Kejatuhan Kunduz, Ini 3 Fakta Kota Benteng Tua Afghanistan

Jakarta, IDN Times - Pertempuran antara pemerintah Afghanistan dan Taliban terlihat semakin sengit. Ini mengantarkan banyak kota hingga provinsi jatuh ke dalam kekuasaan Taliban. Sepanjang 2021 hingga hari ini, berbagai daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Kabul mulai berjatuhan pascakeputusan penarikan mundur sekutu utama pemerintah Afghanistan, Amerika Serikat.
Dikutip Reuters, salah satu kota terbesar di Afghanistan, Kunduz, dilaporkan telah dikuasai oleh pejuang Taliban pada Minggu (8/8/2021). Sampai saat ini, pertempuran antara kedua belah pihak masih terjadi, meski pasukan pemerintah tidak lagi memegang kontrol atas kota tersebut.
Jatuhnya Kota Kunduz ke tangan Taliban menandakan sebuah akhir pahit yang sedang menunggu pemerintah Afghanistan. Berikut adalah fakta-fakta mengenai Kota Kunduz yang sudah berkali-kali menjadi saksi bisu pertempuran hebat di Afghanistan.
1. Memiliki nilai simbolik bagi Taliban

Kota Kunduz yang memiliki nama lain sebagai Kota Benteng Tua dalam bahasa Farsi (Persia) ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi Taliban. Jauh sebelum invasi yang dilakukan AS pada 2001, Provinsi Kunduz merupakan wilayah pertahanan terkuat yang dimiliki Taliban di utara dan menandakan dominasinya di Afghanistan.
Setelah serangan yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya, Taliban dipukul keluar dari Provinsi Kunduz. Hingga akhirnya di 2015, Taliban memutuskan kembali menyerang daerah tersebut dan sukses merebutnya. Namun itu hanya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dibebaskan lagi oleh militer Afghanistan dan AS, seperti yang dilansir dari VOX.
Karena menjadi kota dan wilayah yang memiliki nilai simbolik dalam "membebaskan" Afghanistan, Kunduz tidak pernah lepas dari incaran pejuang Taliban. Mereka terus berusaha menguasai provinsi dan ibu kota provinsi di Kunduz.
Keberhasilan Taliban menguasai Kota Kunduz dan wilayah lainnya di sekitarnyaper 8 Agustus 2021 menunjukkan determinasi Taliban dalam menguasai setiap jenjang tanah di Afghanistan.
2. Jalur penyelundupan utama opium dan heroin asal Afghanistan

Afghanistan yang selalu diselimuti konflik internal sebenarnya diberkahi dengan kekayaan alam yang melimpah dari mineral sampai opium dan heroin. Meskipun opium dan heroin tidak selamanya digunakan secara ilegal karena adanya kepentingan medis, kondisi Afghanistan yang kacau balau membuat produksi serta penyaluran bahan-bahan berbahaya tersebut tidak terkontrol oleh pemerintah.
Dilaporkan BBC, dengan jatuhnya Provinsi Kunduz yang berbatasan langsung dengan Tajikistan, penyelundupan seperti opium dan heroin pun akan mudah. Komoditas ilegal ini bisa tersebar ke negara di Asia Tengah via Tajikistan dan bahkan mencapai Benua Eropa.
Kunduz juga dilengkapi dengan infrastruktur jalan raya strategis yang menghubungkannya dengan Kabul dan beberapa wilayah lain. Itulah menjadi alasan kuat mengapa penyelundupan opium dan heroin ilegal akan memuncak apabila militer Afganistan tidak dapat mengambil alih Kunduz.
3. Kota terbesar ke-6 di Afghanistan

Provinsi Kunduz termasuk yang paling makmur dan paling banyak pemukimnya di Afghanistan. Dengan hampir 1 juta orang yang bermukim provinsi ini maka siapa pun yang memegang kontrol, akan memiliki sumber daya manusia yang berlimpah.
Sementara itu Kota Kunduz sendiri yang merupakan kota ke-6 terbesar di Afghanistan menurut BBC. Tidak diragukan lagi ketika kota tersebut memiliki sekitar 270 ribu penduduk, ditambah ratusan hingga ribuan tawanan Taliban yang sebelumnya berada di bawah pengawasan militer Afghanistan.
Sekarang dengan kejatuhan Kota Kunduz, dapat dipastikan loyalis, simpatisan, bahkan Taliban yang sebelumnya ditawan oleh militer Afghanistan, akan memperkuat jumlah pejuang Taliban dalam operasi tempurnya melawan Kabul.