Bunuh Anak Palestina, Pria AS Terancam Penjara Seumur Hidup

- Joseph Czuba (73) bersalah atas pembunuhan bocah Palestina-Amerika dan melukai ibunya, Hanan Shaheen.
- Czuba menusuk Wadee sebanyak 26 kali menggunakan pisau militer bergerigi. Ibu korban berhasil melarikan diri dan menghubungi polisi.
- Pengadilan memutar rekaman kamera tubuh polisi yang menunjukkan kondisi berdarah di lokasi kejadian. Pisau pelaku masih tertancap di tubuh korban saat petugas tiba.
Jakarta, IDN Times - Pengadilan di negara bagian Illinois, Amerika Serikat (AS) menyatakan Joseph Czuba (73) bersalah atas pembunuhan dan kejahatan bermotif kebencian terhadap bocah Palestina-Amerika pada Jumat (28/2/2025). Czuba terancam hukuman penjara seumur hidup karena membunuh Wadee Alfayoumi (6) dan melukai ibunya, Hanan Shaheen.
Czuba menusuk Wadee sebanyak 26 kali menggunakan pisau militer bergerigi sepanjang 18 cm. Serangan terjadi di Plainfield Township, sekitar 64 kilometer dari Chicago pada 14 Oktober 2023.
1. Kronologi pembunuhan Wadee Alfayoumi
Hanan bersaksi bahwa Czuba memaksa masuk ke kamarnya sebelum menyerangnya. Pelaku mengayunkan pisau sembari meneriakkan ujaran kebencian. Ibu korban berhasil melarikan diri ke kamar mandi dan menghubungi polisi.
Rekaman panggilan darurat 911 yang diputar di pengadilan memperdengarkan suara Hanan memohon pertolongan ketika pelaku sedang mencoba membunuh dirinya dan anaknya. Setelah Hanan berlindung di kamar mandi, pelaku beralih menyerang Wadee.
Polisi menemukan Czuba di luar rumah dengan darah di tubuh dan tangannya. Dilansir ABC News, selama perjalanan ke kantor polisi, pelaku meracau tentang ketakutannya akan jihad dan melontarkan ujaran rasis terhadap keluarga korban.
Pengacara pembela berargumen ada bukti yang hilang dalam kasus ini. Sementara itu, mantan istri Czuba bersaksi bahwa pelaku memang menjadi tertutup setelah perang di Gaza pecah.
Juri hanya membutuhkan waktu kurang dari 90 menit untuk memvonis Czuba bersalah atas semua dakwaan. Pelaku sebelumnya mengaku tidak bersalah dan memilih tidak bersaksi selama persidangan yang dimulai Selasa (25/2/2025). Hakim akan menjatuhkan hukuman pada Mei 2025.
2. Pelaku menunjukkan tanda-tanda kebencian sejak pecahnya perang di Gaza
Shaheen menjadi saksi pertama yang memberikan kesaksian dalam persidangan. Hanan mengungkap perubahan sikap pelaku setelah serangan Hamas ke Israel. Czuba mulai mengekspresikan pandangan anti-Muslim dan meminta mereka pindah dari rumah yang juga ditinggalinya.
Pembunuhan terjadi hanya beberapa hari setelah percakapan tersebut. Hanan mengenang detik-detik mengerikan saat anaknya diserang. Shaheen mengaku mendengar jeritan Wadee dari dalam kamar mandi.
Pengadilan juga memutar rekaman kamera tubuh polisi yang menunjukkan kondisi berdarah di lokasi kejadian. Pisau pelaku masih tertancap di tubuh korban saat petugas tiba.
Wadee meninggal dunia tak lama setelah dibawa ke rumah sakit. Wadee baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-6 beberapa minggu sebelum dibunuh. Ayah korban, Odai Alfayoumi mengaku perasaannya campur aduk setelah putusan.
"Saya tidak tahu apakah harus senang atau sedih, menangis atau tertawa. Keputusan ini rasanya terlambat," ujarnya, dilansir BBC.
3. Insiden anti-Muslim dan anti-Arab semakin marak di AS
Kasus ini menggemparkan komunitas Palestina-Amerika yang jumlahnya cukup besar di wilayah Chicago. Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Isral (CAIR) Chicago, Ahmed Rehab menilai kejahatan ini sebagai salah satu kasus kebencian terburuk yang pernah terjadi.
Direktur Eksekutif Komite Anti Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), Abed Ayoub menyambut baik putusan pengadilan ini.
"Kasus ini membuktikan aksi kekerasan bermotif kebencian tidak dapat ditolerir. Kami tidak akan pernah lupa bahwa seorang bocah pernah dibunuh karena retorika anti-Palestina" ujarnya.
Berbagai kasus kekerasan berbasis kebencian kian marak terjadi di AS. Di Texas, seorang anak Palestina-Amerika berusia 3 tahun nyaris ditenggelamkan. Masih di negara bagian yang sama, seorang pria Palestina-Amerika menjadi korban penusukan.
Kasus lain terjadi di New York, di mana seorang pria Muslim dipukuli. Bahkan di Florida, dua wisatawan Israel tertembak karena pelaku mengira mereka orang Palestina, dilansir Al Jazeera.