Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS dan Uni Eropa Kompak Jatuhkan Sanksi ke Rusia

ilustrasi industri minyak (pexels.com/Jędrzej Koralewski)
ilustrasi industri minyak (pexels.com/Jędrzej Koralewski)
Intinya sih...
  • Sanksi AS dan UE menargetkan perusahaan minyak terbesar Rusia, Lukoil dan Rosneft, untuk membatasi pendanaan perang di Ukraina.
  • Uni Eropa melarang impor gas alam cair (LNG) dari Rusia, memberlakukan pembatasan diplomat Rusia di kawasan Schengen, serta membatasi akses ke sistem perbankan dan jaringan pembayaran.
  • Trump membatalkan pertemuan dengan Putin di Hungaria karena situasinya belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan sanksi terhadap Rusia pada Rabu (22/10/2025), langkah pertama di masa jabatan keduanya. Sanksi tersebut menargetkan dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Lukoil dan Rosneft, untuk membatasi kemampuan Moskow dalam mendanai perang di Ukraina yang dimulai sejak Februari 2022.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut langkah itu diberlakukan karena Presiden Rusia, Vladimir Putin, belum menunjukkan komitmen serius dalam perundingan damai.

"Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin," katanya, dikutip dari CNA.

Pada hari yang sama, Uni Eropa (UE) menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia yang melarang impor gas alam cair (LNG) asal negara tersebut. Kontrak jangka pendek akan berakhir dalam enam bulan, sedangkan kontrak jangka panjang dihentikan mulai 1 Januari 2027. Slovakia menyetujui paket itu setelah menerima jaminan dukungan energi dan industri otomotif, dengan alasan bahwa semakin sedikit uang masuk ke Rusia berarti semakin sedikit rudal yang diluncurkan ke Ukraina.

1. Apa dampak sanksi terhadap sektor energi Rusia?

Dilansir dari Al Jazeera, Rosneft, perusahaan milik pemerintah Rusia yang menjadi salah satu raksasa energi dunia, mencatat penurunan laba sebesar 68 persen pada paruh pertama 2025 karena meningkatnya pajak untuk mendanai perang di Ukraina. Lukoil, perusahaan minyak swasta terbesar Rusia, juga melaporkan penurunan laba hingga 26,5 persen pada 2024 akibat tekanan fiskal yang serupa.

Uni Eropa tidak menyertakan Lukoil dalam daftar sanksi karena Hungaria dan Slovakia masih bergantung pada pasokan minyaknya untuk kebutuhan energi. Inggris baru-baru ini juga memberlakukan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, dengan menyatakan bahwa tak ada tempat bagi Rusia di pasar global untuk menghentikan pendanaan perang.

Sementara itu, sanksi AS tidak menargetkan perusahaan China maupun India yang masih membeli minyak Rusia. Trump berencana membahas pembelian tersebut bersama Presiden China, Xi Jinping, dalam KTT APEC 2025 di Korea Selatan. Langkah kolektif dari AS, UE, dan Inggris ini menunjukkan upaya terkoordinasi untuk melemahkan sektor energi Rusia yang menjadi sumber utama pembiayaan militernya.

2. Uni Eropa batasi akses diplomat dan entitas Rusia

Bendera Uni Eropa (pexels.com/Marco)
Bendera Uni Eropa (pexels.com/Marco)

Dilansir dari Euro News, Uni Eropa memberlakukan pembatasan perjalanan bagi diplomat Rusia di kawasan Schengen, wilayah 27 negara Eropa yang memungkinkan perjalanan bebas tanpa pemeriksaan perbatasan. Diplomat Rusia kini diwajibkan memberikan pemberitahuan perjalanan 24 jam sebelumnya sebelum berpindah antarnegara di kawasan tersebut. Badan kebijakan luar negeri Uni Eropa, Layanan Aksi Eksternal Eropa (EEAS), menyatakan bahwa diplomat Rusia kerap menyebarkan informasi yang menyesatkan untuk mendukung agresi Moskow di Ukraina.

Sanksi baru dari Uni Eropa juga mencakup pembatasan terhadap sistem perbankan Rusia, jaringan pembayaran, serta 45 entitas lain yang membantu negara itu menghindari sanksi internasional. Dari jumlah tersebut, 12 entitas berasal dari China dan Hong Kong. Selain itu, sebanyak 117 kapal dari armada bayangan Rusia yang digunakan untuk mengelak dari batas harga minyak turut dimasukkan ke daftar hitam, sehingga total kapal yang diblokir mencapai 558 unit.

3. Trump batal bertemu Putih di Hongaria

Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Trump membatalkan rencana pertemuannya dengan Putin di Hungaria dan menyampaikan bahwa situasinya belum menunjukkan tanda-tanda akan mencapai tujuan yang diharapkan.

“Setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, saya memiliki percakapan yang baik, tapi kemudian mereka tidak pergi ke mana pun,” katanya.

Keputusan Trump ini menandakan perubahan strategi dari kebijakan sebelumnya yang lebih fokus pada pendekatan perdagangan, seperti tarif 25 persen terhadap barang asal India karena pembelian minyak murah Rusia.

Analis Edward Fishman menilai sanksi tersebut sebagai langkah penting, meski dianggap terlambat. Sementara itu, Jeremy Paner, eks penyelidik sanksi Departemen Keuangan, berpendapat bahwa tidak disertakannya pembeli minyak dari China dan India berpotensi melemahkan efektivitas sanksi terhadap Rusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Putin: Rusia Tak Bakal Tunduk dengan Sanksi AS!

25 Okt 2025, 08:09 WIBNews