Bukan Pesawat, Kim Jong Un Naik Kereta Lapis Baja ke China

- Kim Jong Un naik kereta lapis baja ke Beijing untuk menghadiri parade militer besar di Lapangan Tiananmen.
- Kim diperkirakan akan melakukan pertemuan trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Jakarta, IDN Times – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dijadwalkan melakukan perjalanan ke Beijing pada Senin (1/9/2025) menggunakan kereta lapis baja khusus. Ia akan menghadiri parade militer besar di Lapangan Tiananmen pada Rabu (3/9/2025) yang menandai 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II.
Kunjungan ini menjadi sorotan dunia internasional karena Kim untuk pertama kalinya tampil di panggung diplomasi multilateral sejak berkuasa pada akhir 2011. Banyak pihak memperkirakan, kehadirannya akan membuka jalan bagi pertemuan trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Parade militer berdurasi 70 menit itu akan menampilkan persenjataan terbaru China serta ribuan tentara berbaris dalam formasi. Kim disebut akan duduk di sisi kiri Xi, sementara Putin berada di sisi kanan. Hal ini menegaskan posisi penting keduanya dalam pertemuan tersebut.
1. Perjalanan Kim dengan Kereta Lapis Baja
Menurut para pengamat, Kim harus meninggalkan Pyongyang pada Senin malam agar bisa tiba di Beijing tepat waktu, mengingat perjalanan kereta memakan waktu sekitar 20 hingga 24 jam. Rute kereta ini melewati perbatasan Korea Utara–China sebelum tiba di ibu kota China pada Selasa (2/9/2025).
Dilansir dari Yonhap, Kim diperkirakan akan kembali menginap di Diaoyutai State Guesthouse, tempat yang sama ia gunakan dalam kunjungan-kunjungan sebelumnya ke Beijing. Lokasi ini memiliki nilai simbolis karena sering digunakan pemerintah China untuk menjamu tamu negara penting.
Kim juga diperkirakan memilih kereta lapis baja berwarna hijau tua, bukan pesawat pribadi Chammae-1. Alasannya, pesawat tersebut sudah menua dan dianggap kurang aman. Tradisi menggunakan kereta lapis baja ini juga sudah mengakar sejak era kakeknya, Kim Il Sung yang kerap melakukan perjalanan diplomatik dengan cara serupa.
2. Trilateral dengan Xi dan Putin

Kehadiran Kim di Beijing menandai kemungkinan pertemuan trilateral yang jarang terjadi antara pemimpin Korea Utara, Rusia, dan China. Hubungan ketiga negara belakangan semakin erat, terutama setelah Pyongyang dan Moskow menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada 2024.
Laporan dari berbagai sumber menyebutkan, Korea Utara telah mengirimkan personel militer dan persenjataan untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. Hal ini memperkuat persepsi bahwa Pyongyang kini semakin condong ke arah Moskow.
Namun, dengan hadir di Beijing, Kim juga ingin menunjukkan bahwa negaranya tidak hanya bergantung pada Rusia. Kehadiran di parade militer China dapat menjadi sinyal bahwa Pyongyang masih menjaga kedekatan dengan Beijing dan berupaya menyeimbangkan hubungan dengan kedua kekuatan besar tersebut.
3. Implikasi bagi Diplomasi AS dan Korsel

Kunjungan Kim terjadi hanya sepekan setelah Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington. Dalam pertemuan itu, keduanya menyatakan keinginan melanjutkan kembali diplomasi dengan Korea Utara.
Namun, kehadiran Kim di Beijing justru mengirimkan pesan sebaliknya. Dengan duduk sejajar bersama Xi dan Putin di acara militer besar, Kim seolah memperlihatkan bahwa Pyongyang lebih mengutamakan aliansi strategis dengan China dan Rusia, ketimbang membuka kembali dialog dengan Seoul dan Washington.
Sejumlah analis menilai, langkah ini juga bagian dari strategi tawar-menawar Kim. Dengan memperkuat hubungannya bersama Beijing dan Moskow, ia berharap dapat meningkatkan posisi tawar Korea Utara dalam negosiasi di masa depan, baik dengan Amerika Serikat maupun dengan Korea Selatan.