Di Akhir Jabatan, Biden Gelontorkan Rp96,8 Triliun untuk Ukraina

- Pemerintah AS mengumumkan bantuan senilai hampir 6 miliar dolar untuk Ukraina, termasuk bantuan keamanan dan dukungan anggaran langsung.
- Bantuan ini mencakup 2,5 miliar dolar untuk kebutuhan keamanan dan 3,4 miliar dolar disalurkan sebagai dukungan anggaran untuk membantu Ukraina mempertahankan layanan pemerintahannya.
- Dana tersebut mencakup 1,25 miliar dolar untuk kebutuhan militer mendesak dan 1,22 miliar dolar di bawah prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina (USAI).
Jakarta, IDN Times – Pemerintahan Joe Biden kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung Ukraina di tengah perang yang terus berlangsung melawan Rusia. Pada Senin (30/12/2024), pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket bantuan tambahan senilai hampir 6 miliar dolar AS (sekitar Rp96,8 triliun) untuk Ukraina, yang mencakup bantuan keamanan dan dukungan anggaran langsung.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya bantuan terakhir pemerintahan Biden sebelum pergantian kepemimpinan di AS.
Bantuan ini melibatkan 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp40 triliun) untuk kebutuhan keamanan, termasuk sistem pertahanan udara dan persenjataan kritis lainnya. Sementara itu, 3,4 miliar dolar AS (sekitar Rp54,8 triliun) disalurkan sebagai dukungan anggaran untuk membantu Ukraina mempertahankan layanan pemerintahannya di tengah serangan intensif dari Rusia.
1. Bantuan keamanan untuk Ukraina

Presiden Joe Biden menyatakan bahwa pemerintah AS telah mengalokasikan seluruh dana yang tersisa dari anggaran yang disetujui Kongres awal tahun ini. Dana tersebut mencakup 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp20,1 triliun) untuk kebutuhan militer mendesak dan 1,22 miliar dolar AS (sekitar Rp19,6 trilium) di bawah prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina (USAI).
“Sebagai bagian dari komitmen kami, Departemen Pertahanan telah mengalokasikan seluruh dana USAI yang disahkan Kongres pada musim semi,” kata Biden dalam pernyataan resminya.
“Kami akan terus mendukung Ukraina dengan segala sumber daya yang kami miliki untuk memperkuat posisi mereka selama masa jabatan saya,” tambah Biden, dikutip CBS News.
Bantuan militer ini mencakup amunisi untuk sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), rudal anti-tank, dan suku cadang untuk sistem senjata yang telah ada. Selain itu, Pentagon berencana menambah pengiriman kendaraan lapis baja dan amunisi lainnya guna mempersiapkan Ukraina menghadapi musim dingin.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa negaranya bersama lebih dari 50 negara lainnya berkomitmen untuk memastikan Ukraina memiliki kemampuan melindungi diri dari agresi Rusia.
2. Dukungan ekonomi untuk kelangsungan layanan publik
Dilansir Anadolu Agency, Menteri Keuangan Janet Yellen menyebutkan bahwa dukungan ekonomi senilai 3,4 miliar dolar AS (sekitar Rp54,8 triliun) akan digunakan untuk mempertahankan layanan penting pemerintah Ukraina. Dana ini mencakup pembiayaan reformasi di bidang penegakan hukum, transparansi kelembagaan, dan langkah antikorupsi.
Yellen menambahkan bahwa langkah ini sejalan dengan inisiatif G7 Extraordinary Revenue Acceleration, yang memanfaatkan aset Rusia yang dibekukan.
“Keberhasilan Ukraina adalah bagian dari kepentingan inti nasional Amerika,” ujar Yellen.
Serangan Rusia baru-baru ini menargetkan infrastruktur energi Ukraina, termasuk serangan pada Hari Natal yang menyebabkan ratusan ribu penduduk Kharkiv kehilangan pemanas di tengah suhu dingin. Yellen menyebutkan bahwa bantuan ini sangat penting untuk mendukung Ukraina menghadapi situasi sulit tersebut.
3. Tantangan di tengah pergantian kepemimpinan AS
Kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS memunculkan keraguan tentang kelanjutan bantuan untuk Ukraina. Sebelumnya, Trump secara terbuka mengkritik dukungan besar-besaran untuk Ukraina dan mengisyaratkan akan mengambil pendekatan berbeda terhadap konflik ini.
Trump pernah menyatakan mampu mengakhiri perang dalam satu hari, namun setelah terpilih kembali, ia mengakui bahwa konflik Rusia-Ukraina lebih kompleks dari yang ia duga.
“Saya pikir situasi ini lebih sulit dibandingkan perdamaian di Timur Tengah,” ujar Trump.
Dilansir France 24, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik bantuan terakhir dari pemerintahan Biden dan menyerukan dukungan berkelanjutan dari negara-negara Barat. Zelensky menargetkan tercapainya perdamaian pada 2025 dengan memperkuat pertahanan Ukraina melalui dukungan internasional.
Paket bantuan ini mencerminkan upaya akhir pemerintahan Biden untuk memperkuat posisi Ukraina sebelum pergantian kepemimpinan di AS. Dengan perang yang memasuki tahun ketiga pada Februari 2025, bantuan dari AS dan sekutunya akan menjadi penentu bagi perjuangan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.