menunggu eksekusi," kata Mohammadi, dikutip dari VOA News.

1. Ghobadlou merupakan tahanan ke-9 yang dieksekusi terkait protes tahun 2022

Amnesty International pada Mei lalu mengatakan, Ghobadlou telah berada di bawah pengawasan medis akibat gangguan bipolar sejak usia 15 tahun. Selama ditahan, ia disebut tidak diberi pengobatan demi mendapatkan pengakuan paksa.

Kelompok HAM juga mengatakan bahwa Ghobadlou tetap dieksekusi, meskipun ada perintah bahwa dia harus mendapatkan persidangan ulang. Keluarganya dilaporkan terkejut saat menerima pengumuman eksekusi tersebut.

Ghobadlou merupakan salah satu dari 54 orang yang dieksekusi Iran tahun ini. Ia menjadi orang kesembilan yang dihukum mati dalam kasus yang berkaitan dengan demonstrasi pada 2022.

Iran sendiri berada di urutan kedua setelah China dalam penerapan hukuman mati terbanyak. Tahun lalu, negara tersebut mengeksekusi lebih dari 600 orang.

2. PBB minta Iran hentikan eksekusi mati

Pakar PBB pada Selasa mendesak Iran untuk menghentikan eksekusi dan menyatakan kekhawatirannya atas proses peradilan yang tidak adil di negara tersebut.

“Kami terkejut bahwa pihak berwenang tetap melanjutkan eksekusi meskipun faktanya Ghobadlou dan pengacaranya tidak memiliki informasi tentang dasar hukum atas rencana eksekusi tersebut,” kata para ahli.

"PBB terus melawan dan mengutuk penggunaan hukuman mati," kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers di New York.

Evin menahan ribuan tahanan politik dan warga negara ganda. Beberapa pengacara, akademisi, dan aktivis paling dihormati di Iran ditahan juga di penjara tersebut. Mantan tahanan di Evin sebelumnya mengatakan, para narapidana kerap menjadi sasaran penyiksaan fisik dan psikologis, kurungan isolasi, dan eksekusi pura-pura, dilansir The National.

3. Mantan tahanan dan para aktivis juga ikut mogok makan

Ayah Mohammadi, Karim, ikut bergabung dalam aksi mogok makan yang dilakukan oleh para tahanan di penjara Evin.

“Saya dilarang mengajukan permintaan dan bertemu dengannya. Saya rindu mendengar suaranya, tapi saya bangga dengan kemauan dan perlawanan mereka dan saya berjanji untuk tidak makan pagi sampai malam untuk mendukung mereka,” tulisnya dalam pernyataan yang dibagikan putrinya di media sosial X.

“Saya mendesak setiap orang di Iran untuk mendukung perempuan yang berjuang di Evin dan menentang keras eksekusi tersebut," tambah dia. 

Sejumlah aktivis terkemuka yang terancam hukuman mati juga ikut serta dalam aksi tersebut, termasuk rapper Toomaj Salehi. Selain itu, beberapa perempuan yang pernah dipenjara di Evin, termasuk Nazanin Zaghari-Ratcliffe, mengatakan bahwa mereka bergabung dalam aksi mogok makan sebagai bentuk solidaritas dengan para perempuan yang dipenjara.

“Setelah berada di posisi mereka di masa lalu dan berjuang seperti mereka, kami menyadari dampak yang mungkin timbul dari tindakan ini. Kami akan bersuara agar dunia mendengarkan pesan mereka dan mengakhiri hukuman mati di Iran," katanya dalam surat yang diunggah di akun Instagram Mohammadi

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us