Ganjar Puji Diplomat Indonesia: Hebat-hebat Semua!

Jakarta, IDN Times - Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo mengatakan Indonesia memiliki aset besar untuk politik luar negeri dan hubungan internasional. Indonesia sejumlah diplomat hebat.
Jika terpilih di Pilpres 2024, Ganjar berjanji mendorong para diplomat Indonesia lebih aktif di kancah internasional.
“Diplomat kita harus aktif. Jadi kita tidak diam saja di rumah, tapi kita musti bertandang, mengetuk pintu rumah lain. Saya juga diajari oleh para diplomat kita yang hadir di sini. Mereka ini hebat-hebat semua, loh. Idenya brilian,” kata Ganjar dalam acara Pidato Kandidat Capres soal Arah dan Kebijakan Politik Luar Negeri di CSIS Indonesia, Jakarta, Selasa (7/11/2023).
“Yang mereka butuhkan adalah keputusan pemimpin tertinggi. Mereka tinggal kerjakan. Diplomat kita itu mampu semua,” ucap Ganjar lagi.
Selain itu, sejumlah isu dipaparkan Ganjar soal arah politik luar negeri Indonesia, termasuk soal kebutuhan pangan.
1. Indonesia berpotensi jadi lumbung pangan dunia

Sementara itu, Ganjar menyebut Indonesia mempunyai potensi menjadi lumbung pangan dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara.
"Indonesia punya potensi menjadi lumbung pangan dunia, di ASEAN saya kira Vietnam, ada lagi Thailand, India di sekitar kita, Tiongkok punya kemampuan untuk memproduksi itu dan saya kira termasuk Indonesia," ungkap dia.
2. Indonesia baru bisa produksi beras 6,9 juta ton per hektare

Dalam kesempatan itu, Ganjar menyebut petani Indonesia baru bisa memproduksi beras 5,9 ton per hektare. Padahal, dalam riset yang dilakukan, lahan di Indonesia bisa memproduksi 12 ton beras per hektare.
"Kalau lah bisa meningkatkan 7 ton saja, maka produksi itu sudah sangat luar biasa," sambungnya.
3. Pemerintah harus bisa lakukan intervensi

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengatakan, pemerintah harus melakukan intervensi kepada petani agar produksi beras bisa ditingkatkan minimal menjadi 7 ton per hektare.
"Tidak bisa politik pangan dibiarkan oleh petani, dibiarkan kepada petani dan mereka suruh berjalan begitu saja, tidak bisa, negara harus mengintervensi," ujarnya.