Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hungaria Salahkan Ukraina soal Macetnya Suplai Minyak Lukoil

Direktur Energi Nuklir Rosatom, Alexey Likhachev dan Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto pada Selasa (11/4/2023). (facebook.com/szijjarto.peter.official)
Intinya sih...
  • Menteri Luar Negeri Hungaria menyatakan Ukraina memblokir suplai minyak bumi dari Rusia, Lukoil, akibat sanksi NSDC sejak Juni.
  • Hungaria menjalin hubungan baik dengan Rusia di tengah invasi ke Ukraina, dan mencari solusi hukum untuk kelanjutan suplai migas.
  • Presiden Dewan Eropa menegaskan PM Hungaria tidak memiliki mandat dari UE untuk berbicara mengenai perang di Ukraina dengan siapapun.

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) Hungaria, Peter Szijjarto, pada Rabu (17/7/2024), mengatakan bahwa Ukraina yang menyebabkan macetnya suplai minyak bumi dari perusahaan Rusia, Lukoil. Keputusan ini imbas sanksi dari National Security and Defence Council (NSDC) sejak Juni.

Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, Hungaria jadi satu-satunya negara anggota Uni Eropa (UE) yang terus melanjutkan hubungan baik dengan Rusia. Bahkan, Budapest menyetujui kerja sama pengadaan gas alam dan minyak bumi baru dari Moskow sejak Juli 2022. 

1. Szijjarto dan Lavrov berupaya selesaikan masalah pengiriman minyak

Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto. (facebook.com/szijjarto.peter.official)

Szijjarto sudah mengadakan diskusi dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di PBB terkait pengiriman pasokan migas secara aman dari Rusia ke negaranya usai pemblokiran transit lewat teritori Ukraina. 

"Kami mendiskusikan isu keamanan suplai migas dari Rusia ke Hungaria. Mengenai suplai minyak, terdapat hukum baru di Ukraina, sehingga Lukoil tidak dapat mengirimkan minyaknya ke Hungaria. Kami sat ini mencari solusi hukum untuk kelanjutan suplai," tutur Szijjarto, dikutip Tass

"Dalam solusi ini, Lukoil dapat mengirimkan mintak dari Rusia ke Belarus dan Ukraina ke Hungaria. Kami juga membahas mengenai gas yang dikirimkan lewat pipa TurkStream untuk memastikan suplai energi kami," sambungnya. 

2. Ukraina ingin jadi tempat transit gas Azerbaijan ke Uni Eropa

Pada Juni, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan sudah mengadakan dialog dengan Azerbaijan soal pengiriman gas ke UE lewat negaranya. Ia menyebut transit lewat Ukraina akan membantu keamanan energi di UE. 

"Persetujuan untuk menggantikan transit gas alam Rusia dengan Azerbaijan di Ukraina sedang didiskusikan. Dalam rapat kabinet, kami sedang mendiskusikan persoalan ini sekarang," ungkapnya, dikutip Reuters.

Pemerintah Ukraina mengatakan tidak akan melanjutkan perjanjian transit gas dengan perusahaan Rusia, Gazprom yang akan berakhir pada akhir 2024. Masalahnya, Ukraina tidak berbatasan langsung dengan Azerbaijan, sehingga tetap membutuhkan akses lewat Rusia. 

Meski dilanda perang dengan Rusia selama lebih dari 2 tahun, Ukraina masih menjadi tempat transit utama gas alam Rusia ke Eropa yang jumlahnya hampir 15 miliar meter kubik per tahun. 

3. UE tolak upaya Orban untuk perdamaian Ukraina

Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. (facebook.com/orbanviktor)

Presiden Dewan Eropa, Charles Michel mengatakan, Perdana Menteri (PM) Hungaria, Viktor Orban tidak memiliki mandat dari UE untuk berbicara mengenai perang di Ukraina dengan siapapun, termasuk Donald Trump. 

"Rotasi presidensi sebenarnya punya peran untuk merepresentasikan UE dalam kancah internasional dan menerima mandat dari Dewan Eropa untuk mengatasnamakan blok Eropa," tegasnya. 

Mantan PM Belgia itu membantah tudingan dari Orban bahwa UE menerapkan kebijakan pro-perang di Ukraina. 

"Ini cukup berseberangan dengan paham kami. Perlu diketahui bahwa Rusia adalah negara agresor dan Ukraina adalah korban yang memiliki hak untuk mempertahankan dirinya," tambahnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us