Kenapa Trump Resmi Jadikan Arab Saudi Sekutu Non-NATO?

- Investasi besar Arab Saudi mencapai 1 triliun dolar AS jadi daya tarik utama bagi Trump
- Pakta pertahanan strategis baru memperkuat keamanan kawasan dan memberi akses cepat ke alutsista
- Status sekutu utama non-NATO memberikan perlindungan kuat dan pembagian beban biaya operasi militer AS di kawasan
Jakarta, IDN Times - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi kembali memasuki babak baru setelah Presiden AS, Donald Trump, memberikan status sekutu utama non-Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kepada Riyadh. Langkah ini diumumkan langsung dalam jamuan kenegaraan mewah di Gedung Putih pada Selasa (18/11/2025), sekaligus menjadi penanda peningkatan besar hubungan dua negara yang telah berjalan lebih dari delapan dasawarsa. Dengan penetapan ini, Arab Saudi kini sejajar dengan 19 negara lain yang lebih dulu mendapatkan akses prioritas terhadap senjata canggih buatan AS.
Pengumuman tersebut disebut Trump sebagai kejutan manis yang ia sampaikan langsung di hadapan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Keputusan ini tidak datang tiba-tiba karena sejumlah kepentingan ekonomi, keamanan kawasan, hingga kerja sama strategis jangka panjang menjadi landasan utama. Untuk memahami konteksnya, berikut tiga faktor kunci yang membuat Riyadh resmi menjadi sekutu non-NATO terbaru.
1. Investasi raksasa Riyadh jadi daya tarik utama

Dilansir USA Today, janji investasi besar dari Arab Saudi menjadi daya pikat yang sangat kuat bagi Trump dalam mempererat hubungan kedua negara. Pada Selasa (18/11/2025) di Ruang Oval, ia secara terbuka menyampaikan apresiasinya setelah MBS menyatakan komitmen investasi yang melonjak dari 600 miliar dolar AS (setara Rp10.044 triliun) menjadi 1 triliun dolar AS (setara Rp16.740 triliun). Trump bahkan sempat menyelipkan candaan ketika menyebut bahwa kenaikan angka itu muncul karena hubungan pertemanan mereka.
Trump mengatakan hal itu sambil mengungkapkan terima kasih atas komitmen MBS, lalu menambahkan bahwa angka 1 triliun dolar AS mungkin saja tercapai jika ia mau bekerja keras untuk meyakinkannya. MBS membalas bahwa nominal sebesar itu sepenuhnya masuk akal dalam konteks kerja sama yang sedang mereka bangun. Interaksi ringan tersebut menjadi gambaran bagaimana kedua pihak menunjukkan kepercayaan yang makin menguat.
Dana investasi itu akan mengalir ke sektor teknologi tinggi, kecerdasan buatan (AI), bahan langka, magnet, hingga proyek strategis lain. MBS menyebut bahwa kesepakatan yang ditandatangani hari itu membuka peluang investasi besar yang dapat memperkuat posisi AS sebagai pusat inovasi global. Ribuan lapangan pekerjaan baru dan potensi keuntungan yang melimpah bagi lembaga keuangan serta perusahaan di Wall Street pun dipandang sudah menunggu di depan mata.
2. Penguatan benteng keamanan kawasan lewat pakta strategis

Status sekutu non-NATO yang diberikan kepada Arab Saudi berjalan beriringan dengan pakta pertahanan strategis baru yang disusun untuk memperkuat ketahanan kawasan. Gedung Putih menjelaskan bahwa kesepakatan ini membantu Riyadh mengatasi ancaman regional tanpa terus bergantung penuh pada Washington. Kerangka kerja sama tersebut juga memperluas peluang perusahaan pertahanan AS untuk menjalankan bisnis secara lebih intensif di Arab Saudi.
Dilansir Al Jazeera, salah satu poin penting adalah keputusan Trump untuk melepas jet tempur F-35 versi penuh tanpa pemangkasan kemampuan bersama hampir 300 tank tempur buatan AS. Ini menjadi langkah signifikan karena aturan lama terkait keunggulan militer Israel dikesampingkan demi menciptakan keseimbangan baru di Timur Tengah.
Langkah itu diambil setelah Arab Saudi menandatangani pakta pertahanan dengan Pakistan beberapa pekan sebelumnya, yang dipicu serangan Israel ke Qatar pada September 2025. Kecemasan atas jaminan keamanan AS membuat negara-negara Teluk memikirkan opsi lain, dan pakta baru ini menjadi jawaban atas ketidakpastian tersebut. Kini, Riyadh mendapatkan akses cepat ke amunisi uranium terdeplesi, pinjaman alutsista, serta riset bersama tanpa kendala birokrasi yang panjang.
3. Payung keamanan ekstra solid dari Washington

Status sekutu utama non-NATO memberikan tingkatan perlindungan jauh lebih kuat bagi Arab Saudi sebagai mitra strategis paling penting bagi AS. Pakta yang diteken Trump dan MBS secara jelas memuat pernyataan bahwa Kerajaan memandang AS sebagai mitra strategis utamanya. Isi pakta tersebut juga mengatur pembagian dana berbasis burden-sharing (berbagi beban) untuk membantu menekan biaya operasi militer AS di kawasan, dilansir dari New York Post.
Trump menegaskan bahwa Arab Saudi berhak mendapatkan seluruh peralatan militer dengan spesifikasi penuh tanpa pengurangan kemampuan sedikit pun. Selain itu, status baru ini memungkinkan AS menyimpan cadangan alutsista di wilayah Saudi di luar pangkalan resmi sehingga respons terhadap potensi konflik bisa lebih cepat. Kehadiran stok militer ini memberi efek gentar tambahan bagi pihak-pihak yang dianggap sebagai ancaman eksternal.
Dari sisi politik, langkah ini menjadi sinyal bahwa Washington kembali membuka payung keamanan secara penuh setelah periode ketidakpastian sebelumnya. Ini juga memperlihatkan bagaimana kedua negara berupaya memulihkan dan memperkuat hubungan yang sempat goyah.
Ketiga alasan tersebut, dorongan investasi 1 triliun dolar AS, penguatan posisi pertahanan kawasan, dan payung keamanan yang lebih komprehensif, akhirnya menjadi fondasi utama Trump mengangkat Arab Saudi sebagai sekutu non-NATO ke-20. Langkah ini dinilai sebagai penegasan bahwa hubungan kedua negara melaju di jalur peningkatan kerja sama yang lebih erat dan penuh kepentingan strategis.


















