Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korut Kirimkan Ratusan Artileri Jarak Jauh ke Rusia

Bendera Korea Utara. (pixabay.com/padrinan)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korea Selatan (Korsel), pada Selasa (11/2/2025), mengatakan bahwa Korea Utara (Korut) sudah mengirimkan artileri jarak menengah ke Rusia. Pengiriman rudal ini sebagai bagian dari perjanjian pertahanan kedua negara. 

Sehari sebelumnya, Duta Besar (Dubes) Rusia di Korut, Alexander Matsegora, mengatakan bakal mengirim tentara yang terluka dalam perang di Ukraina untuk dirawat di Korut. Sementara, anak-anak tentara Rusia yang tewas akan diberikan hadiah liburan ke Korut. 

1. Kirimkan 200 artileri jarak jauh dan amunisi ke Rusia

Korsel menyebut sebanyak 200 unit artileri jarak jauh dan amunisi dalam jumlah besar sudah sudah dikirimkan Korut ke Rusia. Selain itu, Pyongyang masih akan mengirimkan tentara, senjata, dan amunisi tambahan ke Moskow. 

Melansir Kyiv Post, Korsel mengklaim bahwa bantuan ini adalah bagian dari dukungan Korut kepada Rusia. Pengiriman ini sebagai bagian dari pertukaran atas bantuan teknologi dari Rusia di sektor pengembangan kapal selam nuklir dan rudal balistik. 

Meski demikian, Korut disebut masih membuka pintu terkait negosiasi dengan Amerika Serikat (AS). Namun, di sisi lain, Pyongyang masih terus melanjutkan uji coba nuklir dan meningkatkan retorika agresifnya terhadap negara tetangganya. 

Korsel menambahkan, Pemimpin Korut, Kim Jong un, justru berfokus pada inspeksi senjata dan material nuklirnya. Pihaknya menyebut Pyongyang masih berpegang pada pendekatan militernya. 

2. Sebut kerja sama AS-Korsel-Jepang membawa ancaman bagi Korut

Kim Jong un mengatakan bahwa kerja sama AS, Korsel, dan Jepang memberikan ancaman kepada negaranya. Ia pun berjanji untuk meningkatkan program nuklirnya demi mencegah ancaman dari aliansi ketiga negara tersebut. 

"Mengenai serangkaian rencana baru untuk meningkatkan upaya pencegahan secara cepat, maka program nuklir menjadi salah satunya. Saya menjelaskan bahwa kebijakan pengembangan senjata nuklir tidak dapat diganggu," terangnya, dikutip dari Politico

Ia mengaku sebenarnya tidak ingin meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Timur. Namun, Kim Jong un mengklaim bahwa harus ada yang menyeimbangkan kekuatan militer demi pencegahan perang baru dan memastikan perdamaian di kawasan.

Sementara itu, beberapa pihak di Korsel mengaku khawatir terhadap pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang berencana meninggalkan upaya bersama dalam proses denuklirisasi Korut sepenuhnya. 

3. Rusia inginkan tensi di Semenanjung Korea meredam

Ilustrasi bendera Rusia. (Dmitry Djouce, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Dubes Rusia di Korsel, Georgy Zinovyev, mengungkapkan bahwa Rusia bersiap mendiskusikan cara meredam tensi di Semenanjung Korea dengan semua pihak. 

"Di tengah situasi di Semenanjung Korut yang semakin memburuk, Rusia mengungkapkan kesiapannya untuk terlibat dalam dialog dengan siapapun yang tertarik mencapai kesepakatan bersama dalam meredam tensi militer dan membangun kepercayaan," ungkapnya, dikutip Tass.

Ia menambahkan, diplomat Rusia sedang mengimplementasikan inisiatif strategis untuk membangun arsitektur keamanan di Eurasia. Ia menyebut, sistem tersebut sudah diusulkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni 2024. 

Zinovyev menyebut bahwa Korut dan Korsel telah menghadapi masa-masa tersulitnya belakangan ini. Namun, ia meyakini bahwa kedua negara akan menyelesaikan masalah ini dan tetap menjadi tetangga yang penting satu sama lain. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us