Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Ajukan Proposal Gencatan Senjata Gaza Tanpa Syarat ke DK PBB

Rapat DK PBB pada Jumat 8 Desember 2023 (twitter.com/@antonioguterres)
Intinya sih...
  • AS meminta DK PBB adopsi resolusi untuk mengakhiri krisis di Gaza.
  • Proposal AS menyerukan Hamas menerima kesepakatan tanpa syarat.
  • Presiden AS Joe Biden jelaskan proposal tiga fase Israel untuk gencatan senjata sebagai imbalan atas pembebasan sandera.

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Dewan Keamanan (DK) mengadopsi resolusi yang diajukan oleh AS, Senin (3/6/2024). Resolusi yang diusulkan itu terdiri dari satu halaman dan bertujuan untuk mengakhiri krisis di Gaza.

“Rancangan tersebut menyerukan Hamas untuk menerima kesepakatan itu dan sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan tanpa penundaan dan tanpa syarat,” lapor Reuters, merujuk ke proposal tersebut.

Proposal tersebut diedarkan kepada 15 anggota DK PBB dan harus didukung tanpa veto. Proposal itu menekankan pentingnya pihak yang terlibat untuk menaati perjanjian yang disepakati untuk menghentikan konflik.

Usulan AS muncul seminggu setelah Aljazair turut mengusulkan rancangan resolusi di DK PBB. Resolusi tersebut menuntut gencatan senjata di Gaza, pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas, dan memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangan militernya.

1. Biden tekankan soal proposal tiga fase Israel

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (twitter.com/President Biden)

Pada Jumat, Presiden AS, Joe Biden, menjelaskan terkait proposal ”tiga fase” Israel untuk gencatan senjata di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel. Proposal itu sempat menuai reaksi dari Hamas.

“Banyak pemimpin dan pemerintah, termasuk di kawasan ini, telah mendukung rencana ini dan kami menyerukan Dewan Keamanan untuk bergabung dengan mereka dalam menyerukan implementasi kesepakatan ini,” kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.

Ia menambahkan, setiap negara harus berbicara dengan satu suara dalam masalah Israel dan Palestina ini. Ia kemudian menyerukan agar DK PBB mengadopsi resolusi tersebut.

Para pemimpin G7 telah menyatakan dukungannya terhadap segala bentuk upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera. Menteri luar negeri Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar dan Mesir juga mengatakan penting untuk menangani hal itu secara serius dan positif.

2. Resolusi yang diajukan Aljazair tak banyak membantu

Pasukan militer Israel dalam sebuah aksi penyelematan nyawa yang dilakukan oleh Unit 669 (Unit Penyelamatan Khusus Taktis) selama perang di Gaza. (instagram.com/@israeliairforce)

Pemerintah AS pada Rabu lalu mengatakan, usulan resolusi gencatan senjata yang diusulkan oleh Aljazair tidak akan membantu dalam meredakan ketegangan.

“resolusi lain tidak akan mengubah apa pun di lapangan,” kata Wakil Duta Besar AS, Robert Wood, dilansir AP.

Ia mengatakan, AS fokus untuk mencapai kesepakatan mengenai penghentian sementara pertempuran dan pembebasan sekitar 125 sandera yang disandera Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Setelah itu, baru fokus pada penghentian jangka panjang.

Sementara itu, wakil duta besar Palestina, Majed Bamya, bahwa mengadopsi resolusi besutan Aljazair tersebut akan menjadi langkah penting untuk memaksa Israel menghentikan serangan militernya dan menarik pasukan pendudukannya.

”Resolusi ini penting untuk memastikan gencatan senjata segera,” tegasnya.

3. Gencatan senjata masih buntu

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Konflik Israel-Hamasmasih terus berlangsung hingga saat ini. Jumlah korban tewas mencapai lebih dari 36 ribu di pihak Palestina.

Dilansir BBC, belum ada tanda-tanda kesepakatan gencatan senjata. Baik Israel maupun Hamas bersikap hati-hati dalam menentukan posisi pada upaya gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar.

Sementara itu, serangan Israel di Rafah telah menjadi krisis baru bagi warga Gaza. Rafah adalah wilayah terakhir bagi para pengungsi warga Palestina di Gaza. 2,5 juta orang mengungsi di wilayah ini selama konflik berkecamuk.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us