Dubes Djauhari: 8 Area di Tiongkok Sudah Terbebas dari COVID-19

Jakarta, IDN Times - Di saat negara lain baru menerapkan aktivitas pembatasan pergerakan manusia, Tiongkok sudah satu langkah lebih maju. Mereka mulai memetik manfaat kebijakan ekstrem penutupan wilayah atau lockdown selama dua bulan.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun melalui keterangan tertulis pada Rabu malam (15/4). Ibu kota Wuhan yang sempat ditutup total selama 76 hari, kini sudah mulai bernapas. Warga di sana pelan-pelan mulai kembali ke kehidupan normal.
Data yang dimiliki oleh Djauhari, Provinsi Hubei, yang beribu kota di Wuhan, hanya memiliki 179 pasien positif COVID-19. Sementara, di ibu kota Beijing terdapat 87 kasus positif.
"Saat ini terdapat 8 wilayah di Tiongkok yang telah bebas dari COVID-19 yaitu Xinjiang, Tibet, Qinghai, Ningxia, Henan, Jiangxi, Guangxi dan Hainan," ungkap Djauhari melalui pesan pendek yang diterima IDN Times.
Benarkah Tiongkok sudah benar-benar terbebas dari COVID-19? Sebab, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat mewanti-wanti agar tidak terburu-buru memberikan kelonggaran dari upaya pembatasan pergerakan manusia. Direktur Jenderal WHO, dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan mencabut pembatasan terlalu cepat bisa memicu kemunculan kembali COVID-19 yang jauh lebih mematikan.
1. Data jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 mencapai 78.389

Menurut data yang dimiliki oleh Dubes Djauhari, hingga (15/4) sudah ada total kumulatif 83.745 penduduk Tiongkok yang terpapar COVID-19. Sebanyak 78.839 pasien sudah berhasil sembuh.
"Sebanyak 2.004 pasien positif masih dirawat," kata Djauhari.
Jumlah pasien di Wuhan, kota yang dulunya jadi episentrum COVID-19, tersisa 179 pasien positif. Sedangkan di Beijing tersisa 87 kasus positif. Menurut data real time dari situs World O Meter menunjukkan angka kematian Tiongkok selama peperangan melawan COVID-19 mencapai 3.342.
Walaupun kegiatan warga di Tiongkok sudah mulai menunjukkan situasi yang kembali normal, tetapi Negeri Tirai Bambu masih belum memulihkan kedatangan penerbangan dari luar negara itu untuk masuk. Pendatang asing masih dilarang menjejakkan kaki di Tiongkok.
2. Pusat bisnis di Tiongkok perlahan-lahan mulai pulih usai dihantam wabah COVID-19

Sementara, pusat bisnis dan industri pelan-pelan mulai hidup kembali. Jalanan di ibu kota Beijing yang sempat sepi ketika dilakukan pembatasan aktivitas manusia, kini sudah kembali padat dan bahkan macet.
Tetapi, kata Dubes Djauhari, pemerintah dan masyarakat tetap diimbau agar disiplin dalam menerapkan jaga jarak dan mengenakan masker. Selain itu, Pemerintah Tiongkok juga masih mewajibkan mengukur suhu tubuh dan melakukan karantina mandiri bila ditemukan ada gejala COVID-19.
Di sisi lain, kegiatan belajar mengajar belum pulih seperti dulu. Sekolah dan universitas masih menjalankan kegiatan belajar dan mengajar secara online.
"Diperkirakan sekolah akan kembali normal pada bulan Mei atau Juni. Para mahasiswa asing yang belajar di sekolah Tiongkok juga diimbau untuk tidak kembali ke sekolah sebelum adanya pemberitahuan resmi dari sekolah masing-masing," tutur pria yang pernah bertugas sebagai Dubes RI di Rusia.
Itu berarti, ratusan mahasiswa Indonesia yang sempat dipulangkan dari Wuhan masih tetap akan menjalankan perkuliahan jarak jauh.
3. Tiongkok mulai memberikan bantuan bagi negara lain termasuk Indonesia

Di saat Tiongkok sudah lebih awal berhasil keluar dari pandemik, mereka mulai mengulurkan tangan untuk membantu negara lain, termasuk Indonesia. Bantuan yang diberikan kepada Indonesia mulai dari APD, perlengkapan medis hingga alat rapid test. Walaupun di negara lain di Eropa, rapid test kit itu ramai-ramai dikembalikan ke Tiongkok lantaran tidak terlalu akurat.
Harian Inggris, The Guardian edisi (27/3) lalu melaporkan Pemerintah Spanyol telah mengembalikan 58 ribu rapid test kit ke Tiongkok lantaran tingkat akurasinya hanya 30 persen.
Rapid test kit itu bukan berupa bantuan melainkan pembelian oleh pemerintah. Tidak diketahui apakah rapid test kit yang didatangkan ke Indonesia juga memiliki permasalahan serupa.
4. Belum ada WNI di Tiongkok yang terpapar COVID-19

Dubes Djauhari juga melaporkan hingga kini belum ada WNI di daratan Tiongkok yang tertular COVID-19. Jumlah WNI di Negeri Tirai Bambu mencapai sekitar 15 ribuan orang. Sebagian besar dari mereka, kata Djauhari, merupakan mahasiswa dan masih berada di Indonesia usai dipulangkan tempo hari.
"WNI yang masih berada di Tiongkok saat ini dalam kondisi sehat wal'afiat dan tidak ada satupun WNI di mainland yang diketahui positif terjangkit COVID-19. KBRI selalu menjalin komunikasi dengan para WNI dan mengimbau mereka untuk disiplin dalam mengikuti aturan social distancing dan mengikuti aturan dari Pemerintah Tiongkok," tutur dia lagi.
KBRI juga memberikan bantuan berupa masker dan vitamin kepada WNI agar bisa mencegah tidak terinfeksi COVID-19.