Kalahkan Jalili, Masoud Pezeshkian Terpilih Jadi Presiden Iran

- Masoud Pezeshkian menang Pilpres Iran dengan 16,3 juta suara, mengalahkan rivalnya Saeed Jalili.
- Pezeshkian dikenal sebagai reformis dalam kebijakan, fokus pada demokrasi, keadilan sosial, dan kesetaraan hak.
- Iran dihadapkan pada masalah ekonomi dan politik seperti inflasi tinggi, sanksi AS terhadap penjualan minyak, serta konflik nuklir dan politik dengan negara Barat.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Dalam Negeri Iran mengumumkan, Masoud Pezeshkian berhasil memenangkan putaran pemilihan presiden (Pilpres) Iran dengan perolehan suara mencapai 16,3 juta. Ia mengalahkan rivalnya, Saeed Jalili yang berhasil mengumpulkan suara sebanyak 13,5 juta.
Adapun, jumlah pemilih pada putaran kedua mencapai 49,8 persen. Mulanya, Iran baru akan menggelar pemilihan presiden pada tahun 2025.
Namun, pemilihan presiden dipercepat menyusul kematian Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei 2024 lalu.
"Masoud Pezeshkian yang beraliran tengah telah memenangkan putaran kedua pemilihan presiden Iran melawan Saeed Jalili yang beraliran konservatif garis keras," demikian pengumuman resmi Kementerian Dalam Negeri Iran, melansir Al-Jazeera, Sabtu, (6/7/2024).
1. Pezeshkian berjanji akan bertindak reformis dalam hal kebijakan

Pezeshkian dikenal sebagai pemimpin yang reformis. Meski begitu, ia mengakui, dalam kehidupan sehari-harinya ia merupakan seorang konservatif. Akan tetapi, ia memastikan dalam hal kebijakan, Pezeshkian mengklaim dirinya sebagai seorang reformis.
Selama debat, dia berulang kali mengatakan bahwa dia adalah seorang reformis dalam hal kebijakan, namun dia setia pada prinsip-prinsip revolusioner dan pedoman pemimpin tertinggi.
Pezeshkian mengatakan tidak akan menantang inti politik dan kemapanan Islam di negara tersebut. Dia juga mengaku akan mendukung revolusi dan membela posisi Iran mengenai masalah tersebut.
Namun dia juga fokus pada model demokrasi tertentu, dengan mengatakan bahwa masyarakat tercekik karena kebebasan yang terbatas, khususnya generasi muda Iran.
Ia juga fokus pada keadilan sosial, persamaan hak, dan lebih banyak ruang bagi perempuan di negara ini. Namun di sisi lain, dia sangat berhati-hati agar tidak terseret ke dalam perselisihan dengan pihak penguasa.
2. Venezuela berikan selamat atas terpilihnya Pezeshkian

Menteri Luar Negeri Venezuela, Yvan Gil mengucapkan selamat atas terpilihnya Pezeshkian sebagai Presiden Iran terbaru dalam Pilpres 2024 tahun ini.
"Venezuela menyatakan keyakinannya bahwa keputusan yang diambil oleh rakyat Iran akan berkontribusi terhadap kemakmuran bangsa ini, serta konsolidasinya sebagai kekuatan baru di dunia multipolar yang baru lahir,” kata Yvan Gil.
Pezeshkian sendiri mengklaim mendapat dukungan mutlak dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pemerintahannya dengan tujuan untuk memperluas hubungan kedua negara.
Selain itu, kedua negara juga berkomitmen untuk terus mengalahkan pretensi hegemonik yang mengancam multilateralisme dan perdamaian dunia. Iran dan Venezuela adalah sekutu dekat, dan menandatangani rencana kerja sama strategis 20 tahun pada tahun 2022 selama kunjungan Maduro ke Teheran.
3. Iran dirundung masalah ekonomi, inflasi meroket hampir 40 persen

Iran menghadapi rintangan dalam mengelola urusannya di dalam negeri dan internasional. Perekonomian negara itu terus dirundung persoalan pelik. Salah satunya adalah tingkat inflasi terus melambung mencapai sekitar 40 persen.
Teheran terus menjual minyak mentahnya ke Tiongkok dan negara lain meskipun ada sanksi AS, namun sebagian besar terputus karena adanya sistem keuangan global.
Program nuklir negara ini terus menunjukkan titik konflik dengan negara-negara Barat dan Badan Energi Atom Internasional.
Iran dan poros perlawanan kelompok politik dan bersenjata di seluruh kawasan telah secara langsung diadu melawan Israel dan sekutunya sejak dimulainya perang di Gaza.