Korsel Tetapkan Siaga Nasional setelah Kasus ke-6 Demam Babi Afrika

- Pemerintah lokal menerima laporan dugaan ASF dari peternakan babi di Dangjin.
- Hasil uji laboratorium positif, menambah jumlah kasus menjadi enam sepanjang 2025.
- CDMH menetapkan tingkat siaga tertinggi "red alert" di seluruh Korea Selatan.
- Kasus baru di Chungcheong Selatan meningkatkan risiko penyebaran nasional.
Jakarta, IDN Times - Korea Selatan mengumumkan peningkatan status kewaspadaan nasional setelah adanya kasus keenam Demam Babi Afrika (ASF) tahun ini pada Selasa (25/11/2025). Kasus terbaru ditemukan di peternakan babi di Kota Dangjin, Provinsi Chungcheong Selatan.
Pemerintah segera memperketat langkah karantina dan pengawasan untuk mencegah penyebaran lebih luas virus ASF di seluruh wilayah negara. Langkah ini merupakan respon serius setelah lima kasus sebelumnya ditemukan di wilayah lain selama tahun ini.
1. Kasus ke-6 ASF di Korea Selatan
Otoritas lokal pada Senin (24/11/2025), pertama kali menerima laporan dugaan ASF dari sebuah peternakan babi komersial di Dangjin, Provinsi Chungcheong Selatan, setelah pemilik melaporkan kematian babi yang tidak biasa. Peternakan tersebut diketahui memelihara 463 ekor babi, dan sampel yang diambil dari hewan sakit kemudian dikirim ke laboratorium resmi untuk diuji.
Pada Selasa (25/11/2025), Central Disaster Management Headquarters (CDMH) mengonfirmasi bahwa hasil uji laboratorium dari sampel babi di peternakan Dangjin positif mengidap ASF, sehingga secara resmi menambah jumlah kasus menjadi enam sepanjang 2025. Ini merupakan kasus ASF pertama di Provinsi Chungcheong Selatan pada tahun ini, setelah lima kasus sebelumnya hanya tercatat di wilayah Provinsi Gyeonggi bagian utara.
2. Risiko penyebaran nasional yang meningkat
Setelah hasil positif ASF di Dangjin diumumkan, CDMH menetapkan tingkat siaga tertinggi berupa “red alert” di seluruh Korea Selatan untuk meningkatkan respons darurat terhadap wabah tersebut. Tingkat siaga tertinggi ini memungkinkan pemerintah pusat mengerahkan lebih banyak sumber daya, memperketat pembatasan pergerakan, dan mengkoordinasikan langkah karantina antarwilayah.
Pejabat Kementerian Pertanian Korea Selatan menjelaskan bahwa lima kasus ASF sebelumnya pada 2025 terjadi di bagian utara Provinsi Gyeonggi, sehingga temuan kasus baru di Chungcheong Selatan meningkatkan risiko penyebaran nasional.
“Lima kasus sebelumnya tahun ini dilaporkan di bagian utara Provinsi Gyeonggi, namun kasus terbaru muncul di Provinsi Chungcheong Selatan yang memiliki kapasitas peternakan babi terbesar di negara ini, sehingga membuat situasinya jauh lebih serius dan meningkatkan risiko penyebaran secara nasional,” kata seorang pejabat Kementerian Pertanian Korea Selatan, dilansir The Korea Herald.
3. Pemusnahan babi di peternakan terdampak
Pemerintah Korea Selatan mulai melakukan pemusnahan terhadap babi di peternakan terdampak di Dangjin dan peternakan lain di sekitarnya yang dioperasikan oleh pemilik yang sama, dengan total 1.423 ekor babi dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus. Selain itu, otoritas juga memerintahkan penghentian sementara pergerakan selama 48 jam bagi seluruh peternakan babi, rumah potong hewan, dan fasilitas terkait di seluruh negeri.
CDMH mengirim tim karantina untuk melakukan penyemprotan disinfektan di wilayah Dangjin dan daerah sekitarnya, serta melaksanakan inspeksi darurat ke peternakan babi di sekitar lokasi wabah.
“Kami akan memobilisasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencegah kasus tambahan dan sepenuhnya menahan penyebaran ASF,” kata seorang pejabat Kementerian Pertanian, dilansir The Korea Times.



















