Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cekcok dengan Rusia, Trump Perintahkan Kapal Selam Nuklir AS Siaga

Presiden AS, Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden AS, Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Saling ejek di media sosial berujung ancaman, Trump dan Medvedev bersitegang di platform media sosial dengan pernyataan provokatif dan ultimatum terkait perang di Ukraina.
  • Trump sebut pengerahan untuk lindungi rakyat AS, kapal selam nuklir dikerahkan untuk melindungi AS dari ancaman yang dianggap tidak pantas.
  • Proses perdamaian di Ukraina masih buntu, hubungan AS-Rusia semakin tegang di tengah mandeknya upaya perundingan damai di Ukraina. Batas waktu negosiasi diperpendek oleh Trump.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan dua kapal selam nuklir untuk mengubah posisinya mendekati Rusia pada Jumat (1/8/2025). Langkah tersebut merespons pernyataan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang memperingatkan Trump tentang kemampuan nuklir negaranya.

Trump menganggap pernyataan ini sangat provokatif dan bodoh.

"Saya telah memerintahkan dua kapan selam nuklir untuk siaga di wilayah yang tepat untuk berjaga-jaga jika ini ternyata bukan sekedar pernyataan bodoh. Kata-kata sangatlah penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan," tulis Trump di Truth Social pada Jumat (1/8/2025).

1. Saling ejek di media sosial berujung ancaman

Sebelumnya, kedua pihak sempat bersitegang di media sosial. Melalui unggahannya, Trump mengejek Medvedev sebagai mantan presiden yang gagal.

Medvedev membalas dengan menyinggung kemampuan sistem senjata nuklir otomatis era Uni Soviet, "Dead Hand". Ia bahkan merujuk pada serial "The Walking Dead" untuk menggambarkan dampak kehancuran yang bisa ditimbulkan. Medvedev juga mengecam ultimatum Trump terhadap Rusia terkait perang di Ukraina.

"Trump memainkan permainan ultimatum dengan Rusia. Ia harus ingat dua hal, pertama, Rusia bukanlah Israel atau Iran. Kedua, setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju peperangan, bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya (AS) sendiri," tulis Medvedev dalam unggahan di platform X, dilansir The Guardian.

Saat ini, Medvedev menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin. Namun, Medvedev dinilai tidak punya wewenang untuk meluncurkan senjata nuklir, dilansir CNN.

2. Trump sebut pengerahan untuk lindungi rakyat AS

Belum diketahui pasti, apakah kapal selam yang dimaksud Trump membawa hulu ledak nuklir atau hanya bertenaga nuklir. Pentagon juga biasanya merahasiakan detail pergerakan aset nuklirnya.

Saat ditanya wartawan, Trump menyatakan langkah itu diperlukan untuk melindungi AS.

"Kami harus melakukan itu, kami harus berhati-hati. Sebuah ancaman telah dikeluarkan dan kami anggap itu tidak pantas, jadi saya harus sangat berhati-hati untuk keselamatan rakyat AS," tutur Trump, dikutip dari NBC.

Analis melihat langkah Trump ini sebagai ancaman retoris ketimbang perubahan militer. Sebab, Angkatan Laut AS dinilai sudah selalu siaga untuk menjangkau wilayah Rusia.

Selain pengerahan ini, Trump juga mengumumkan rencana pengiriman utusan khususnya, Steve Witkoff, ke Rusia. Ia juga kembali menyalahkan pemerintahan Joe Biden atas terjadinya perang di Ukraina.

3. Proses perdamaian di Ukraina masih buntu

Hubungan AS-Rusia semakin tegang di tengah mandeknya upaya perundingan damai di Ukraina. Sebelumnya, Trump telah memberi waktu 10 hari untuk Rusia membuat kemajuan negosiasi. Batas ini diperpendek dari yang awalnya 50 hari.

Trump berulang kali menyuarakan kekecewaannya pada lambatnya proses gencatan senjata. Putaran ketiga perundingan di Istanbul bahkan bubar hanya dalam waktu kurang dari satu jam.

"Kami membutuhkan perdamaian yang langgeng dan stabil di atas fondasi yang kokoh yang akan memuaskan Rusia dan Ukraina, serta menjamin keamanan kedua negara. Semua kekecewaan yang muncul disebabkan oleh ekspektasi yang berlebihan," kata Putin kepada wartawan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

DK PBB Tolak Draf Resolusi Keringanan Sanksi Iran

21 Sep 2025, 10:09 WIBNews