Israel Putus Pasokan Listrik ke Gaza di Tengah Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi Israel, Eli Cohen, mengatakan bahwa ia telah menandatangani perintah untuk penghentian segera pasokan listrik ke Jalur Gaza. Pengumuman itu muncul lebih dari seminggu setelah Israel menghentikan semua pasokan barang ke wilayah tersebut.
Tel Aviv mengingkari kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri perang Gaza selama hampir 15 bulan, sebagai upaya menekan Hamas agar membebaskan para tawanan.
"Cukup dengan pembicaraan, saatnya untuk bertindak," kata Cohen dalam unggahannya di X pada Minggu (9/3/2025).
Tindakan tersebut berimbas pada pabrik desalinasi yang sangat penting dalam menyediakan air minum bersih di daerah kantong itu, di tengah kekurangan bantuan yang sedang berlangsung selama Ramadan.
1. Hamas mengutuk keras tindakan Israel atas pemutusan aliran listrik
Hamas menuduh Israel melakukan pemerasan murahan yang tidak dapat diterima. Hal itu dianggap sebagai upaya putus asa Israel untuk menekan rakyat Palestina.
"Kami mengutuk keras keputusan pendudukan untuk memutus aliran listrik ke Gaza, setelah merampas makanan, obat-obatan, dan air," kata Ezzat al-Rishq, anggota biro politik Hamas.
Kelompok bantuan dan aktivis hak asasi manusia menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan melanggar hukum humaniter internasional karena menghentikan bantuan.
Hind Khoudary dari Al Jazeera melaporkan bahwa meskipun serangan udara yang menghancurkan Gaza telah berakhir, warga sipil terus menderita akibat blokade Israel yang telah berlangsung selama lebih dari satu minggu.
Warga di Gaza berjuang mendapatkan roti dan kebutuhan pokok karena blokade total Israel telah memaksa penutupan beberapa toko roti dan toko.
"Banyak warga Palestina tidak mampu membeli produk tersebut, dan sebagian besar penduduk Gaza saat ini bergantung pada bantuan pangan," kata Khoudary.
Ia menambahkan, makanan, air, dan listrik, semua aspek kehidupan Palestina terdampak tindakan Israel. Situasi di lapangan pun masih sangat buruk.
2. Israel enggan mematuhi kesepakatan gencatan senjata

Israel ingin memperpanjang tahap pertama dari kesepakatan tiga tahap. Sementara, Hamas ingin kesepakatan tersebut berlanjut ke tahap kedua, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak. Pihaknya telah berulang kali menyerukan dimulainya segera perundingan mengenai tahap kedua gencatan senjata.
Dilaporkan pada Minggu, delegasi Hamas telah berangkat ke Doha, Qatar, setelah perundingan di Kairo, Mesir, untuk menggelar pertemuan dengan pejabat Mesir mengenai kemungkinan penerapan tahap kedua perjanjian gencatan senjata.
Disebutkan, Hamas akan mengeluarkan pernyataan yang menyetujui pembentukan komite teknokratik independen yang akan mengelola Gaza hingga Palestina menyelenggarakan pemilihan presiden dan legislatif. Nantinya, komite tersebut akan bekerja di bawah naungan Otoritas Palestina (PA) yang berpusat di Tepi Barat yang diduduki.
Hamas menyerukan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk. Kelompok tersebut juga mendesak penarikan penuh pasukan Israel dari daerah kantong tersebut sebagai bagian dari kesepakatan di masa mendatang.
Para analis mengatakan penolakan Israel untuk memasuki tahap kedua menunjukkan ketidakinginan untuk menarik pasukannya dari Koridor Philadephia, sebidang tanah sempit yang memisahkan Gaza dari Mesir.
3. Genosida Israel di Gaza telah menewaskan 48.453 warga Palestina

BBC melaporkan, pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata yang rapuh, yang tahap pertamanya berakhir pada 1 Maret, diperkirakan akan dilanjutkan di Qatar pada Senin (10/3/2025).
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya akan mengirim delegasi ke Doha pada 10 Maret.
Sebanyak 2 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza pada Minggu. Insiden lainnya juga terjadi di Shujayea, wilayah Gaza, yang melukai beberapa orang. Sementara, dokter di Rumah Sakit Arab al-Ahli menggambarkan kondisi kritis beberapa korban luka.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan udaranya menargetkan para pejuang yang diidentifikasi beroperasi di dekat pasukan Israel dan berusaha menanam alat peledak di tanah di Gaza utara.
Wilayah pesisir Gaza dan infrastrukturnya sebagian besar hancur akibat perang. Generator dan panel surya digunakan untuk sebagian pasokan listrik. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, imbas dari serangan Israel di Gaza telah menewaskan 48.453 warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Sementara, 111.860 lainnya mengalami luka-luka.