AS Akan Bentuk Front untuk Sikapi Taliban di Afghanistan

Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengumumkan rencana pembentukan front atau gerakan persatuan dengan sekutunya, untuk menyikapi Taliban dan memastikan dukungan berkelanjutan bagi warga AS yang belum dievakuasi dari Afghanistan.
Dilansir Reuters, pernyataan itu disampaikan sepekan pasca-AS memperkenalkan kebijakan barunya di Afghanistan, sesudah mengakhiri keterlibatannya dalam perang sipil selama 20 tahun.
Kampanye front digaungkan Blinken ketika melawat ke Qatar dan Jerman. Pada saat yang sama, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga melakukan perjalanan ke sejumlah negara Teluk, termasuk Arab Saudi, Qatar, Bahrain, dan Kuwait.
1. Blinken adakan tur "terima kasih"

Lawatan Blinken dijuliki sebagai tur “terima kasih” karena negara Teluk dan Jerman memainkan andil penting membantu Washington mengevakuasi puluhan ribu orang dari Kabul. Rencananya, Blinken akan bertemu dengan pejabat senior Qatar di Doha dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di pangkalan udara Ramstein.
Pejabat AS mengonfirmasi bahwa Blinken dan Austin tidak akan bertemu dengan pejabat Taliban.
Kunjungan dua pejabat tinggi AS dilakukan saat pemerintahan Biden bergulat dengan dampak penarikan pasukan dari Afghanistan, sebuah kebijakan yang juga dikritik oleh mantan Presiden Donald Trump beserta politisi Partai Republik lainnya.
2. AS akan melanjutkan misi evakuasinya di Kabul

Misi evakuasi Kabul tercatat sebagai salah satu operasi evakuasi terbesar dalam sejarah, lebih dari 120 ribu orang diangkut keluar dari Afghanistan. Meski begitu, ribuan warga Afghanistan yang berada dalam ancaman Taliban masih tertinggal, begitu pula dengan 100 warga AS lainnya.
Blinken berjanji untuk melanjutkan upaya evakuasi dan memegang komitmen Taliban, memberi akses kepada siapa saja yang ingin meninggalkan negeri dengan aman.
"Kami dalam koordinasi yang sangat, sangat aktif dengan negara-negara yang berpikiran sama di seluruh dunia, sehingga kami terus bekerja sama dan menggunakan pengaruh yang kami miliki, untuk menahan Taliban pada komitmen yang dibuatnya," tambah Blinken melalui konferensi pers pada Jumat kemarin.
3. Sikap sejumlah negara terhadap Taliban

Terkait sikap sejumlah negara terhadap Taliban, Italia telah mengungkap rencananya untuk memulai kembali misi diplomatik dengan Afghanistan dari Qatar.
"Saya akan bertemu dengan Emir (pemimpin) Qatar dengan menteri luar negeri, karena niat kami untuk merelokasi kedutaan yang kami miliki di Kabul ke Doha," kata Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio, dikutip dari The Straits Times.
"Qatar telah menjadi pusat hubungan diplomatik sehubungan dengan pemerintah Afghanistan yang sedang dibentuk ini," tambahnya.
Beberapa negara seperti China, Iran, Pakistan, Rusia, dan Turki telah mengoperasikan kembali kedutaannya di Kabul. Mereka memiliki peluang besar untuk mempengaruhi pemerintahan baru Taliban, yang saat ini masih dibentuk.
Sementara itu, Qatar menyerukan negara-negara barat mendukung pemerintahan Taliban. Qatar tidak merekomendasikan kebijakan isolasi, yang justru akan memperburuk situasi kemanusiaan dan pembangunan di Afghanistan.
“Jika kita mulai memberikan syarat dan menghentikan keterlibatan, kita akan meninggalkan kekosongan, dan pertanyaannya adalah siapa yang akan mengisi kekosongan ini?” ujar Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, dikutip dari Al Jazeera.