Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kekerasan Geng Meningkat, Haiti Kirim Tentara untuk Dilatih di Meksiko

bendera Haiti (pixabay.com/jorono)
bendera Haiti (pixabay.com/jorono)

Jakarta, IDN Times - Haiti, pada Jumat (25/7/2025), mengumumkan pengiriman 150 tentara untuk dilatih di Meksiko. Langkah ini merupakan upaya terbaru untuk memerangi kekerasan geng yang merajalela.

Dilansir dari CNN, pasukan tersebut berangkat dari Port-au-Prince pada Kamis (24/7/2025) dan akan mengikuti kursus pelatihan di Meksiko selama 3 bulan. Sebanyak 700 tentara Haiti akan mengambil bagian dalam program ini. Pasukan keamanan Meksiko diketahui memiliki pengalaman luas dalam memerangi kelompok kriminal, terutama kartel narkoba internasional.

“Ini menunjukkan tekad kuat pemerintah untuk memulihkan tatanan republik, mengembalikan otoritas negara di seluruh wilayah, dan memastikan perlindungan bagi setiap warga negara,” demikian pernyataan dari pemerintah.

Awal bulan ini, sekitar 30 tentara Haiti juga dikirim ke pulau Karibia Prancis, Martinique, untuk menjalani pelatihan militer selama 2 pekan.

1. Ribuan orang tewas akibat kekerasan geng

Serangan geng di Haiti telah merenggut ribuan nyawa. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 4.800 orang tewas, sementara ratusan lainnya terluka, diculik, diperkosa dan diperdagangkan di seluruh negeri antara Oktober 2024 hingga Juni 2025.

Lebih dari 80 persen wilayah ibu kota Port-au-Prince diperkirakan berada di bawah kendali geng, dan hampir 1,3 juta orang di seluruh negeri terpaksa mengungsi akibat kekerasan tersebut.

“Pelanggaran hak asasi manusia di luar Port-au-Prince semakin meningkat, terutama di wilayah-wilayah di mana kehadiran negara sangat terbatas. Komunitas internasional harus memperkuat dukungannya kepada otoritas setempat, yang memegang tanggung jawab utama untuk melindungi penduduk Haiti,” kata Ulrika Richardson, kepala sementara kantor terpadu PBB di Haiti (BINUH) sekaligus Koordinator Residen PBB.

2. Kehadiran MSS belum mampu redakan kekerasan

Haiti telah meminta bantuan internasional untuk memulihkan keamanan negaranya, namun hingga kini belum membuahkan hasil yang signifikan.

Tahun lalu, ratusan polisi Kenya dari misi dukungan keamanan multinasional (MSS) dikerahkan ke Haiti. Sedikitnya dua polisi Kenya dilaporkan tewas, dan kekerasan di negara tersebut belum mereda.

Sejak kedatangan MSS, geng-geng kriminal justru semakin menyebar ke daerah pedesaan, merebut sebagian besar wilayah di kawasan Artibonite yang memiliki peran penting dalam sektor pertanian. Pekan lalu, serangan bersenjata di wilayah tersebut memaksa 15 ribu orang mengungsi.

3. Militer Haiti sempat dibubarkan pada 1995

Angkatan bersenjata Haiti dibubarkan pada 1995 setelah kudeta yang menggulingkan mantan Presiden Jean-Bertrand Aristide. Militer sejak lama dituduh melakukan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan terlibat dalam beberapa kudeta.

Pada 2017, militer diaktifkan kembali oleh Presiden Jovenel Moïse, yang kemudian terbunuh setelah PBB mengakhiri operasi penjaga perdamaian di negara tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, militer Haiti mulai merekrut generasi muda untuk menambah kekuatan pasukannya. Pada 2023, tercatat ada sekitar 2 ribu tentara aktif, masih lebih rendah dibandingkan sekitar 7 ribu personel saat militer dibubarkan, dikutip dari First Post.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us