Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Kecam Prancis Usai Dilarang Ikuti Pameran Senjata

Bendera Prancis. (Pexels.com/Atypeek Dgn)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, pada Rabu (16/10/2024), mengecam keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang melarang Israel ikut dalam pameran senjata Euronaval. Acara yang berlangsung pada 4 November di Paris adalah pameran dua tahunan untuk pertahanan angkatan laut dari seluruh dunia.

Keputusan itu muncul saat ketegangan kedua negara sedang meningkat. Paris mengkritik serangan Israel di Lebanon dan Gaza, yang menyebabkan warga sipil tewas, dan telah menyerukan gencatan senjata.

1. Larangan kedua dalam pameran senjata

Ilustrasi senjata api. (Pexels.com/Dan Galvani Sommavilla)

Penyelenggara pameran telah diberitahu pemerintah Prancis tentang keputusannya untuk menyetujui partisipasi delegasi Israel di Euronaval 2024, tanpa stan atau pameran peralatan apa pun. Keputusan tersebut berdampak pada tujuh perusahaan.

"Sesuai dengan keputusan pemerintah Prancis, perusahaan dan warga negara Israel yang ingin hadir akan disambut di pameran tersebut dengan ketentuan yang tercantum di atas," kata penyelenggara, dikutip dari VOA News.

Pada akhir Mei, Prancis juga melarang kehadiran produsen pertahanan Israel dalam pameran pertahanan dan keamanan darat Eurosatory.

Menaggapi keputusan tersebut, Gallant mengecam Macron, yang dianggap tindakannya itu merupakan aib bagi bangsa Prancis dan nilai-nilai dunia bebas, yang dijunjung negara itu. Dia juga menganggap langkah tersebut mendiskriminasi industri pertahanan dan membantu musuh-musuh negaranya selama perang.

Dia menambahkan, negara Eropa itu terus-menerus menerapkan kebijakan bermusuhan terhadap orang-orang Yahudi. Tel Aviv akan terus membela negara melawan musuh di tujuh garis depan yang berbeda dan berjuang demi masa depan kami, meski tanpa Prancis.

2. Prancis berusaha mengamankan gencatan senjata

Ilustrasi perang. (Unsplash.com/Duncan Kidd)

Israel telah melancarkan sejumlah serangan udara dan serangan darat terhadap militan Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran. Serangan menyebabkan banyaknya korban sipil, yang membuat sekutu Barat, termasuk Prancis, menyerukan gencatan senjata segera, dilansir Reuters.

Prancis dan Amerika Serikat telah bekerja sama untuk mengamankan gencatan senjata selama 21 hari di yang kemudian akan membuka pintu bagi negosiasi mengenai solusi diplomatik jangka panjang.

Karena yakin gencatan senjata disetujui, Parsis dan Washington terkejut ketika keesokan harinya Israel melancarkan serangan yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata sepihak yang gagal menghentikan Hizbullah mempersenjatai kembali dan menyusun kembali pasukannya. Prancis telah berupaya untuk terus mengupayakan penyelesaian diplomatik.

Pekan lalu, Macron menyampaikan diakhirinya ekspor senjata yang digunakan untuk menyerang Lebanon dan Gaza sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan kedua konflik.

3. Macron mengingatkan Israel ada karena keputusan PBB

Ilustrasi bendera PBB. (Pixabay.com/padrinan)

Tentara Israel telah terlibat baku tembak dengan pasukan Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon (UNFIL).

Prancis saat ini menempatkan hampir 700 tentara dalam UNIFIL yang beranggotakan 10 ribu orang, dan merupakan salah satu penyumbang utama Eropa bersama Italia dan Spanyol. Ketiganya mengecam serangan dan pelanggaran terhadap pasukan penjaga perdamaian.

Pada Selasa, Macron dalam bahwa Netanyahu tidak boleh lupa bahwa Israel dibentuk berdasarkan keputusan PBB. Menteri Luar Negeri Jean-Noel Barrot mengatakan hal itu merupakan pernyataan umum yang mengingatkan untuk menghormati piagam PBB.

Kantor Netanyahu menanggapi dengan mengatakan negaranya didirikan melalui perang dengan darah pejuang heroik, banyak di antaranya adalah penyintas Holocaust, termasuk dari rezim Vichy, merujuk pada pemerintah Prancis yang bekerja sama dengan Nazi Jerman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us