Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korsel Buka Peluang Datangkan Banyak Pekerja Migran Handal

Anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Kim Gi Hyeon (IDN Times/Vanny El Rahman)

Seoul, IDN Times – Anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Kim Gi Hyeon, mengatakan bahwa ujian terberat negaranya saat ini adalah populasi menua (aging population) dan angka kelahiran yang rendah. Menurutnya, salah satu upaya jangka pendek untuk mengatasi permasalahan ini adalah mendatangkan pekerja migran handal.

Adapun salah satu negara yang banyak mengirim pekerja migran ke Korsel adalah Indonesia. Tahun lalu pun Seoul menambah kuota hingga 10 ribu orang bagi pekerja migran Indonesia (PMI) di bidang manufaktur.

“Saat ini, kami aktif berdiskusi untuk lebih terbuka mendatangkan migran guna mengatasi populasi menua dan angka kelahiran yang rendah. Hari ini, ada banyak PMI di Korea di berbagai industri. Jadi kami sangat antusias untuk melanjutkan hubungan baik ini, termasuk mendatangkan sumber daya manusia yang berbakat. Dan ini bisa menjadi kondisi yang saling menguntungkan bagi kedua negara,” kata Kim di Gedung National Assembly, Seoul pada Senin (13/5/2024).

1. Ada perubahan pola pikir pada generasi modern

Ilustrasi gedung Parlemen Korea Selatan (IDN Times/Vanny El Rahman)

Dialog Kim dengan sejumlah awak media dari Indonesia merupakan bagian dari program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea yang disponsori oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Lawatan ke DPR Korsel menjadi pemberhentian pertama dari kunjungan selama 6 hari. 

Kim mengakui bahwa akar dari permasalahan ini adalah perubahan pola pikir generasi modern, yang menjadikan hidup dengan pasangan tanpa anak sebagai hal yang lazim.

“Ini berbeda dengan generasi saya dulu. Sehingga, anak sekarang menjadikan tidak menikah atau ogah memiliki anak sebagai salah satu pilihan hidupnya,” kata Kim.

2. Tingkatkan kesadaran masyarakat

Anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Kim Gi Hyeon (IDN Times/Vanny El Rahman)

Pemerintah telah melakukan berbagai pendekatan untuk mengatasi permasalahan ini, di antaranya memberikan insentif khusus bagi orang yang ingin menikah dan mempunyai anak.

“Untuk jangka panjangnya, pemerintah dan parlemen fokus pada meningkatkan kesadaran terhadap rendahnya angka kelahiran dan apa dampaknya terhadap Korsel,” ujar dia, yang pernah menjabat sebagai Ketua People Power Party.

“Dan, pada saat yang sama, pemerintah juga akan menyediakan berbagai macam insentif. Tapi tetap saja, (dengan segala dukungan yang diberikan), situasi ini tidak mudah diatasi,” tambah Kim.

3. Usulan buat badan khusus

pexels.com/Leah Newhouse

Upaya lain pemerintah adalah membentuk badan khusus yang bertugas mengurusi aging population dan angka kelahiran rendah.

“Baru-baru ini, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan pemerintah mengusulkan pembentukan organisasi terintegrasi yang dikhususkan mengatasi masalah ini,” kata dia.

Menurut data resmi, angka kelahiran di Korsel turun ke rekor terendah pada 2023. Data awal statistik Korsel pada Februari mendapati tingkat kesuburan Kosel turun menjadi 0,72 pada 2023. Angka tersebut turun hampir 8 persen pada 2022 dan diproyeksikan akan terus menurun menjadi 0,68 pada tahun ini.

Disebutkan, jumlah tersebut jauh di bawah 2,1 anak yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi saat ini, sebesar 51 juta anak, dilansir The Straits Times.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us