Israel Langgar Gencatan Senjata, Hamas Hentikan Pembebasan Sandera

Jakarta, IDN Times - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, mengumumkan akan menghentikan pembebasan sandera Israel sampai pemberitahuan lebih lanjut. Menurut mereka, Israel melakukan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata.
Menurut juru bicara sayap militer Hamas, Abu Obaida, Israel menunda mengizinkan warga Palestina untuk mengungsi kembali ke Gaza utara.
"Israel menargetkan warga Gaza dengan penembakan dan menghentikan bahan bantuan memasuki Gaza," kata Obaida, dilansir dari Asharq Al-Awsat, Selasa (11/2/2025).
Gencatan senjata telah berlaku mulai 19 Januari 2025, namun tetap saja masih banyak serangan yang menewaskan warga Palestina terjadi di Gaza. Meski demikian, badan bantuan mengatakan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza meningkat sejak gencatan senjata.
1. Israel harus mematuhi gencatan senjata untuk mengembalikan sandera

Abu Obaida mengatakan, Hamas tidak akan membebaskan sandera lagi sampai Israel mematuhi dan memberi kompensasi untuk pekan terakhir. Pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina dijadwalkan berlangsung setiap Sabtu.
Sejauh ini, 16 dari 33 sandera yang akan dibebaskan dalam fase pertama kesepakatan selama 42 hari telah pulang, begitu pula lima sandera Thailand yang dikembalikan dalam pembebasan tak terjadwal.
Sebagai gantinya, Israel telah membebaskan ratusan tahanan dan narapidana, mulai dari tahanan hukuman seumur hidup karena serangan mematikan, hingga warga Palestina yang ditahan selama perang dan tanpa dakwaan.
2. Warga Palestina tidak bisa kembali ke Gaza

Hamas menuduh Israel menunda mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, salah satu syarat fase pertama kesepakatan. Tuduhan itu ditolak Israel dan menganggapnya tidak benar.
Sebaliknya, Israel menuduh Hamas tidak menghormati perintah pembebasan sandera dan mengatur pertunjukan publik yang kasar di hadapan banyak orang saat diserahkan ke Palang Merah.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, juga mengatakan Hamas yang telah melanggar perjanjian gencatan senjata dan menginstruksikan militer untuk bersiap dengan level tertinggi di Gaza.
3. Perundingan gencatan senjata tahap dua

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan delegasi Israel telah kembali dari perundingan gencatan senjata di Qatar. Pembicaraan ini terjadi di tengah keraguan yang sudah tumbuh atas proses yang ditengahi Mesir dan Qatar untuk mengakhiri perang.
Tidak ada perincian langsung tentang alasan kembalinya delegasi Israel dari perundingan tersebut, yang dimaksudkan untuk menyetujui dasar bagi tahap kedua dari perjanjian gencatan senjata multifase dan pertukaran sandera dengan tahanan yang dicapai bulan lalu. Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan diskusi tersebut mengatakan kemajuan terhambat oleh ketidakpercayaan antara kedua belah pihak, saling menuduh melanggar ketentuan gencatan senjata.
Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, warga Palestina harus dipindahkan dari Gaza, meninggalkan daerah kantong pantai tersebut untuk dikembangkan sebagai proyek real estate tepi laut di bawah kendali AS telah mengubah harapan untuk masa depan pascaperang.
"Ada rasa tidak percaya, terutama karena Hamas melihat kurangnya implementasi tahap pertama kesepakatan tersebut terkait protokol kemanusiaan dan izin masuknya material ke Gaza sesuai perjanjian," kata pejabat itu.
Opini publik Israel dikejutkan oleh penampilan kurus kering Ohad Ben Ami, Eli Sharabi dan Or Levy, ketiga sandera yang dibebaskan pada Sabtu lalu, yang telah mempersulit kemajuan kesepakatan.