Israel Klaim Bunuh Anggota Hamas yang Culik Warganya

- Tragedi keluarga Bibas jadi sorotan dunia. Yarden Bibas diculik bersama istri dan dua anaknya.
- Yarden Bibas dibebaskan pada Februari 2025 melalui kesepakatan gencatan senjata sementara.
- Media tidak dapat memverifikasi klaim Israel.
Jakarta, IDN Times- Otoritas Israel mengumumkan telah membunuh seorang anggota Hamas yang dituduh terlibat dalam penculikan warganya pada 7 Oktober 2023. Pelaku yang diidentifikasi sebagai Jihad Kamal Salem Najjar, tewas dalam serangan udara di Gaza pada 10 Agustus.
Najjar diklaim sebagai salah satu militan yang menyerbu Kibbutz Nir Oz dan menculik Yarden Bibas. Tragedi keluarga Bibas menjadi sorotan dunia setelah istri dan dua anaknya yang masih balita juga diculik dan kemudian tewas dalam penyanderaan. Menanggapi kabar ini, Yarden Bibas yang telah dibebaskan, mengucapkan terima kasih kepada pihak keamanan Israel.
"Sebagian kecil dari penutupan luka saya terjadi hari ini. Terima kasih kepada pasukan IDF, Shin Bet dan semua orang yang terlibat dalam pembunuhan teroris yang menculik saya," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
1. Tragedi keluarga Bibas jadi sorotan dunia
Pada 7 Oktober, Yarden Bibas diculik secara terpisah dari keluarganya di Kibbutz Nir Oz. Istrinya, Shiri Bibas (32), diculik bersama kedua putra mereka, Ariel (4) dan Kfir yang saat itu baru berusia 9 bulan, dilansir New York Post.
Sebuah video yang menunjukkan Shiri dengan wajah ketakutan memeluk kedua anaknya saat digiring ke Gaza menjadi viral. Bagi warga Israel, momen tersebut membuat keluarga Bibas menjadi simbol kebrutalan serangan Hamas.
Terdapat klaim berbeda mengenai penyebab kematian Shiri dan kedua anaknya. Hamas pada November 2023 menyatakan mereka tewas dalam serangan udara Israel. Namun, pihak Israel menyimpulkan mereka dibunuh oleh para penyanderanya.
Yarden Bibas akhirnya dibebaskan pada Februari 2025 melalui kesepakatan gencatan senjata sementara. Kebebasannya disertai dengan pemulangan jenazah istri dan kedua anaknya untuk dimakamkan.
2. Media tidak dapat memverifikasi klaim Israel
Media internasional seperti The New York Times tidak dapat memverifikasi klaim Israel mengenai identitas dan afiliasi Najjar. Hamas sendiri jarang memberikan komentar terkait pengumuman kematian anggotanya.
Dalam pernyataannya, Yarden Bibas mengaku lukanya belum tertutup sepenuhnya. Ia masih menanti kepulangan teman-temannya, David dan Ariel Cunio, beserta 48 sandera lain yang masih ditahan di Gaza. Selama disandera, Yarden mengaku mengalami teror psikologis, salah satunya saat dipaksa membuat video sandera.
"Para penyandera biasa mengatakan kepada saya, 'Oh, tidak masalah. Kamu akan mendapatkan istri baru. Kamu akan mendapatkan anak-anak baru'," kenang Yarden dalam sebuah wawancara, dilansir Ynet.
Sebelumnya, Israel juga telah membunuh komandan dari Brigade Al-Mujahidin yang terlibat dalam serangan di Nir Oz dan juga diklaim bertanggung jawab atas kematian keluarga Bibas.
3. Pengumuman di tengah tekanan gencatan senjata

Pengumuman tewasnya Najjar datang di saat pemerintah Israel menghadapi tekanan domestik. Sekitar 400 ribu warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv menuntut kesepakatan untuk membebaskan sandera yang tersisa, dilansir Strait Times.
Desakan ini menguat setelah Hamas pada 18 Agustus menyatakan setuju pada proposal gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir. Beberapa pejabat Israel mengklaim persetujuan Hamas adalah hasil dari ancaman Israel untuk memperluas operasi militer.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kini berada dalam posisi sulit. Ia dihadapkan pada tuntutan publik untuk menerima kesepakatan dan penolakan keras dari mitra koalisi sayap kanannya.
Meski proses negosiasi berjalan, Israel menyetujui kenaikan anggaran pertahanan sebesar 8 miliar dolar AS (sekitar Rp130,2 triliun) dan merumuskan rencana serangan baru di Gaza. Militer Israel menegaskan akan terus memburu pelaku serangan 7 Oktober.