Calon Kanselir Jerman: Trump Picu Perselisihan dengan Zelenskyy

- Friedrich Merz menyalahkan Trump atas perselisihan dengan Zelenskyy, ingin Jerman dan Eropa lepas dari ketergantungan AS.
- Merz menyebut Trump dan JD Vance memicu eskalasi situasi dalam dialog di Oval Office, terkejut dengan tensi antara Trump dan Zelenskyy.
- Annalena Baerbock menyerukan kepemimpinan Eropa setelah perselisihan, mencatat perubahan hubungan transatlantik antara AS dan Eropa.
Jakarta, IDN Times - Calon Kanselir Jerman, Friedrich Merz, pada Senin (3/3/2025), mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang sebenarnya memicu perselisihan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy saat berada di Gedung Putih.
Merz akan dicalonkan sebagai Kanselir Jerman setelah Partai Christian Democratic Union (CDU) berhasil memenangkan pemilihan umum (pemilu) parlemen. Ia pun sempat mengungkapkan bahwa Jerman dan Eropa harus meninggalkan ketergantungannya dari AS.
1. Klaim pemerintahan baru AS punya pola memicu tensi
Merz mengatakan bahwa pernyataan Zelenskyy dengan nada tinggi tersebut bukanlah disengaja. Ia menyebut Trump dan Wakil Presiden AS, JD Vance yang memicu ekskalasi situasi dalam dialog di Oval Office.
"Ini bukanlah sebuah reaksi spontan dari Zelenskyy untuk mengintervensi komentar. Namun, tentu saja, ada sebuah kesengajaan untuk memicu ekskalasi di tengah pertemuan di Oval Office," tuturnya, dikutip The Kyiv Independent.
Pemimpin Partai CDU itu mengaku cukup terkejut dengan tensi antara Trump dan Zelenskyy saat bertemu langsung. Insiden tersebut adalah salah satu wujud dari pola sikap pemerintahan baru AS.
Tak hanya ketika berada di Washington, ia menyebut, terdapat beberapa insiden dalam beberapa pekan dan bulan terakhir, termasuk ketika delegasi AS tiba di KTT Keamanan Muenchen.
2. Menlu Jerman minta Eropa tunjukkan kepemimpinan
Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Annalena Baerbock mengatakan bahwa Eropa harus menunjukkan kepemimpinan setelah terjadi perselisihan antara Trump dan Zelenskyy di Oval Office.
"Kami menyerukan sebuah era baru dari keburukan setelah Trump mempermalukan Zelenskyy di depan publik di negaranya. Saya melihat pemerintahan AS yang mengubah arah pandangannya terhadap invasi skala besar Rusia ke Ukraina," tuturnya, dikutip Politico.
Ia mengatakan, masa-masa tersulit telah dimulai dan Eropa harus mempertahankan ketertiban internasional. Ia juga menyampaikan penguatan hukum terhadap kekuatan yang lebih kuat.
Pernyataan Baerbock menunjukkan sebuah perubahan hubungan transatlantik antara AS dan Eropa. Ia pun mengungkapkan kemungkinan adanya perubahan retorika dari Washington setelah dipimpin Trump.
3. Zelenskyy masih berkomitmen bekerja sama dengan AS dan Eropa

Zelenskyy mengungkapkan komitmennya untuk bekerja sama dengan AS dan Eropa untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina. Ia pun mengharapkan kelanjutan dukungan dan bantuan dari AS ke Ukraina.
"Ini sangat penting bahwa kami mencoba untuk membuat diplomasi kami lebih substantif untuk mengakhiri perang sesegera mungkin. Kami menginginkan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian dibutuhkan sesegera mungkin," tuturnya.
Sebelumnya, Trump mengklaim bahwa Zelenskyy tidak menginginkan perdamaian selama dia mendapatkan dukungan dari AS. Pernyataan itu menyusul komentar Zelenskyy bahwa perjanjian perdamaian dengan Rusia masih sangat jauh.