Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Diduga Terima Suap dari Kartel, Eks Presiden Honduras Diadili di AS

Mantan Presiden Honduras, Juan Orlando Hernández saat dikawal menuju helikopter. (twitter.com/PoliciaHonduras)
Mantan Presiden Honduras, Juan Orlando Hernández saat dikawal menuju helikopter. (twitter.com/PoliciaHonduras)

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Honduras, Juan Orlando Hernández, pada Kamis (21/4/2022) resmi diekstradisi ke Amerika Serikat (AS). Hal ini menyusul penangkapannya pada Februari lalu setelah ia lengser dari kursi orang nomor satu di Honduras. 

Pada Maret 2021, Juan Antonio "Tony" Hernández dihukum seumur hidup oleh Kejaksaan New York. Pasalnya, laki-laki berusia 43 tahun itu terbukti terlibat dalam penyelundupan narkoba saat menjabat sebagai anggota parlemen Honduras. 

Sementara itu, Hernandez disebut sudah bekerja sama dengan Tony terkait skandal penyelundupan narkoba di Honduras. Eks presiden sayap kanan itu diduga menerima uang suap dari kartel narkoba Los Chaciros untuk mengamankan proses penyelundupan.

1. Hernandez diterbangkan dari Honduras pada sore hari

Proses ekstradisi Juan Orlando Hernandez dimulai ketika ia dikawal oleh puluhan aparat kepolisian dan tentara menuju ke helikopter pada pukul 13.00. Mantan presiden itu diketahui mengenakan celana jeans, jaket biru, masker wajah, dan kaca mata, disertai tangan yang diborgol di bagian depan. 

Helikopter diterbangkan menuju ke Pangkalan Angkatan Udara Hernán Acosta Mejía di Tegucigalpa. Dari situ, ia rencananya akan diterbangkan ke New York, AS untuk nantinya menghadiri persidangan terkait kemungkinan bahwa ia sudah bersekongkol dengan kartel narkoba. 

Dilansir CNN, Hernández juga sudah diberangkatkan dengan pesawat milik DEA (Drug Enforcement Administration) yang berangkat dari Bandara Internasional Toncontin, Tegucigalpa pada pukul 16.20 waktu setempat. 

Setibanya di New York, Hernández sudah ditempatkan di Metropolitan Detention Center yang berlokasi di Brooklyn. Nantinya, mantan presiden berusia 53 tahun itu akan menjalani persidangan di Kejaksaan Distrik Selatan New York. 

2. Hernandez masih menampik semua tudingan dan mengaku tidak bersalah

Mantan presiden yang sudah memimpin Honduras selama delapan tahun itu juga terus menampik tudingan. Dia bersikeras mengaku tidak bersalah dan tidak menerima suap dari kartel. Hal itu diungkapkan melalui video yang diunggah lewat Twitter istri Hernandez, Ana García de Hernández.

"Kebenaran pasti akan terungkap. Ini adalah doa saya, keluarga saya, dan ribuan keluarga di Honduras, sehingga ketika kebenaran terungkap dan saya akan menang. Saya tidak bersalah. Saya sudah diperlakukan tidak adil selama proses ini," ungkap Hernandez.

"Anda tahu bahwa saya bekerja tanpa lelah untuk mengembalikan kedamaian di Honduras. Kami memberi usaha maksimal untuk negara kami, dan sayangnya orang yang membuat Honduras menjadi negara dengan kekerasan tertinggi di dunia justru ingin menjadi pahlawan," sambungnya. 

Dikutip Vice News, melalui tulisan dalam cuitan Twitter-nya, Ana Garcia mengucapkan kepercayaanya terhadap para suaminya.

"Sayangku! Saya percaya padamu dan kebenaranmu, keluargamu, dan negaramu yang telah diperjuangkan mati-matian. Kami menunggu kedatanganmu. Kami yakin kamu akan kembali, tentu saja kamu akan kembali karena kamu tidak bersalah," tulis dia. 

3. Eks presiden kedua yang diadili di Amerika Serikat

Proses ekstradisi ini menjadikan Hernández sebagai mantan presiden kedua yang diadili di Kejaksaan AS atas kasus penyelundupan narkoba. Sebelumnya, sudah ada mantan Presiden Panama, Manuel Noriega, yang dijatuhi hukuman di Kejaksaan Florida pada April 1992, dilansir Insight Crime

Selama delapan tahun memimpin Honduras, Hernandez dikenal sebagai sosok yang tidak populer terutama setelah adiknya terjerat kasus penyelundupan narkoba. Pada masa kepemimpinannya, ratusan ribu warga Honduras bermigrasi ke AS untuk melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan di negaranya. 

Mantan Komisaris Polisi Nasional, Henry Osorio Canales, dikutip Deutsche Welle, mengatakan bahwa ekstradisi ini merupakan sebuah hal yang memalukan bagi Honduras. Namun, ini juga menjadi hari bersejarah bagi negara Amerika Tengah itu. 

"Ini dimulai karena ini dilakukan dengan penindakan hukum kepada sosok politikus ternama di negara ini dan secara logika, seluruh pihak yang bersekongkol dengannya akan ikut jatuh, setidaknya sosok yang dekat dengan Hernandez," tutur Osorto. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us