Arab Saudi Kecam Usulan Netanyahu soal Mendirikan Negara Palestina

- Arab Saudi mengecam usulan Netanyahu untuk menggunakan tanah mereka sebagai negara Palestina.
- Netanyahu salah bicara mengenai "negara Saudi" alih-alih "negara Palestina".
- Reaksi marah dari negara-negara Arab dan GCC terhadap pernyataan Netanyahu yang dianggap berbahaya.
Jakarta, IDN Times - Arab Saudi mengecam usulan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait Palestina. Netanyahu menuturkan, tanah Arab Saudi digunakan untuk mendirikan negara Palestina.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Saudi menuduh Netanyahu berupaya mengalihkan perhatian dari kejahatan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, termasuk di antaranya tentang pembersihan etnis.
"Kerajaan (Arab Saudi) menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak atas tanah mereka, dan mereka bukanlah penyusup atau imigran yang dapat diusir kapan pun pendudukan brutal Israel menghendakinya," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dilansir dari Al Jazeera, Senin (10/2/2025).
1. Netanyahu sebut Saudi banyak tanah untuk mendirikan Negara Palestina

Pada Kamis pekan lalu, Netanyahu menanggapi seorang pewawancara di Channel 14 Israel yang salah bicara dengan mengatakan "negara Saudi" alih-alih "negara Palestina".
"Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana," kata Netanyahu. Pewawancara itu menjawab bahwa itu adalah ide yang layak dieksplorasi.
2. Negara-negara Arab naik pitam

Tudingan itu menuai reaksi marah dari negara-negara Arab, termasuk Qatar, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak, serta enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
“Pernyataan yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab ini menegaskan pendekatan pasukan pendudukan Israel dalam ketidakhormatan mereka terhadap hukum dan perjanjian internasional dan PBB serta kedaulatan negara,” kata Sekretaris Jenderal GCC Jasem Mohamed Albudaiwi.
Kementerian Luar Negeri Saudi juga berterima kasih kepada negara-negara persaudaraan karena mengecam pernyataan Netanyahu. Menurut mereka, negara Arab solid terkait Palestina.
3. Nasib warga Palestina jungkir balik

Diskusi tentang nasib warga Palestina di Gaza dijungkirbalikkan oleh usulan mengejutkan sebelumnya dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia mengatakan, AS “mengambil alih” dan “memiliki” Gaza, memukimkan kembali warga Palestina di tempat lain dalam sebuah langkah yang akan menjadi pembersihan etnis. Saran itu, di tengah gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas di Gaza, juga telah dikecam keras oleh para pemimpin Arab.
Trump juga mengatakan, Arab Saudi tidak akan mensyaratkan pembentukan negara Palestina sebagai prasyarat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Klaim ini telah berulang kali dibantah oleh Riyadh.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 61.700 warga Palestina termasuk sekitar 18 ribu anak-anak, dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur daerah kantong itu. Lebih dari 14 ribu orang lainnya hilang dan diperkirakan tewas.
Serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu perang tersebut menewaskan 1.139 orang dan menangkap lebih dari 250 tawanan, puluhan di antaranya diyakini masih berada di daerah kantong itu.