Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dalam 6 Bulan, Angka Kematian Akibat Corona di Brasil Tembus 100 Ribu

Penggali kuburan berjalan di pemakaman Parque Taruma, ditengah pandemi virus corona (COVID-19), di Manaus, Brasil, Kamis (11/6/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Bruno Kelly)

Jakarta, IDN Times - Kasus COVID-19 di Brasil semakin tidak terkendali. Dalam kurun waktu enam bulan, jumlah kematian di Negeri Samba itu sudah menembus angka 100 ribu. Mengutip data dari situs World O Meter, Senin (10/8/2020), tercatat 101.136 orang meninggal akibat virus Sars-CoV-2. 

Meningkatnya angka kematian akibat COVID-19 seiring dengan kebijakan Pemerintah Brasil yang mulai melonggarkan pembatasan pergerakan manusia. Toko-toko dan restoran dibolehkan beroperasi, kendati pandemik belum mencapai puncaknya.

Melonjaknya angka kematian di Brasil terjadi hanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan. Data dari kantor berita Reuters hari ini menyebut, saat COVID-19 dilaporkan mulai menyebar pada akhir Februari lalu di Brasil, dalam kurun waktu tiga bulan, pandemik di negara latin itu telah merenggut 50 ribu jiwa. Hanya dalam waktu 50 hari, angka kematian akibat COVID-19 bertambah 50 ribu jiwa. 

Seorang anggota senior organisasi ahli penyakit menular, Dr. José Davi Urbaez mengatakan, situasi ini menggambarkan Pemerintah Brasil sudah putus asa menghadapi pandemik COVID-19. 

"Situasi saat ini tidak ada ubahnya seperti perang dunia. Tetapi, kita semua seolah-olah tidak melakukan sesuatu seperti sedang dibius," ungkap Urbaez sepetri dikutip Reuters

Lalu, apa yang dilakukan oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro untuk mencegah agar pandemik virus corona tidak semakin meluas?

1. Presiden Bolsonaro marah dituding sebagai penyebab meningkatnya kasus COVID-19 di Brasil

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Sementara itu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, pada pekan lalu mengatakan, ia telah melakukan yang terbaik untuk mencegah pandemik COVID-19 meluas di negaranya. Bahkan, Bolsonaro sendiri sempat terpapar virus corona itu. Ia mengklaim dirinya sembuh setelah mengikuti uji swab sebanyak empat kali. 

Kini istri Bolsonaro, Michelle, juga sedang melakukan isolasi mandiri karena tertular COVID-19 dari suaminya. Laman Time, 30 Juli 2020 melaporkan, kantor Presiden Brasil menyebut kondisi Ibu Negara tampak sehat. Namun, Ibu Negara akan mengikuti semua protokol kesehatan yang ada. 

Sementara, Bolsonaro pada Minggu kemarin marah besar ke stasiun televisi bernama TV Globo. Hal itu lantaran stasiun televisi yang memiliki jaringan paling luas di Brasil tersebut menyebut banyaknya kasus kematian di Negeri Samba, gara-gara Bolsonaro tidak becus mengendalikan pandemik COVID-19. 

Hal itu bermula pada tayangan berita pada Sabtu, 8 Agustus 2020, yang melaporkan angka kematian di Brasil resmi menembus angka 100 ribu. Sementara, presenter berita merujuk ke sebuah artikel yang menyebut kesehatan menjadi hak bagi semua warga Brasil. Tanggung jawab pemerintahlah yang memberikan jaminan kesehatan itu. 

"Apakah presiden republik ini telah melakukan tugasnya?" tanya presenter tersebut. 

Bolsonaro langsung meresponsnya dengan menyebut, penyebaran informasi yang keliru justru lebih banyak membunuh orang ketimbang virus corona itu sendiri. 

"Waktu dan sains akan membuktikan penggunaan isu COVID-19 untuk kepentingan politik melalui stasiun televisi ini, membawa kematian yang seharusnya bisa dihindari," demikian cuit Bolsonaro pada Senin, 10 Agustus 2020. 

2. Presiden Bolsonaro sejak awal meremehkan pandemik COVID-19

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengklaim telah negatif dari COVID-19 (www.twitter.com/@jairbolsonaro)

Presiden Bolsonaro sejak awal sudah meremehkan pandemik COVID-19. Ia menganggap COVID-19 adalah flu ringan yang bisa sembuh sendiri. Selain itu, Bolsonaro juga berulang kali mempromosikan obat antimalaria efektif untuk menyembuhkan COVID-19. Padahal, ia yang telah mengonsumsi obat itu malah tetap terpapar COVID-19. 

Bahkan, ia terlihat menelan pil hydroxychloroquine di media sosial dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bolsonaro juga mengaku merasa lebih baik usai mengonsumsi obat tersebut. 

"Aku percaya hydroxychloroquine (ampuh untuk memulihkan COVID-19). Bagaimana dengan Anda?" tanya Bolsonaro dalam video yang beredar pada 7 Juli 2020. 

Sementara, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, obat antimalaria itu tidak membantu sama sekali proses penyembuhan bagi pasien COVID-19. Sehingga WHO melarang penggunaannya untuk dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. 

3. Presiden Bolsonaro menentang pemberlakuan lockdown di tengah pandemik COVID-19

Presiden Brasil Jair Bolsonaro tengah menunjukkan obat antimalaria (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Selain itu, Presiden Bolsonaro juga menentang pemberlakuan lockdown untuk mencegah meluasnya pandemik COVID-19. Menurutnya, bila Brasil memberlakukan kebijakan tersebut sejak awal, maka bisa membunuh perekonomian Brasil dan menyebabkan banyak orang jadi pengangguran.

"Tanpa gaji dan pekerjaan, orang-orang pada akhirnya akan mati. Lockdown itu juga membunuh (warga)," ungkap Bolsonaro merujuk pada kebijakan yang diterapkan di beberapa kabupaten dan wilayah di Brasil, dan dikutip kantor berita Reuters pada Minggu, 19 Juli 2020. 

Sementara, data menunjukkan meski Brasil tidak memberlakukan lockdown secara nasional, tetapi perekonomian Brasil tetap merosot tajam. Kantor berita Xinhua pada 18 Juni lalu melaporkan, perekonomian Brasil di April anjlok 9,7 persen bila dibandingkan Maret lalu. Bank Sentral Brasil mencatat ini menjadi rekor terburuk sejak 2003 lalu. 

Berdasarkan indeks aktivitas perekonomian bank (IBC-Br), penyesuaian angka pertumbuhan perekonomian di bulan April mencerminkan dampak terkuat dari pandemik COVID-19 terhadap negara terbesar di kawasan Amerika Latin itu. Perekonomian Brasil sudah mulai terpukul sejak lockdown diberlakukan pada pertengahan Maret lalu. 

Namun, bila dibandingkan pada April 2019 lalu, indeks perekonomian Brasil di periode yang sama terkoreksi sangat jauh yakni 15,09 persen tanpa ada penyesuaian. Sedangkan di bulan Maret, bulan pertama Brasil mengalami dampak pandemik, perekonomian Brasil sudah terkoreksi 6,16 persen bila dibandingkan bulan Februari. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Sunariyah
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us