Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Klaim Berhasil Tewaskan Juru Bicara Hamas

pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Israel meluncurkan lima misil ke apartemen di Gaza, menewaskan tujuh orang dan melukai puluhan lainnya.
  • Juru bicara Hamas, Abu Obeida, tewas dalam serangan udara Israel yang dianggap sebagai pukulan bagi Hamas.
  • Israel bersiap untuk invasi darat ke Kota Gaza, mengancam nasib warga sipil dan para sandera yang masih ditahan di wilayah tersebut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Israel mengklaim telah menewaskan juru bicara sayap militer Hamas, Abu Obeida, dalam sebuah serangan udara di Kota Gaza. Serangan tersebut dilancarkan pada Sabtu, (30/8/2025), menargetkan sebuah gedung apartemen di lingkungan al-Rimal.

Kabar ini dikonfirmasi oleh sejumlah pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Namun, hingga berita ini ditulis, pihak Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi untuk menanggapi klaim tersebut, dilansir Strait Times.

1. Lima misil diluncurkan Israel

Operasi tersebut diklaim meluncurkan lima misil yang menghantam lantai dua dan tiga gedung secara bersamaan dari arah berbeda. Apartemen yang menjadi target diketahui pernah berfungsi sebagai klinik gigi dan juga terkena serangan udara beberapa bulan sebelumnya.

Sebuah kesaksian unik muncul dari lokasi kejadian, di mana warga dilaporkan melihat uang tunai senilai ratusan ribu dolar beterbangan di udara sesaat setelah ledakan. Sebagian uang itu sempat diambil oleh warga sebelum akhirnya berhasil diamankan kembali oleh pihak Hamas.

Serangan di kawasan padat penduduk itu juga mengakibatkan korban sipil, dengan sedikitnya tujuh orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

"Saya tidak percaya saya masih hidup. Saya melihat anak-anak terluka dengan darah menutupi wajah mereka, dan orang-orang berlarian ke segala arah seolah-olah dunia telah berakhir," tutur Mohammed Emad, seorang pemilik tempat pangkas rambut yang berjarak 100 meter dari apartemen, dikutip dari BBC.

2. Abu Obeida dituduh menjadi arsitek propaganda Hamas

Abu Obeida, yang nama aslinya diyakini Hudayfa al-Kahlut, dianggap Israel sebagai wajah Hamas dan kepala mesin propaganda Brigade Al-Qassam. Ia diduga bertanggung jawab atas seluruh operasi juru bicara dan distribusi video, termasuk rekaman para sandera yang ditahan di Gaza.

Sosoknya menjadi sangat ikonik karena selalu tampil dengan wajah tertutup selendang kefiyeh merah dalam setiap pidato video yang dirilisnya. Gaya penampilannya yang misterius menjadikannya figur yang dikenal luas dan menjadi idola bagi para pendukung Hamas di Timur Tengah.

Kematian Abu Obeida menjadi pukulan terbaru bagi Hamas, menyusul tewasnya sejumlah pemimpin senior lain seperti Yahya Sinwar dan Ismail Haniyeh. Pernyataan publik terakhirnya dirilis pada hari Jumat, berisi peringatan kepada Israel terkait rencana invasi ke Kota Gaza.

Panglima Militer IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyatakan bahwa operasi ini adalah bagian dari rangkaian serangan yang akan terus berlanjut.

“Ini bukanlah akhir. Sebagian besar pimpinan Hamas yang tersisa berada di luar negeri, dan kami akan menjangkau mereka juga,” tutur Zamir saat melakukan peninjauan di Komando Utara, dilansir Times of Israel.

3. Ancaman invasi Israel dan nasib warga Gaza

Serangan ini terjadi bersamaan dengan persiapan Israel untuk melancarkan invasi darat skala besar ke Kota Gaza. Israel berdalih, operasi bertujuan untuk melenyapkan Hamas dan mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 23 bulan.

Rencana invasi telah menuai kecaman dari komunitas internasional, termasuk PBB yang memperingatkan besarnya risiko bencana kemanusiaan. Operasi Israel dikhawatirkan dapat membahayakan warga sipil dan nasib para sandera yang masih ditahan di wilayah tersebut.

Menurut perkiraan PBB, hampir satu juta orang saat ini tinggal di Kota Gaza dan sekitarnya. Wilayah tersebut telah dinyatakan mengalami bencana kelaparan, yang diperburuk oleh kehancuran 90 persen rumah dan runtuhnya sistem kesehatan serta sanitasi.

Meskipun terus kehilangan banyak komandannya, Israel dan Amerika Serikat meyakini Hamas masih memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan. Kelompok tersebut diduga masih merekrut anggota-anggota baru untuk melanjutkan pertempuran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us