Estonia Klaim Sukses Menangkis Serangan Siber dari Rusia

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Estonia mengaku bahwa negaranya telah menjadi target serangan siber terbesar pada Kamis (18/8/2022). Sementara, dugaan mengarah ke Rusia sebab serangan tersebut terjadi di tengah pemindahan monumen Uni Soviet di kota perbatasan.
Mulai pekan ini, Estonia sudah memindahkan sejumlah monumen peninggalan Uni Soviet yang terletak di Kota Narva. Tindakan ini sebagai bentuk protes atas invasi Rusia ke Ukraina, sekaligus mencegah perpecahan terutama pada area berpenduduk mayoritas etnis Rusia.
1. Serangan siber terbesar di Estonia sejak 2007
Keterangan serangan siber ini disampaikan oleh Kementerian Urusan Ekonomi dan Komunikasi Estonia pada Kamis. Pemerintah juga menyebut bahwa ini adalah serangan berskala besar sejak 2007 silam.
"Kemarin, Estonia sudah menjadi target serangan siber terbesar yang pernah dihadapi sejak 2007. Namun, serangan lewat DoS (Denial-of-Service) tersebut menjadi tidak efektif dan akhirnya tidak dihiraukan oleh mayoritas warga," tutur Luukas Ilves, dikutip RFE/RL.
"Melalui beberapa peringatan dan pengecualian kecil, website milik pemerintah tetap tersedia seperti biasa selama satu hari penuh. E-Estonia masih dibuka dan bekerja dengan seperti biasa" tulisnya.
Pasalnya, Estonia merupakan negara pionir penggunaan administrasi layanan pemerintahan menggunakan internet. Maka dari itu, hampir semua penduduk mengakses layanan dan prosedur lewat internet.
2. Killnet diduga bertanggung jawab dalam serangan siber kali ini
Serangan siber kali ini diduga didalangi oleh kelompok hacker asal Rusia, Killnet. Hal itu diketahui dari akun Telegram-nya yang mengatakan bahwa mereka sudah memblokir lebih dari 200 akun institusi negara dan swasta di Estonia, termasuk sistem identifikasi penduduk online.
Killnet menyebut bahwa mereka melakukan aksinya menyusul keputusan Estonia menyingkirkan monumen tank T-34 di Kota Narva. Tank bekas peninggalan Uni Soviet itu resmi dipindahkan pada Selasa untuk disimpan di museum, dilaporkan Reuters.
Sementara aksi Killnet umumnya menggunakan serangan DoS yang membanjiri jaringan dengan lalu lintas yang padat. Hal ini berfungsi untuk melumpuhkan website tersebut dan tidak sanggup untuk memenuhi semua permintaan tersebut.
Pada Juni, Killnet diklaim melakukan aksi serupa dengan menyerang sistem layanan milik Pemerintah Lithuania. Sedangkan pada 2007, serangan siber sudah menghampiri Estonia setelah pemindahan monumen patung bekas Uni Soviet.
3. Estonia termasuk negara dengan infrastruktur keamanan siber terkuat di dunia
Meski termasuk negara kecil dengan penduduk hanya 1,3 juta jiwa, Estonia dikenal sebagai negara dengan infrastruktur keamanan siber terkuat. Negara Balkan itu masuk di posisi ketiga terkuat di bawah Amerika Serikat dan Arab Saudi berdasarkan data dari Global Cybersecurity Index (GCI).
Kekuatan pertahanan siber ini setelah Estonia dihantam serangan siber terbesar pada 2007 silam. Serangan besar itu mengakibatkan kekacauan dan kelumpuhan pada sistem perbankan, media, dan lembaga pemerintahan di Estonia yang berlangsung selama beberapa minggu.
Dalang di balik serangan siber ini tidak dikeatahui secara pasti. Namun, serangan berasal dari alamat IP Rusia, meskipun Pemerintah Rusia membantah ikut campur dalam serangan siber di negara tetangganya tersebut.
"Ini sudah dijuluki oleh banyak pakar sebagai Web War One. Ini membuat kita khawatir, mungkin beberapa tahun sebelum seluruh dunia menyadari akan bahaya serangan siber dan pentingnya keamanan siber" papar Ilves dalam Euronews.