CIA Setop Bantuan Intelijen dan Senjata ke Ukraina

Jakarta, IDN Times – Dinas intelijen Amerika Serikat (CIA), telah menghentikan bantuan intelijen dan senjata kepada Ukraina. Direktur CIA, John Ratcliffe, mengonfirmasi keputusan tersebut pada Rabu (5/3/2025).
Ratcliffe mengatakan, penyetopan itu adalah buntut dari perdebatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Ruang Oval pada Jumat lalu. Penghentian bantuan intelijen diumumkan tak lama setelah bantuan senjata disetop pada Senin malam.
“Presiden Trump akan meminta pertanggungjawaban semua orang untuk mendorong perdamaian di seluruh dunia,” katanya, dilansir Politico.
Ia menambahkan bahwa penyetopan itu kemungkinan bersifat sementara. Upaya tersebut dilakukan sekadar untuk menekan Ukraina agar siap berunding.
1. Langkah yang menuai protes dari parlemen

Langkah AS untuk menghentikan bantuan intelijen dan senjata kepada Ukraina menimbulkan kekhawatiran luas di Capitol Hill, bahkan di antara beberapa sekutu Ukraina yang dekat dengan Trump.
"Saya sangat khawatir tentang hal itu dalam jangka panjang," kata Senator Lindsey Graham.
Serupa dengan itu, Anggota DPR, Jim Himes, menyerukan dimulainya kembali pembagian informasi intelijen dengan Ukraina. Ia mengatakan bahwa informasi itu sangat dibutuhkan saat ini dan bersifat mendesak.
“Saya telah mengamati betapa pentingnya hubungan intelijen kita dengan mitra Ukraina dalam melawan serangan Rusia yang brutal dan tanpa henti. Hal itu telah menyelamatkan nyawa anggota militer Ukraina dan warga sipil,” katanya.
Unit intelijen militer Ukraina tidak menanggapi permintaan komentar. Kantor Zelenskyy juga belum berkomentar.
2. Trump berikan apapun yang diinginkan Putin

Sementara itu, anggota senior Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Jeanne Shaheen, menyebut jeda pembagian intelijen melemahkan kemampuan Ukraina untuk menargetkan posisi Rusia.
"Jika Presiden Trump memberikan semua pengaruh kita, maka pada dasarnya dia menyerahkan apa pun yang diinginkan Vladimir Putin," katanya.
Pembekuan itu juga tampaknya menghentikan sekutu AS yang lain untuk berbagi produk intelijen AS dengan Ukraina. Daily Mail Inggris melaporkan pada Rabu bahwa badan intelijen Inggris kini telah menerima perintah yang secara eksplisit melarang mereka berbagi intelijen yang dihasilkan AS ke Ukraina.
Seseorang sumber Ukraina mengatakan bahwa angkatan bersenjata Ukraina masih menerima sejumlah informasi intelijen dari mitra-mitra Kiev hingga Rabu. Namun, ia menolak menyebutkan negara mana saja.
"Ini pasti akan menjadi kemunduran besar bagi Ukraina, saya rasa tidak ada cara untuk menyangkalnya," kata Neil Barnett, CEO Istok Associates Limited, konsultan intelijen yang berpusat di London.
3. Desakan perundingan untuk Ukraina

Penyetopan ini adalah bentuk desakan AS kepada Ukraina agar mau berunding dengan Rusia. Zelenskyy sebelumnya menolak segala bentuk perundingan yang tak melibatkan Ukraina secara langsung.
Penasihat Keamanan Gedung Putih, Mike Waltz, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Zelenskyy pada Rabu terkait hal itu. Ia menyatakan optimisme untuk memulai perundingan.
"Kami tengah melakukan pembicaraan yang baik di lokasi untuk putaran negosiasi berikutnya, mengenai delegasi, dan substansi. Saya kira kita akan melihat pergerakan dalam waktu yang sangat singkat," kata Waltz, dilansir CNN.
Ajudan utama Zelenskyy, Andriy Yermak, mengatakan pada hari Rabu bahwa pejabat Ukraina dan AS telah sepakat untuk bertemu dalam waktu dekat. Ia mengatakan telah membahas langkah lebih lanjut terkait rencana perdamaian yang adil dan abadi bersama Waltz.